12

37 1 0
                                    

Langkah kakinya mendadak berhenti saat tubuhnya tak terduga membentur sebuah penghalang tepat saat dia baru memasukkan satu kakinya ke dalam. Penghalang itu bernama Tabish yang diam mematung tak bergerak sama sekali. Orang-orang di belakang dirinya mendorongnya untuk masuk ke dalam. Sedangkan tubuh yang ada di depannya bergeming. Tabish baru menyadari keberadaan Peter setelah tekanannya menjadi lebih kuat dan Tabish tersadar dari tempatnya berdiri.

"Oh maaf Pet, " Tabish tersenyum ramah dan mencoba menyingkir memberi jalan.

"Apa kau bisa tidak berdiri di sini?" tanya Peter yang lebih bernada permintaan.

"Sebaiknya kita pindah," Tabish menepuk pundak Tristam yang juga sama mematungnya. Awalnya Peter tak tahu apa yang terjadi. Tapi tak perlu waktu lama untuk dia menyadari dan mengerti situasinya.

Saat mereka berdua menggeser tubuhnya, matanya sekejap saja langsung berhadapan dengan karya seni besar yang sangat mengagumkan.

Dia berdiri tanpa berkata apa pun.Matanya memancarkan keterpesonaan dan kekaguman yang mengingatkannya akan langit-langit kapel Sistine. Seluruh langit-langit pameran terisi penuh dengan lukisan berbagai makhluk hidup yang sudah punah dalam cara yang mengesankan. Seluruh dinding berisikan lukisan lanskap dan kehidupan tetumbuhan yang juga sudah tak lagi ada di muka bumi ini.

Di bawah kakinya, Peter agak terlambat menyadarinya, dipenuhi oleh lukisan samudra purba beserta kehidupan yang ada di dalamnya yang juga telah musnah. Sejauh mata memandang, skala lukisan yang mencakup seluruh ruangan begitu mencengangkan. Dari langit-langit, dinding-dinding, dan seluruh lantai semuanya dilukis dengan kualitas yang tak perlu diragukan lagi, luar biasa.

Dia terdorong oleh seseorang yang ada di belakangnya, yang memaksanya kembali bergabung dengan Tristam dan Tabish. Dua laki-laki paruh baya itu terlihat kegirangan menikmati pemandangan yang menggetarkan mata dan perasaan mereka. Mereka berdua bagaikan makhluk asing yang baru pertamakali melihat sesuatu yang seperti ini. Peter sendiri masih diluputi getaran aneh, yang membuatnya mengkhayalkan dunia masa lalu yang ada di sekitarnya. Membayangkan semua yang ada di dalam sini hidup, menggeliat, berlari, terbang, berenang, dan bersuara.

"Aku tak menyangka ini akan sangat luar biasa," ungkap Tristam dalam luapan kegembiraan yang tak ditutup-tutupi.

"Ini hebat Tris! Sudah lama aku tak merasa sesenang ini," Tabish menimpalinya dengan mata yang berbinar dan berkeliling. "Apa kau tahu ini?"

Tristam Hunt menggeleng. "Aku bahkan baru melihatnya."

"Aku tak melihat nama kurator di undangannya. Jadi, dia... " Peter agak terkejut saat sang direktur sendiri baru melihat dan memasuki ruangan ini. Itu adalah sesuatu yang tak umum. Terlebih yang agak mengganggu pikirannya, dia tak menemukan seorang pun kurator yang mengurusi karya-karya Saskia.

"Oh, dia menguratori pamerannya sendiri. Mengagumkan bukan? Dan lihat hasilnya Pet. Kau pasti bisa menilainya sendiri dengan jujur. Ini kejutan. Tidak. Ini hadiah istimewa untuk Inggris! Kau pasti setujukan Tabish?" Tristam menoleh ke Tasbih yang masih memandangi seekor ikan di bawah kedua kakinya.

"Oh, aku? Ya, ya." Dan dia masih mengamati detail dan indahnya lukisan yang ada di bawah kakinya. Peter melihat laki-laki itu menundukkan kepalanya lalu berjongkok. "Bagaimana dia bisa membuat semua ini?"

Tristam mengangkat bahu. "Aku sendiri tak tahu detailnya. Saskia memberi syarat yang agak susah untuk dijelaskan. Menutup seluruh ruangan ini selama enam bulan dan tak seorang pun boleh memasukinya. Bahkan diriku. Dia hanya memberikan laporan dan perkembangan karyanya. Hanya itu."

"Hanya enam bulan, katamu?" Tabish mendongakkan kepalanya memandangi Tristam dengan agak tak terpercaya. "Jika itu benar, ini akan menjadi sejarah dunia seni abad ini."

Peter yang mendengarkan pembicaraan mereka berdua sedikit agak terganggu dengan kenyataan yang dilihat dan didapatkannya. Pengakuan dari dua orang akan betapa menakjubkannya pameran Saskia kali ini. Ditambah kedua matanya sendiri yang tak bisa berbohong kecuali dia mencoba membohongi dirinya sendiri. Itu membuat perasaannya tertusuk. Apa yang sudah dibuatnya selama ini? Apa yang sudah dilakukannya selama beberapa tahun terakhir?

Peter memandangi seisi ruangan dengan keadaan yang agak terguncang. Dia tak tahu, akan ada seorang seniman di masa dirinya yang akan mampu melakukan hal semacam ini, nyaris seorang diri, atau memang benar-benar seorang diri. Melihat Peter yang terlihat merana, Tristam menepuk pundak anak muda yang tiba-tiba gelisah itu.

"Jangan dipikirkan Pet. Kalian berdua adalah seniman berharga milik negara ini. Yah, mungkin, kali ini kau akhirnya memiliki seorang rival! Tidakkah itu menarik?"

"Yah, seorang Leonardo yang tiba-tiba dikejutkan oleh Michelangelo muda, hahaha, ini menarik, benar-benar menarik!" Tabish agak senang setelah dia mendapatkan hal yang akan mengguncang London dan Inggris itu sendiri. "Mungkin besok The Time akan menampilkan wajahmu bersebelahan dengan Saskia, Pet. Aku tak sabar melihatnya."

"Aku tak tertarik dengan itu."

Orang-orang yang baru masuk atau yang lebih dulu ada di dalam, mengalami keterpesonaan yang serupa. Beberapa di antara mereka bahkan tampak terkejut. Sebagian yang lain mematung. Sebagian lainnya, mulai berkeliling dengan wajah yang ceria sekaligus takjub. Beberapa puluh menit kemudian, saat Peter berjalan perlahan untuk mengamati, berbagai macam binatang yang mirip seperti burung dan berbagai macam hal lain berterbangan. Membuat semua orang mendadak mendongakkan kepalanya.
Ruangan berubah menjadi lebih gelap layaknya malam. Semua lukisan berpendar indah. Berbagai binatang terbang, melompat, berlari, atau hanya berjalan perlahan. Di atas kepala mereka, bintang-bintang dan guratan debu bintang atau galaksi, menampilkan kesan yang menenangkan.

Segalanya menjadi tampak hidup.

Di bawah kaki mereka, air yang bersinar terang mendadak memenuhi ruangan. Membuat sebagian besar orang terlihat panik dan takut.

Genangan air di ruangan itu semakin naik sampai hampir mencapai lutut. Membuat basah segala yang ada di sekelilingnya.

Genangan air yang kini memenuhi ruangan pameran seketika bergelombang layaknya ombak. Bergemuruh.

Satu persatu, berbagai jenis ikan dan binatang laut berloncatan dari bawah air, mengambang sejenak di udara, jatuh ke bawah.

Di bawah kaki mereka, segala sesuatunya seolah hidup. Itu adalah pemandangan yang begitu luar biasa indah dan mengagumkan. Seorang Peter, dan berbagai seniman dan mereka yang tak tahu apa itu seni, akan menganggap ini indah, pertunjukkan yang menakjubkan. Walau seandainya sebagian dari mereka tak ingin mengakuinya.

"Ini luar biasa! Mengagumkan! Indah! " Tristam mengatakannya dengan keras dan penuh dengan kesenangan. Peter tahu, dia sendiri juga mengalaminya. Walau dia tak seberisik itu untuk menampilkan perasaannya.

Suara dan embusan angin membuat genangan air yang bagaikan laut menjadi bergejolak hebat. Bintang-bintang menghilang dalam sekejap mata. Suara petir dan kilatan cahaya dari atas menggelegar, membuat beberapa orang terkaget.

Kemudian, hujan pun turun dengan lebatnya.

Dalam keadaan basah, Peter menoleh ke seorang perempuan bertubuh mungil yang wajahnya sedikit tertutupi oleh penutup kepala dari jaket yang dikenakannya. Perempuan itu tiba-tiba saja mengalihkan pandangannya ke arah dirinya. Tersenyum. Menatapnya agak lama. Lalu berjalan menjauh, menghilang di tengah manusia yang sedang terpesona dan merasa takjub.

Hujan yang tadinya berupa air berubah menjadi cahaya berwarna-warni. Seluruh air yang ada di bawah kaki berpendar menampilkan dunia bawah laut dan semua lukisan yang ada di langit-langit bagaikan keluar dari dinding tempat mereka berasal. Berjatuhan satu persatu. Dan tergeletak mati di hadapan mereka semua.

Setelah itu, semuanya menjadi gelap. Yang terlihat hanyalah para binatang purba yang perlahan-lahan menguar ke udara dan pecah menjadi kepingan kecil yang tersapu oleh angin.

Sampai segalanya hilang tak bersisa. Yang tertinggal hanya keheningan total.

J'NaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang