1.

356 56 9
                                    

Kalau disuruh memilih 'Hal apa yang paling merepotkan di kehidupan?' Namjoon akan memilih: punya adik.

Walaupun kehidupan itu sendiri juga sudah sangat merepotkan, punya adik itu mengalikan beratnya sampai ratusan kali.

Namjoon sudah hampir berada pada level kesepuluh dalam ketenangan batin di Sabtu malamnya. Membaca Siddharta dan memahami isinya butuh ketenangan khusus dan mendapat ketenangan khusus seperti ini, hanya bisa didapatkan pada Sabtu malam. Mengapa? Karena pada Sabtu malam, Hoseok sudah pasti akan pergi dengan Taehyung. Yang berarti, akhirnya, apartemennya cukup sunyi untuk membaca buku-buku Hermann Hesse.

Jangan salah paham, Namjoon sangat, sangat sayang pada Hoseok. Malah, Namjoon tidak akan bisa tahan sehari tanpa Hoseok. Hanya saja, seperti yang sudah dikatakan, butuh level ketenangan batin tertentu untuk membaca buku-buku kesayangannya. Dan Hoseok.... sayangnya terlalu banyak bersuara.

Namjoon sayang Hoseok, tapi dia juga sayang buku-bukunya.

Maka, tentu saja, agenda Namjoon untuk mencapai kedamaian batin pada Sabtu malam tidak termasuk ditelepon adiknya yang—sudah pasti— minta sesuatu yang merepotkan.

"Oppa." Adiknya berbicara dalam nada merengek. Pertanda buruk.

"Mau apa kau?"

"Memangnya aku selalu telepon kalau ada butuhnya saja?" Keluh adiknya. Memang.

"Memang." Ulang Namjoon, kali ini disuarakan. "Jadi, mau apa kau?"

"Astaga. Baiklah." Adiknya menghela nafas. "Aku butuh.... sesuatu. Temanku ulang tahun, aku butuh kado untuknya."

"....lalu?"

"Belikan untukku. Aku tidak punya uang. Miskin."

"Yejin, kau sadar kau kuliah di jurusan ekonomi, dan kau bahkan tidak bisa mengatur keuanganmu sendiri?"

"Aku kuliah di ekonomi politik tahu!"

"Lebih buruk. Orang-orang sepertimu tidak bisa dibiarkan mengatur ekonomi negara."

"Tolong. Kali ini saja. Sangat mendesak. Pestanya satu setengah jam lagi dan aku bahkan belum selesai menata rambut. Ya?"

"Tidak."

"Oppa!!!"

"Astaga. Iya. Mau beli apa sih?"

"Yang simple-simple. Seperti sapu tangan, gelang..."

"Kalau repot, batal ya."

"BUNGA. Kalau gitu bunga ya. Ya?"

"Hhh. Oke."

Namjoon memutuskan sambungan teleponnya. Dengan sangat berat hati, dia memakai jaketnya, bersiap untuk pergi.

Saat mengambil kunci mobil, dia melihat tumpukan piring kotornya yang sudah tidak ada lagi di sink. Pasti Hobi, pikirnya. Hobi tidak pernah suka meninggalkan rumah dengan keadaan berantakan, dan Namjoon selalu bersyukur untuk hal itu. Selain itu, dia teman yang baik. Kalau dipikir-pikir, tidak masalah juga kalau Hoseok berisik. Dia benar-benar teman seapartemen yang ideal.

***

Namjoon memutuskan untuk membeli di toko yang searah dengan perjalanan ke apartemen adiknya, dan jika ini bukan satu-satunya toko bunga yang ada, Namjoon mungkin tidak akan mampir.

Karena nama tokonya: 'Seed You Later', dengan logo biji yang dipersonifikasi, punya mata, hidung dan tangan yang sedang melambai, seperti mengucapkan sampai jumpa.

Demi Tuhan, siapa orang dengan humor jelek yang menamai tokonya dengan lelucon seperti itu?

Meski begitu, dia masuk kedalamnya. Tidak ada seorangpun.

"Permisi?"

Satu menit, dua menit berlalu. Namjoon tidak mendengar jawaban, dan saat itulah dia menyadari bahwa ada bel tepat di sebelah mesin kasir. Maka Namjoon membunyikannya.

"Sebentar!" sebuah suara menjawab dari dalam, dan keluarlah seorang lelaki pirang. Dia muncul sambil tertawa, mukanya sedikit merah . "Maaf-, ada yang bisa dibantu?"

"Bunga untuk kado ulang tahun." kata Namjoon. "Bisakah kau membantuku?"

"Tentu." Pria tersebut masih sedikit tertawa. Sejujurnya, Namjoon paling tidak suka, sama sekali tidak suka dengan orang seperti ini. Terlihat tidak profesional, tidak serius. Namjoon senang setidaknya dia bahagia, atau memiliki sesuatu yang membuat dia cukup bahagia. Tapi tetap saja.

"Untuk siapa? Teman? Pacar?" tanyanya.

"Teman... Sebenarnya adikku menyuruhku membeli bunga untuk hadiah temannya."

"Oh." Si penjaga toko mengangguk. "Bunga Krisan sangat populer, tapi aku merekomendasikan alstromeria. Jarang yang mengerti, tapi dia adalah simbol persahabatan. Cocok kan?"

"Boleh juga."

"Oke, Alstromeria. Satu buket?"

"Yep."

"Biar kubungkus dulu. Tunggu sebentar ya."

Sang penjaga toko bergerak ke arah rak pot-pot bunga, dan mengambil beberapa tangkai bunga yang berwarna merah muda dengan bagian tengah berwarna kuning. Bagus juga.

Saat dia membawa bunganya untuk dirangkai, Namjoon benar-benar bermaksud hanya untuk memperhatikan cara merangkainya, bukan tangannya. Hanya saja, hal itu terlalu sulit dengan jari-jari lentik penjaga toko. Bagaimana bisa seorang pria mempunyai tangan secantik itu? Namjoon jadi ingin menyentuhnya.

"Apronmu basah." Namjoon memecah keheningan.

"Apron-ku selalu basah." Jawabnya. "Aku menyiram tanaman di halaman belakang setiap waktu. Apronku selalu basah."

Masuk akal.

"Kau kerja disini sendirian?" Namjoon melihat sekeliling, tempat ini lumayan besar. Kalau dikerjakan sendiri pasti berat.

"Ada yang bekerja part-time, tapi dia sudah pulang." Penjaga toko menjawab Namjoon tanpa menoleh dari rangkaian bunganya.

"Jadi.... kau pemiliknya?"

"Hmm."

"Nama tokomu unik."

Seokjin mendengus. "Leluconku terlalu superior. Walaupun kupikir kau tidak serius mengatakannya."

Humor jelek untuk seseorang yang tampan.

"Aku serius. Itu unik."

"Terserah deh." Penjaga toko menyerahkan rangkaian bunganya kepada Namjoon, tersenyum tipis. "Aku Kim Seokjin."

"Kim Namjoon." Balasnya.

Seokjin berjalan ke meja kasir dan mulai mengetuk-ngetukkan jarinya ke mesin. "6800 won, Namjoon-ssi."

Namjoon memberinya lembaran 10 ribu won. Dia hampir meminta Seokjin untuk menyimpan kembaliannya— Demi Tuhan, untuk tip— kalau saja kebiasaan pasif-agresifnya tidak mengambil alih.

Seokjin memberinya uang kembalian dan struk, lalu menyambut selamat tinggal silahkan datang lagi. Lucu. Itu ucapan paling dasar seorang penjaga toko, tapi Namjoon jadi benar-benar berpikir untuk kembali.

Mungkin dia bisa menggunakan 3200 wonnya untuk membeli sebuket bunga lagi, lain kali.

Saat duduk di mobil, Namjoon membuka struknya, separuh kaget dengan sesuatu yang tertulis disana. Hanya separuh, karena sebagian dari dirinya sudah mengiranya. Sebagian lagi kaget karena yang tertulis benar-benar tidak lucu, dengan cara yang lucu.

(08) 8737-726xx
Kalau kau adalah sebuah steak,
kau pasti well done.
:)

Flower Hearts (You Made Mine Blooms)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang