19 - Jeon Wonwoo

2.4K 285 15
                                    

Kedua -

Aku belajar untuk tidak berjalan
seorang diri.

🌻🌻

Dulu, mencintaimu adalah sebuah keputus-asaan.
Kini rasa itu menjadi sebuah rindu yang menyesakkan.

-Jeon Wonwoo

❣❣❣

Maaf.

Maaf

Maaf.

Maafkan aku.

Harus berapa kali lagi kukatakan maaf agar dirimu menerimaku lagi.
Untuk kesekian kali, aku berlutut dihadapan ayahmu, meminta maaf, karena aku telah lalai menjagamu, karena aku telah menyakiti hatimu.
Ayahmu begitu baik. Sekalipun ia marah padaku, beliau tidak menunjukkannya. Aku tau ayahmu begitu marah, tapi dengan baik hatinya ia berkata padaku,

"Semua sudah terjadi. Jangan disesali dan jangan mengulangi. Tenanglah, kau bukanlah manusia sempurna seperti dalam pikiran orang lain. Kau sempurna karena Myungeun telah melengkapimu."

Tanpa tanggung-tanggung, aku menangis layaknya anak kecil di hadapan ayah ibumu. Menceritakan semua kesalahanku dengan isakan tangis yang memalukan.

Ya, ayahmu benar. Aku sempurna karenamu.

Namun, kini aku tak lagi sempurna. Tolakan keras darimu membuatku sadar betapa banyak luka yang aku torehkan. Aku juga sadar, luka itu terlalu sulit disembuhkan.

"Seungkwan, tolong aku! Biarkan aku melihatnya. Sekali saja— tidak, sebentar saja." Pintaku pada Seungkwan—satu-satunya pria yang kau izinkan masuk dalan ruang rawatmu.

"Tidak." Tegasnya

Selalu seperti ini, Seungkwan akan selalu menolak sama sepertimu. Seakan berusaha menjauhkanku darimu. Aku harus apa agar kau mau menemuiku?

"Tuan Jeon, bisa ikut kami untuk penyelidikan?"
Bahkan aku tidak menyadari kehadiran beberapa polisi didekatku.

Aku mengangguk lalu mengikuti mereka. Aku sengaja ikut andil dalam penyelidikan, hanya penasaran.
Sekaligus sebagai penyesalan karena bukan aku yang datang menyelamatkanmu.

Flashback :

Jun meneleponku pagi-pagi buta. Dengan sejuta harapan, aku mendapatkan kabar baik. Aku menemukanmu, Myungeun.

Jun dan bawahnnya, juga polisi sudah berangkat ke tempat dirimu berada.

Tapi maaf,

Aku tidak bisa ada disana untukmu.

"Hyung, kita harus berangkat." Kata Mingyu.

Aku merasakan sesak pada dadaku. Berkali-kali aku mengucapkan kata maaf dalam hati.

Maaf, jika kepergianku ini lebih penting darimu.

"Seungkwan-ah, tolong bantu aku. Bawa pulang Myungeun. Temanku akan menunjukkan jalannya. Terima kasih."

"Hyung-"

Aku mematikan ponselku bahkan sebelum Seungkwan menjawab. Dia satu-satunya orang yang bisa kupercaya untuk menjagamu.

Maaf, aku akan segera kembali.

Beberapa hari berlalu, aku pulang.
Dengan hati berbunga aku datang padamu dengan rangkaian bunga matahari yang kau suka.
Tapi apa yang aku dapat? Teriakan ketakutanmu yang begitu menyesakkan dada.
Aku ditarik keluar oleh ibumu, beliau menjelaskan padaku apa yang terjadi.

Hancur.

Duniaku seakan hancur begitu saja. Hingga aku bersujud dihadapan orang tuamu, rasanya percuma.
Kau menolakku.

Flashback off.

Aku memasuki sebuah rumah yang tidak terlalu besar bersama beberapa polisi.
Daejeon.
Rumah ini ada di Daejeon. Kamu pernah mengajakku sekali ke daerah ini.

Rumah itu masih terawat. Aku bisa lihat foto masa kecilmu pada pigura-pigura usang diatas perapian.

Manis.
Kata apa lagi yang bisa ku andaikan saat melihat foto kecilmu?

Aku semakin menjelajahi rumah itu, memasuki sebuah kamar yang terbuka begitu saja. Ada wangi melati seperti parfummu, Apa ini kamarmu?

Aku melihat pada ranjangmu yang begitu rapi, seolah kau tak pernah menyentuhnya. Kursi di depan jendela, lemari kuno yang penuh dengan aroma melati, juga meja yang kini menyita perhatikanku.

Membisu adalah satu-satunya yang aku lakukan sekarang. Menatap foto diatas meja dengan perasaan tak karuan.
Bagaimana bisa?
Ada sosok Eunri dan dirimu dalam satu frame?
Dengan senyum yang sama, bagaimana bisa— Bukankah aku begitu bodoh tidak pernah menyadarinya?

Maaf.

Maafkan aku Myungeun.

📬📬📬

Aku menatap secangkir kopi dihadapanku. Terkejut kala tepukan pelan pada pundakku.

"Selamat malam, Jeon." Sapanya dengan suara lembut.

Aku menatapnya, memperhatikan detail wajahnya. Kini aku merasa bodoh tidak menyadari dari awal.

Tatapan dan senyum wanita dihadapanku ini, mirip dengan Myungeun.

"Kau mengenalnya?" Tanpa basa basi aku menunjukkan foto Myungeun padanya.

Ia mengernyitkan dahi sebelum menjawab, "Mahasiswa-mu."

"Kau mengenalnya?" Tanyaku lagi.

"Tidak. Aku tidak mengerti maksudmu."

"Dia Myungeun. Choi Myungeun. Ingat?"

Eunri menatapku bingung, sebelum ia membulatkan matanya sambil menatapku.

"Dia istriku. Dan ayahmu menculiknya beberapa hari yang lalu."

"Maaf, tidak pernah mengatakan sebelumnya. Tapi aku mencintainya,"

"Kita berakhir sampai disini, Eunri-ya. Maaf. Aku tidak ingin membuatmu terlihat semakin jahat."

Aku beranjak pergi. Tapi Eunri menahan tanganku.
"Kau pernah bilang jika kau mencintaiku?"

Tidak tega sebenarnya melihat Eunri seperti ini.
"Ya, dulu. Sebelum kau pergi meninggalkanku."

"Aku sampai menyuruh siapapun untuk menemukanmu. Aku berhasil. Tapi rasa itu tak pernah sama lagi. Maaf."

Eunri terisak dihadapanku. "Aku pergi bukan karena ingin."

"Ayahku bangkrut, hingga membuat ibuku memilih pergi dan membawaku. Meninggalkan Myungie yang masih kecil bersama ayah. Maaf aku tidak menghubungimu. Keadaan saat itu benar-benar kacau."

"Kumohon mengertilah. Jangan meninggalkanku."

Kugenggam tangannya dan kutarik dia dalam pelukanku.
"Untuk cinta pertamaku, bukankah seseorang selalu bilang bahwa cinta pertama tak pernah berhasil? Dan kita berakhir seperti ini. Maaf karena aku tak lagi menjagamu seperti dulu. Rasa yang pernah ada itu hilang bersama kepergianmu. Maaf karena kali ini aku melepasmu. Semoga kau menemukan pria yang lebih baik dariku."

"Aku pergi. Hati-hati dijalan, Kakak ipar."

📬📬📬

"Hyung, bisakah kau kerumah sakit? Myungeun ingin bertemu denganmu."




📬📬

TINGGAL SATU CHAPTER DAN EPILOG
SETELAH ITU END :)
GIMANA?

[✔] MOON RISE - JEON WONWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang