•EG 1

333 53 79
                                    

"Branz International High School," Gumam gadis berperawakan tinggi kurus itu sambil berjalan memasuki SMA yang menurutnya biasa saja. Sekarang pukul 06.48 AM, yang artinya masih ada waktu 12 menit untuk bel masuk berbunyi.

"Di sini udah ada yang duduk?" tanya seorang gadis gendut menunjuk tempat duduk sebelah Exie yang belum diduduki siapapun. Exie hanya mengangguk sebagai balasan, dan menatap Floy yang pergi menuju tempat duduk paling belakang tanpa pamit. Tidak lama setelah itu bel tanda masuk berbunyi dan guru yang tidak Exie kenal masuk dengan sepatunya yang membuat suara seperti ketukan palu ketika dipakai berjalan, "Loh kamu kenapa duduk dibelakang? Itu kursi depan kosong," ujar si guru menunjuk kursi sebelah Exie.

"Kata dia udah ada yang duduk, bu," adu Floy dengan telunjuk yang mengarah tepat ke wajah Exie.

"Lah gua?" tanya Exie menunjuk dirinya sendiri.

"Kapan gua bilang gitu coba? Waktu lu tanya tadi pan gua cuma ngangguk," bantah Exie menunjukan wajah polosnya kearah guru itu, dan sejurus kemudian dia memalingan wajahnya kearah Floy dengan tawa kemenangan. Dengan langkah gontai pun Floy beranjak menuju kursi sebelah Exie. Tepat saat gadis gempal itu hendak duduk, Exie berhasil menarik kursi itu terlebih dahulu yang berhasil membuat Floy terjatuh dan menjadi tontonan sekaligus bahan tawaan.

"Astagfirullah ndut lu kenapa duduk dibawah? Ga perlu minder duduk sampingan ama anak sultan. Gua merakyat kok tenang," ucap Exie dengan nada yang di dramatisir.

Lagi-lagi Floy menghela nafas sabar menghadapi Exie.

"Sudah diam. Kamu cepat duduk," Ucap guru itu. "Perkenalkan saya Sri Setianingsih, kalian bisa panggil saya Bu Setia. Di sini saya sebagai guru fisika sekaligus walikelas pertama kalian," lanjutnya memperkenalkan diri.

Tak lama setelah itu pria jangkung yang berumur sekitar 35 tahun dengan seragam gurunya memasuki kelasnya.

"Loh bukannya tahun ini ibu jadi wali kelas 10 IPA 3?" tanya pria itu sambil menunjukkan kertas yang tadi diambilnya dari saku celananya.

Bu Setia memasang kacamata bulan sabitnya dan membaca dengan mata yang menyipit. "Oalah iya ternyata saya walikelas sebelah. Ya sudah pak joko, saya ke sebelah dulu." Tepat saat Bu Setia melangkahkan kakinya keluar, tawa siswa kelas X IPA 4 pecah karena tingkah konyol sang guru fisika.

***

Bel istirahat yang sedari tadi Exie tunggu pun berbunyi.

"Ndut kantin kuy gua laper," Ajak Exie kepada Floy yang belum diajaknya berkenalan. Floy hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Ah kaga asik lu mah. Ya udin gua sendiri." Dengan terpaksa Exie mencari kantin sendiri.

'Kantin dimana anjay. Sekolah segede jamban kaga ada petanya. Kalo gua kesasar pan kaga lucu,' gerutu Exie dalam hati sambil celingukan mencari kantin. Karena pintar, dia tidak akan berkeliling sekolah hanya untuk mencari kantin. Jadilah Exie bertanya kepada segeromblan kakak kelas cewek yang sedang bergosip. Setelah ditunjukan letaknya, Exie mengikuti arahan tersebut dan bukannya sampai di depan kantin, justru dia sampai depan laboratorium kimia. 'Cuma segini kemampuan mereka ngerjain gua? Tenang, bakal gua tunjukin gimana cara ngerjain orang dengan baik dan benar nanti,' batin Exie saat berjalan kembali menuju kelas.

Setelah sampai kelas, Exie melihat Floy sedang membuka kotak makan yang mungkin dibawanya dari rumah. Tanpa ba-bi-bu, Exie mencomot ayam goreng milik Floy dan memakannya dengan gaya upinable. "Ndut maap maap ni, badan lu pan dah melar. Nah ni ayam banyak lemak jenuhnya, biar kaga jenuh ayamnya buat gua dan lu makan tu sayur kol itung itung diet," ucap Exie ketika sadar bahwa Floy sedang menatapnya dengan tatapan sebal.

Exie GiovankaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang