Part 14

1.6K 67 0
                                    

Hadinata Enterprise

13.11

"Ayah! Ayah gak bisa seenaknya dong! Aku ingin keluar dari sini!"
"Diam! Atau bilang saja kalo kamu mau ayah kirim ke Aachen sekarang juga!? Anton, Hadi, ajarkan dia semua pekerjaan yang kalian lakukan disini. Kalau melawan pukul saja sampai dia jera."
"Baik pak!"

Dua lelaki itu menahan tubuh Andra sejurus menghilangnya mobil Farid meninggalkan halaman pabriknya. Farid berencana mengurung anaknya itu disana selama masa skorsing tiga bulan yang kampusnya berikan akibat kasus memalukan yang melibatkan putra semata wayangnya itu. Tanpa uang dan tanpa hubungan apapun dengan dunia luar.

Ayahnya adalah pengusaha perhiasan dan pemilik tambang emas dan intan di Kalimantan. Bukan mudah ayahnya merintis usaha yang akhirnya membuat keluarganya menjadi salah satu yang terkaya dari kota itu. Ia memulai dari sebagai buruh, lalu menjadi orang kepercayaan salah satu majikannya hingga sampai pada titik saat ini. Sayang, keuletannya bekerja tak berbanding lurus dengan keberhasilannya membina rumah tangga, istrinya menggugat cerai saat usia Andra masih delapan tahun. Jelas, hak asuh Andra dimenangkan Farid. Naas, setahun setelah perceraian mereka, Mufida istrinya ditemukan tewas overdosis obat terlarang. Sejak saat itu putra tunggalnya itu menjadi kacau dan kian tak terkendali. Berkali-kali pindah sekolah saat sekolah menengah, juga telah satu kali pindah Universitas. Semua karena dimana pun ia berada ia selalu terlibat masalah. Farid sudah kehabisan akal.

"Eh, Ham. Tumben ada, bukannya harusnya kamu di tambang sampai minggu depan?" Ujar Anton yang baru berhasil menyeret Andra ke dalam ruang tunggu di pabrik.
"Oh, udah selesai urusannya. Tuan nyuruh gua balik, hmm... Di suruh bantu ngurusin si Tuan muda kita ini. Hai brother." Ujarnya sambil melirik ke arah Andra. Yang disapa hanya menjawab dengan acungan jari tengah sambil masih menunduk malas.
"Oh, you are my savior honey!" Kali ini Hadi menyahut dengan aksen kemayunya yang khas. Hadi, pria kekar yang agak kemayu.
"Yaudah, lo handle dulu ya? Gua sama Anton belum sempat makan gara-gara ngurusin bocah ini."
"Oke."

Anton dan Hadi kemudian pergi, Hamzah mengambil posisi duduk disamping Andra begitu memastikan kedua rekannya itu sudah pergi.

"Andra benci! Perginya lama sekali! Bilangnya cuma seminggu! Hampir dua bulan Andra gak dengar kabar abang!" Sungut Andra.

Ia langsung berhambur memeluk pinggang Hamzah, membenamkan wajahnya ke dada kekar lelaki itu sambil terus mencecarnya dengan sederet kata sungutan.

"Maaf sayang, banyak sekali kerjaan disana. Ini aja udah terhitung cepat aku pulang." Hamzah membelai rambut Andra dengan sayang. Andra mendongak menatapnya sejenak, Hamzah tersenyum lalu mendaratkan kecupan kecil ke bibir Andra, sebentar saja lalu melepasnya. Masih dengan tatapan sayu, Andra menarik tengguk Hamzah lalu menciumnya lagi. Kali ini lebih dalam dengan lumatan yang lebih lagi.
"Not now, Ndra. Tidak disini." Ujar Hamzah seraya melerai ciuman mereka.
"Hmph, ayo!" Sergah Andra.

Ia menarik tangan Hamzah meninggalkan ruang kantor melalui pintu kecil di samping, mengikuti lorong kecil panjang terus ke belakang. Hamzah paham, ia ingin membawa mereka ke tempat penyimpanan bahan mentah perhiasan. Tempat itu terkunci dengan kunci sidik jari dan nomor sandi, ia hafal nomor sandinya, lalu menarik tangan kanan Hamzah dan menempelkan jempolnya ke pemindai. Ia tau ayahnya memberi kepercayaan pada Hamzah sampai sejauh itu, orang yang sudah menjadi tangan kanan ayahnya sejak lama.

Pintu terbuka dengan mudah menguak ruangan yang sangat luas penuh dengan harta berharga.

"Waaaa!" Andra memekik pelan saat tiba-tiba Hamzah menggendongnya.
"Apa sih bang, Andra bukan anak kecil lagi."
Hamzah hanya terbahak kecil sambil terus menggendong Andra menuju salah satu sudut ruangan. Begitu tiba Hamzah menurunkan Andra yang langsung dengan tergesa menggeser sebuah beberapa kayu yang terletak di lantai.
"Pelan-pelan, Ndra. Nanti tanganmu luka."
Andra tak peduli, tetap serampangan menyeret benda-benda itu menyingkir.

I Think I Love You, Buddy (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang