"Tidak ada yang bisa memprediksi kisah hidup seseorang di masa depan. Tidak ada seorang pun tau apa yang akan ia hadapi satu menit setelah ia tertawa lepas. Tidak ada yang bisa lari dari takdir jika Tuhan sudah berkehendak, bahkan tidak ada yang mampu mengubah takdir jika Tuhan tidak berkenan mengubahnya."
📍📍📍
Matahari sudah sepenggalah saat suara mamanya memenuhi langit-langit kamar. Ia terduduk, mengucek mata sambil mendesah pelan. Matanya masih berat. Kalau saja kemarin papa tidak mengajak panen durian di rumah nenek, juga kalau bukan karena ia sangat suka durian, mungkin Minggu pagi habis diatas tempat tidur.
Sativa beranjak, mematikan ponsel yang nyaring oleh nyanyian Mosa--yang ia rekam diam-diam saat mama menyapu teras lalu memasangnya sebagai nada alarm agar ia bisa bangun.
"Lima belas menit belum turun mama tinggal!" Yang ini benar-benar teriakan Mosa dari ruang tamu. Refleks tangannya meraih handuk, berlari menuju kamar mandi sambil melempar ponselnya ke atas ranjang. Selalu begini! Padahal mama tau Sativa mandinya aja 15 menit.
"Kakak nggak ikut ma?" Tanyanya di mobil setelah 16 menit hanya cuci muka, gosok gigi, lantas cepat-cepat ganti baju. Tidak usah mandi tetep cantik kok.
Lihat kan, baru kelewat satu menit saja papa sudah menyalakan mobil, bersiap menginjak gas.
"Kakak lagi sibuk-sibuknya. Promosi film kemarin peminatnya melonjak. Minta-nya aneh-aneh segala pengen dibuatin apa istilahnya? Season 2, iya, itu. Dikira bikin film tinggal simsalabim apa ya?" Mosa jadi kesal sendiri melihat rutinitas putri sulungnya.
Papa menginjak pedal gas, mobil melaju keluar gerbang. "Bukannya dari awal udah ada rencana buat season 2 nya ya ma?"
"Ya tetep aja kan, coba kalau penggemarnya nggak ngrengek dibuatin, kalau komentarnya jelek juga nggak bakal diterusin filmnya," mama bersungut-sungut memencet telepon--menghubungi putri pertamanya.
"Kalau komentarnya jelek, film kakak nggak sukses dong. Mama gimana sih?!"
Mosa menempelkan ponselnya ke telinga. "Diem dulu, mama mau telpon kakak ini. Ngomongnya nanti aja." Papa masih menjadi pendengar setia di balik kemudi.
Sampai pada beberapa menit kemudian. Sungguh kejam semesta memutar balikkan keadaan. Sativa yang ceria, Sativa yang sayang sama mama papa, dan bahkan Sativa yang tidak menyadari tak akan ada kesempatan "nanti aja" berdebat dengan mamanya, Sativa yang masih terlalu dini menerima kenyataan, Sativa yang masih terlalu naif untuk merasakan kehilangan.
---
Ini cerita pertama kami, dari c²am dan aiskafrn. Semoga ceritanya jadi, ndak nggantung. Aminn.
Selamat membaca:)