MBE - Bagian Tiga

102 4 0
                                    

Lila merebahkan tubuhnya di atas karpet bulu motif rainbow berukuran 120 x 200, tebal 5cm, dibandrol dengan harga 700.000 dan free ongkir, yang belum lama Lila beli dari salah satu online shop langganannya.

Di ruang santai, Karpet bulu juga ditemani Televisi layar datar berukuran 24 inch' yang tertempel kuat di dinding.

Kedua benda itu membuat Lila dan Adli betah menempatinya. Bahkan semalam mereka ketiduran di sana saat sedang menonton Televisi. Tapi saat tengah malam Adli terbangun, ia mem-bopong Lila pindah ke kamar.

Lila menghela nafas "Capek juga ya jadi istri. Harus bisa nyuci nyikat, masak cepat, bawa berat" Ujarnya bermonolog

TOK!
TOK!
TOK!
TOK!

Terdengar suara ketukan pintu. Lila berdecak malas "Ck! siapa si siang-siang gini bertamu. Nggak tau orang lagi cape apa" Lila kesal. Namun ia tetap beranjak untuk membukakan pintu.

Pintu terbuka. Terlihat seorang perempuan berambut lurus sebahu, mengenakan kaos polos berwarna pink, hot pants, sandal busa tinggi dan tangan kirinya menenteng benda pipih berwarna grey.

Lila menyipitkan mata. Perempuan ini seperti tidak asing di matanya.

"Kamuuu..." Lila mencoba mengenali perempuan itu

"Iya ini aku, Dela. Mantan pacar Adli" Perempuan itu menjawab dengan ketus

Lila melipat kedua tangan di atas dada "Oh ya aku tau. Mau apa kamu kesini?" Tanya Lila tak kalah ketus
"Aku masih belum percaya ya sama kabar pernikahan kalian. 5 hari yang lalu aja aku masih sempet jalan sama Adli. Tau-tau udah nikah aja sama kamu"

Lila membulatkan matanya. Ia tidak menyangka ternyata Adli masih berhubungan dengan Dela. Padahal Lila sudah memperingati Adli dan mengancam akan menggugurkan kandungannya kalau Adli masih berhubungan dengan Dela.
Tapi Lila tidak mau terlihat marah, sedih ataupun cemburu di depan Dela. Lila berusaha tetap santai. Supaya Dela tidak merasa menang karena telah memanas-manasi Lila.

"Ekheem!" Lila berdehem untuk menetralkan perasaannya yang jujur saat ini sedang cemburu, marah, ingin menangis dan sangat ingin menjambak gigi Dela yang tak rapi itu.

Lila menyelipkan kedua tangan di saku celana jogernya "Penting banget ya, harus ngasih tau ke kamu kalau Adli udah nikah sama aku? Kamu cuma masalalunya Adli. Dan aku masa depannya. Jadi kamu nggausah gangguin suami orang. Jauh jauh gih" Lila berkata cukup santai namun ada sedikit penekanan nada-nada ketus pada kata-katanya tadi

Tergambar raut wajah sengit pada wajah pas-pas an Dela

"Kenapa? Mau marah? Mau ngancem? Mau rebut Adli dari aku? Silahkan. Aku nggak takut. Tapi aku cuma mau ngingetin sama kamu. Jangan jadi wanita murahan, yang sukanya gangguin suami orang" Lila tersenyum licik. Dia merasa puas karena sudah membuat Dela mati kutu tak bisa bicara apa-apa lagi

"Mendingan sekarang kamu pulang. Bobo siang. Soalnya aku ngga terima tamu di jam terik-teriknya matahari kayak gini" Lila menepuk 2 kali bahu kanan Dela.

"JEBREEEDD!" Lila menutup pintu agak keras. Sengaja katanya.

Dela merasa sangat kesal. Usahanya untuk membuat Lila cemburu padanya gagal "Liat aja. Aku balas kamu" Dengan cepat Dela meninggalkan rumah minimalis yang ditempati Adli dan Lila.

***

Berteduh di warung remang-remang dengan baju yang sedikit basah karena kehujanan, Adli duduk ditemani Mbok Sikar. Si pemilik warung.

Adli mengeluarkan sekumpulan kertas berwarna hijau yang dibungkus dengan wadah yang terbuat dari sampul buku gelatik besar dan di bentuk persegi panjang menjadi seperti dompet tapi samping kanan dan kirinya bolong.

Dibukanya wadah itu. Di dalamnya juga terdapat beberapa lembar uang kertas.

Adli mengambil kertas hijau yang bertuliskan nama Mbok Sikar. Ia menyobek sobekan angka ke 28

"Lunas ya mbok" Adli memberikan sobekan itu kepada Mbok Sikar. Sebaliknya Mbok Sikar memberikan uang 2000 rupiah kepada Adli.

"Alhamdulillah" Balas Mbok Sikar "Oh Iya li, mbok mau pesen blender bisa? Tanyanya

"Bisa. Tapi nunggu barang dateng mbok. Kayaknya minggu depan mbok baru ada" Jawab Adli

"Ya enggak apa-apa. Kira-kira setorannya berapa?"

"Tergantung merk sama cek harga dulu mbok. Kalau harga nggak naik ya setoran sama kaya setoran blender bulan kemarin"

"Oh gitu. Yaudah pokoknya kalau itu blender udah ada langsung anterin ya kesini. Kalau bisa ya merk yang bagus sekalian biar awet"

"Siap mbok. Oh ya mbok, Mbok yati kok tutup ya warungnya?" Adli teringat Lila yang minta dibelikan mendoan Mbok Yati. Tapi warung Mbok Yati ternyata hari ini tidak jualan. Tadi Adli sudah mampir ke tempat jualan Mbok Yati.

"Yati katanya lagi nggak enak badan. Makannya libur jualan. Kenapa gitu?"

"Istri saya lagi ngidam mbok. Minta dibawain pulang mendoannya mbok Yati"

"Masyaallah. Baru nikah udah hamil aja istri kamu. Selamat ya li kamu udah punya jabang baby. Dijaga bener-bener loh kandungan istri kamu. Istirahat yang cukup sama pola makan sehat harus di terapin. Supaya istri kamu sama calon babynya sehat terus. Banyakin juga makan buah"

"Iya mbok. Yaudah ya mbok aku mau jalan lagi" Hujan sudah reda. Adli pun berpamitan pada Mbok Sikar untuk lanjut jalan lagi. Karena hari sudah semakin sore dan masih ada beberapa rumah yang belum Adli datangi.

***

Holaholaaaaa........!
Sorry bgt kalo ceritanya aneh atau ngga bagus:( Soalnya aku nulis cerita ini dadakan mikir bikin ceritanya buat di post, bukan copypaste:'D

Kritik dan saran sangat aku butuhin buat memperbaiki karya noob ku❤️

Oiya, covernya aku ganti. Soalnya udah nemu inspirasi buat bikin cover dan ya seperti inilah jadinya 👇


Jangan lupa berikan ⭐️ dan recomendasiin ke temen-temen, pacar, saudara dan keluarga kalian buat baca karyaku🤗
Terimakasih, semoga suka❤️

Married By AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang