Antara Ramah Dan Diam

6 0 0
                                    


Aktif dalam setiap organisasi adalah caraku berbaur dengan lingkungan, karena setiap organisasi selalu mengajarkan kehidupan sosial tersendiri untukku. Tidak heran kalau malam ini aku ke desa ini untuk belajar ilmu bela diri yang didirikan oleh sebuah organisasi yang sering disebut TTKDH.

Sejak aku sampai di desa ini sore tadi, aku tidak tau harus melakukan apa? Kecuali terdiam.

Kesannya begitu lucu kalau aku datang dari jauh, tapi setelah sampai disini aku malah berubah jadi pendiam, karena ternyata bahasa yang digunakan dalam sehari-hari didesa ini adalah bahasa suku Sunda, jelas gx gx ngerti bahasanya.

"Hai?, Silahkan diminum!"

Tiba-tiba suara lembut seorang perempuan mengejutkanku, secara fisik wajahnya tidak cantik, tapi senyumannya yg begitu ramah menandakan dia perempuan yang baik.

"Iya terimakasih"

"Koq gx gabung sama yang lain?"

"Gx, aku baru datang jdi aku belum mengerti gerakannya" jawabku singkat sambil tertunduk.
Matanya yang bulat membuatku tidak berani menatapnya, terlebih lagi pertanyaan yg dia lontarkan selalu penuh ketegasan, membuatku menjadi semakin segan.

"Tidak mengerti gerakannya, atau tidak mengerti bahasanya?"

Deg! Pertanyaannya membuatku terpojok, padahal memang benar aku tidak mengerti.

"Kamu orang Jawa??"

Pasti pertanyaannya dia lontarkan, karena logatku yg tak bisa ku tutupi.

"Iya,"

"Jawa nya dari mana? Orang tuaku juga dari Jawa!"

Hah? Orang Jawa?? Jelas nada bicaranya sama sekali tidak pakai logat Jawa, senyumnya identik khas Sunda, bagai mana mungkin dia keturunan Jawa??
Tapi setelah aku perhatikan, kulitnya yg bersih berwarna sawo matang khas Jawa, barulah aku percaya.

"Aku Jawa tengah, orang tuamu dri mana??"

"Jhahah jangan diteruskan! Aku pun tak tau Jawa mereka dimana, mereka tidak pernah mengajakku kesana"

Nada bicara yg awalnya ceria, tiba-tiba berubah. Saat dia mengucap kalimatnya yg terakhir.

"Hmm silahkan dilanjutkan acaranya, aku tidak bisa lama-lama, aku harus pulang, assalammualaikum!"

"Waalaikumsalam warohmatullahi wabarrokatuh"

Perempuan itu berlalu dengan senyumannya.
Setelah dia hilang dari hadapanku, aku baru sadar bahwa aku belum tau namanya. Perempuan itu seperti menghipnotis ku, sampai-sampai aku tak kuasa walau sekedar bertanya nama.
***

Sebenarnya aku malas sekali jika harus keluar malam hari. Apalagi acara ini pasti dihadiri banyak orang dri luar desa, dan tentunya banyak orang-orang gak jelas yang gak aku suka. Sungguh kalau bukan acaranya saudaraku aku tidak ingin datang kesini.

"Ti, kamu bawa kopi ini kedepan ya!"

Perintah saudaraku yang memang akrab memanggilku dgan panggilan Ti, padahal nama ku Triyana.

"Yang mana teh?"

"Itu tuh cowok yang dri tdi diem aja! Sekalian kamu ajak ngobrol ya!"

Hmmh trik jadul banget, selalu saja mereka itu berusaha mendekatkan aku dengan tamu mereka. Tapi aku tidak bisa menolak, karena orang tuaku selalu mengajarkanku untuk tetap bersikap ramah pada siapapun, meskipun tidak menyukainya.

"Okay!"

Aku pun menuju lelaki yang sedang duduk diam itu, dengan membawakan secangkir kopi, yang dibuat oleh saudaraku itu.

Aku Dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang