1 : Anugerah Terindah

273 20 0
                                    

"Kaki kamu pegel ya? Aku pijitin mau gak?" tawar Azka tiba tiba pada Karin, istrinya.

"Gak usah mas, gak kenapa kenapa ini kok."

Setelah ijab qabul tadi pagi, tiba waktu bagi kedua mempelai dan kedua keluarga ini menjalankan resepsi.

"Yakin dek? Kaki kamu kelihatan bengkak gitu loh." kata Azka semakin khawatir melihat kaki istrinya yang sedikit membengkak akibat terlalu lama berdiri.

Karin hanya menatap sendu wajah suaminya itu lalu menggelengkan kepalanya, tanda dia tidak apa apa.

"Mas kasih tahu panitia supaya jam setengah sembilan selesai ya. Mas gak bisa lihat kamu kayak gini."

Karin sebenarnya ingin menolak tawaran Azka, pasalnya acara resepsi selesai pukul sepuluh malam. Cukup lama, karena banyak rekan bisnis keluarga Azka dan juga rekan kerja Karin di klinik dan rumah sakit.

"Sebentar ya." kata Azka pamit untuk menemui panitia acara resepsinya ini.

Karin menatap punggung suaminya yang sedang berdiri menggunakan tuxedo hitam dengan gagahnya.

"Dia sudah menjadi suami mu, Rin. Tugasmu sekarang bertambah, kamu harus menjadi tulang rusuk yang kuat untuk tulang punggungmu." batinnya.

Karin terus saja menatap Azka yang sedang berbicara dengan panitia resepsi pernikahan mereka. Tanpa sadar seorang wanita hamil tengah sibuk menegurnya. Karin sama sekali tak mendengar panggilan wanita itu hingga akhirnya ia merasakan seseorang memegang bahunya. Sontak pandangan Karin mengarah pada orang itu.

"Astaughfirullah. Maaf mbak, gak konsen tadi." kata Karin terkaget.

"Iya gak masalah. Oh iya, Azka mana?" tanya nya to the point.

"Oh itu mas Azka, lagi bicara sama panitia." jawabnya sambil menunjuk dimana keberadaan suaminya pada wanita itu.

"Maaf, mbak nya siapa ya?" sambung Karin.

"Saya tamu kalian. Teman kampus nya Azka dulu." jawabnya sambil terkekeh pelan.

Baru saja Karin ingin mengajaknya berbicara lebih banyak, wanita itu berjalan menuju Azka. Karin heran melihat tingkah wanita yang mengaku teman kampus suaminya itu.

Karin hanya menatap gerak gerik keduanya ketika mereka bertemu. Azka dan teman kampusnya dulu.

"Assalamualaikum, Azka. Apa kabar?" sapanya.

Azka menatap datar wajah wanita yang dulu sempat mengisi hatinya.

Panitia resepsi pernikahan itu pun pergi setelah mengerti apa yang dikatakan Azka padanya perihal waktu selesainya acara.

"Walaikumsalam. Alhamdulillah baik. Suami kamu mana?"

"Mas Harun lagi lauching produk terbarunya di Malaysia, jadi aku datang berdua bareng ayah."

"Pak Farid? Beliau mana?" tanya Azka menatap sekeliling gedung.

Sepasang mata Azka menatap Karin yang terlihat mencoba tersenyum kearahnya. Azka tahu, pasti Karin cemburu melihat suaminya bersama wanita lain kini.

"Na, aku temui Karin dulu ya. Kamu silahkan nikmati acaranya." kata Azka lalu pergi meninggalkan Anna begitu saja.

Tak mau menyerah sampai di situ, Anna berjalan mengikuti Azka dari belakang. Sampai di pelaminan Azka mengelus lembut pipi bulat milik Karin, dan adegan itu tak luput dari pandangan Anna.

"Selamat untuk kalian berdua, SAMAWA ya." kata nya singkat.

"Terima kasih mbak, oh iya mbak namanya siapa?"

Teduhnya WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang