Malibu? Yang berkisar 5 jam dari San Fransisco yang sedang aku huni sekarang. Entah kenapa rasanya intuisi ku berkata iya? Mengapa aku rasa aku harus berburu kesana? Ska? Benar kamu disana?
Lantunan lagu di mobil membuat aku ingin mengamburkan air mataku saat ini,
Hello, it's me.
I was wondering if after all these years you'd like to meet.
To go over, everything.
They say the time's supposed to heal.
But I ain't done much healing.Hello, Can you hear me?
I'm in California dreaming 'bout who we used to be.
When we were younger here.
I've forgetten how it felt before the world fell at our feet.I must have to called a thousand times,
to tell you I'm sorry for breaking your heartBeruntungnya ada rico yang tepat di sampingku, menenangkan ku dan menyakinkan aku kalau aku pasti bertemu kamu disana.
5 jam membuatku tak habis dimakan penasaran, di jalan kota California yang sangat tak ku sukai ini. Cepat datang, Malibu.
Aku sudah sampai dari beberapa menit yang lalu, rico memutuskan untuk bersama saja tak usah berpencar karena kita tak tahu bagaimana lokasi dan keadaan disini.
Hingga aku jumpai hari menampakan senja nya namun aku belum menemukanmu jua ska.
Namun tak ada kata menyerah untukku sekarang,
"hari ini kita gak usah ke Malibu ya, qil"
"coba liat tuh lo udah pucet, kecapean lo" lanjut rico
"kalo kita ga buru buru cari ska gimana co?"
"aqsa gaakan kemana mana qil, percaya sama gue"Setidaknya aku memang perlu penyemangat kalau kamu pasti akan baik baik saja dan takkan kemana.
🌯
Aku juga terus menghubungi deya setiap hari ku di California. Namun ntah apa yang sedang dilakukan deya sehingga tak sanggup membalas pesanku.
Aku temui pagi ini, hari ke 5 aku di Califonia. Rico yang sedang tidur, dan aku harus berjalan sendiri mencari ska, kalau dia sampai tahu pasti aku takkan bisa mencari ska.
Sudah aku bilang beberapa kali, aku tak suka California. Kota ini membuat aku berpikir keras bagaimana caranya aku bisa dengan ragaku menemukanmu sendiri ska?
🎵Andai saja aku bisa merubah sang waktu, tak akan ku berpaling meninggalkanmu, mencoba sekuat hatiku merelakanmu, dengannya. Meski ku takkan bisa.
Lantunan musik yang aku pasang dengan earphone menemaniku disepanjang jalan. Aku lihat caffe dengan yang lumayan ramai ingin rasanya aku memasukinya.
"classic plain, 1" entah rasanya seperti apa aku hanya asal sebut karena tulisan itu yang aku lihat pertama kali di daftar menu di dinding
Mataku tertuju, saat aku duduk disudut caffe yang hanya mempunyai satu meja saja, tempatku. Seorang pria dengan hoodie abu abu yang menggenggam sepertinya coklat panas dengan teramat hati hati. Pikiranku terlintas akan ska yang disana.
samperin aja kali ya?
Tanyaku pada diriku sendiri."ah gausah, ngapain juga"
Tak lama pria itu pergi. Namun rasanya kaki ku ingin mengikuti kemana perginya pria misterius itu yang sedari tadi hanya menundukan kepalanya.
Tepat didepanku, ingin aku membalikkan badannya dan melihat rupanya.
"aqila" panggil seorang dari belakangku, menepuk pundaku
"gue cariin"
"eh co"Pria itu telah musnah, tak tau kemana arahnya. Yasudah memang dia siapa? Harus aku mengetahuinya?
"tadi ngikutin siapa?"
"gue? bukan siapa siapa kok"
"cuma misterius aja gue pengen tau"
"udah makan qil?" aku menggeleng
"yuk"
KAMU SEDANG MEMBACA
sekiranya, hampir. [completed]
Ficção AdolescenteManusia bodoh yang benci bisikan semesta, kehilangan sebuah yang sangat berharga. Suatu masalah yang terbesar untuk Aqila. Benua; jangan hilangkan dia dari suatu tempat, biarlah dia bersemayam walau bukan dengan ku. #2nd finished story