Bab 32

12.4K 1.2K 119
                                    

Benar seperti apa yang dipikirkan Najma kemarin. Pram pasti datang ke rumah orang tuanya untuk menjemputnya pulang. Tapi Najma dengan tegas menolak, ia tidak mau membuat anaknya dalam bahaya jika ia harus kembali tinggal bersama Pram.

"Pulang saja sana sendiri. Aku tidak mau ikut denganmu. Sebaiknya kamu urus saja Ibumu dan wanita gila itu. Bukankah dulu kamu ingin menikahinya sebaiknya sekarang kamu nikahi dia dan lupakan aku!" Ucap Najma tajam.

"Tidak. Aku tidak akan pergi sebelum kamu ikut denganku." Pria itu tetap bersikeras mempertahankan wanita yang dicintainya. Najma terlihat mulai kehabisan akal untuk membuat Pram pergi dari kediaman orang tuanya.

Ada alasan tersendiri mengapa Pram baru datang setelah tiga hari Najma pergi meninggalkan rumah. Pram menyadari keadaan sekarang sangatlah sensitif. Apa lagi disini orang tua Najma begitu mendukung perpisahan mereka. Salah sedikit saja, mungkin ia dan Najma akan berpisah untuk selamanya.

"Untuk apa? Aku tidak ingin lagi melanjutkan hubungan ini. Semuanya sudah berantakan, lebih baik kita akhiri saja sebelum semuanya berujung pada penyesalan yang teramat jauh," kata Najma. Pram nampak frustrasi.

"Aku tidak mau mengakhiri hubungan ini. Kamu tahu sendiri aku tidak bisa hidup tanpa mu. Aku mencintai kamu Najma. Aku mohon kembalilah padaku." Najma nampak membuang muka.

Ia enggan untuk menatap wajah Pram yang sedang memohon padanya. Najma takut jika ia menatap mata pria itu maka dirinya akan luluh. Bagaimana pun rasa sakit yang sudah pria itu berikan untuknya, disudut hatinya yang paling dalam Najma masih menyimpan rasa untuk pria itu. Walau ia sudah berusaha menghapusnya, namun semuanya terasa begitu sulit.

Apa lagi jika kenangan indah di masa lalu yang pernah terjadi di antara mereka menghampirinya. Sebelum ia merasakan sakit yang seperti sekarang ini. Ia pernah bahagia bersama Pram, pria itu dulu selalu membuatnya tersenyum.

"Aku tidak bisa kembali padamu selama kamu masih berhubungan dengan Ibu tirimu itu. Jika kamu tidak bisa hidup tanpa aku, lebih baik kamu mati saja!" Ucapan Najma terdengar begitu kejam di telinga Pram, wanita itu menyuruh dirinya mati.

"Kamu tidak mencintai aku lagi?" Tanya Pram, napas pria itu memburu. Matanya menatap tajam wanita yang dicintainya, sementara Najma sendiri masih berusaha bertahan agar dirinya tidak goyah.

"Kamu bisa pikirkan sendiri," ucap Najma ambigu. Namun tetap berhasil membuat hati Pram hancur, perlahan-lahan hatinya mulai berteriak kalau ia sebaiknya menyerah saja.

Namun egonya balas berteriak kalau ia harus mempertahankan wanita yang dicintainya, dalam keadaan bimbang seperti ini apa yang harus Pram lakukan. Apakah ia harus menuruti apa yang dibisikkan oleh hati kecilnya, atau kah ia harus menuruti egonya yang lebih mendominasi.

*****

Waktu enam bulan merupakan waktu yang begitu sebentar untuk Najma, namun begitu lama untuk Bayu. Selama enam bulan itu pula Bayu selalu bolak-balik ke Jakarta setiap dua minggu sekali untuk menemuinya anaknya.

Akela tumbuh menjadi bayi yang semakin lucu saja. Risma yang awalnya menolak kehadiran Akela perlahan mulai menerima anak itu. Bahkan kini ia sangat menyayanginya, hari ini Akela genap berusia enam bulan.

Dan Najma harus menepati janjinya pada Bayu. Berkunjung ke kampung halaman Bayu bertemu dan orang tua lelaki itu. Sesungguhnya ia tidak siap bertemu dengan mereka, ia masih belum menemukan kata-kata yang pas untuk menjawab setiap pertanyaan orang tua Bayu nantinya.

Istri Titipan (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang