Pagi yang indah di rumah sederhana kediaman Keluarga Renka yang terletak di Kota P. Di rumah ini hanya ditinggali oleh tiga orang saja. Yakni Yume, adik laki-lakinya Taichi, dan ibunya Mamori. Sementara ayah Yume yang berprofesi sebagai pebalap motor sudah meninggal sejak Yume berumur sepuluh tahun.
Saat ini, waktu menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Yume baru saja terbangun dari tidurnya. Dia langsung merapikan kasurnya, lalu turun ke lantai bawah membawa serta ponselnya. Saat dia masuk ke dalam dapur yang menyatu dengan ruang televisinya, dia melihat ibunya sedang memasak sarapan, sementara adik laki-lakinya asik menonton anime pagi hari.
Yume menghampiri kulkas. "Selamat pagi, Ibu. Sarapan apa kita pagi ini?" Dia mengambil sebotol air dan langsung meminumnya.
"Selamat pagi. Sarapan kita pagi ini adalah onigiri dengan tiga macam isian, ditemani dengan sup miso ditambah daun bawang dan salad.” Mamori menoleh sejenak ke arah Yume dengan mengeluarkan senyum tipisnya.
Yume menghampiri adiknya dan duduk bersila di sofa tepat di sebelah kanannya. Dia berusaha memahami apa yang sedang terjadi dalam anime yang sedang ditonton oleh Taichi. Namun, dia sama sekali tidak mengerti.
“Taichi, berapa umurmu sekarang?” tanya Yume datar.
Taichi melirik Yume sejenak, lalu kembali menonton animenya. “Lima belas tahun. Kenapa kakak menanyakan hal itu?”
Yume menunjuk ke arah pojok kanan televisi, yang langsung membuat Taichi ikut melihat ke arah dia menunjuk. Di sana terdapat tanda bahwa anime yang sedang tayang adalah kategori tontonan anak-anak. Sontak, pipi Taichi memerah karena menahan malu.
“A … em … mau bagaimana lagi? Tidak ada tontonan yang bagus. Aku jadi tidak punya pilihan lain.” Taichi memalingkan wajahnya, tak mau Yume melihat wajah malu-malunya.
Yume menatap Taichi dengan tatapan datar. “Kenapa tidak berangkat sekolah saja? Daripada menonton anime semacam ini. Aku akan menghabisimu kalau kau berakhir menjadi seorang otaku garis keras. Kau mengerti?” Yume langsung mematikan televisinya.Taichi menelan ludah saking takutnya. Meski dia tahu kakaknya hanya bercanda, tetap saja hal itu menakutkan untuk didengarnya. “Aku juga mau berangkat tadi. Tapi, ibu sedang membuatkan bekal untuk kubawa. Makanya aku menunggu di sini.”
Yume terus mendekatkan wajahnya pada Taichi, namun Taichi terus berusaha menjauh dan tak berani menatapnya balik.
Mamori memegang kotak bekal Taichi, untuk menunjukkan bahwa bekal untuknya sudah siap. “Taichi, ini bekalmu. Habiskan, ya?”
Mendengar panggilan Mamori, Taichi langsung menghampiri ibunya itu. “Terima kasih, ibu. Kalau begitu, aku langsung berangkat ke sekolah.”
“Hati-hati di jalan,” ucap Mamori dengan tersenyum. Mamori menata makanan di atas meja untuk dirinya dan Yume sarapan.
“Yume, ayo kita sarapan.”“Baik.” Yume bangkit dari sofa, namun langsung duduk kembali begitu melihat adanya pesan yang baru masuk ke ponselnya.
Pesan itu ternyata dari Mr. Y. Isinya adalah, “Ayase tahu soal rencana balas dendam kita pada ‘Black Mask’. Aku sudah memperingatkannya, tapi aku tidak tahu dia akan langsung mengerti atau tidak. Lakukan cara apapun untuk membuatnya berhenti terlibat dengan hal ini. Tapi, jangan sampai melukainya.”
Yume terus menatap ke ponselnya meski sudah selesai membaca pesannya. “Ada-ada saja. Tapi ‘Si Rambut Merah Muda’ itu pasti tahu bagaimana caranya. Tunggu sebentar,”—Yume menarik segumpal rambutnya ke hadapan matanya—“rambutku kan juga merah muda.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone at Last: Finishing Trouble with Trouble (Book 1)
Acción(Action-Scifi) (Kelar, Silahkan Baca) Arufabetto, sebuah negara yang punya teknologi yang lebih berkembang dibandingkan negara lain. Sosok di balik kemajuan teknologi itu adalah Okada Shigure, orang yang mempunyai perusahaan pencipta barang-barang m...