another

225 31 4
                                    


Keesokan paginya, orasi mengenai pemilihan BEM sudah resmi dimulai. Area kampus sudah mulai penuh dengan berbagai macam media promosi calon ketua BEM. Jeonghan yang termasuk dalam team Seungcheol mau tidak mau ia datang ke tempat orasi setelah ia kuliah. Hari pertama orasi biasa saja, menurut Jeonghan Penyamapaian Seungcheol bagus, ia tahu apa yang ia lakukan, he got the power and he knows how to use it. Isi proker Seungcheol pun terlihat cerdas, menandakan ia tidak main - main dan sudah pro dalam bidang ini. Hari pertama di fakultas kedokteran yang sebagaian besar masih konservatif sehingga Jeonghan tau banyak yang tidak suka dengan pemikiran terbuka, tapi mereka cerdas, sehingga kemungkinan besar mereka tidak terlalu buruk dalam memberikan feedback. Sebenarnya seluruh rangkaian proses orasi berjalan lancar. Seungcheolt idak begitu memiliki audience pada fakultas MIPA dan PErtanian peternakan karena mereka jelas berada dalam sokongan pihak lawan. Dukungan kepada Seungcheol jelas ada dalam ranah soshum, selain karena Seungcheol sendiri sudah dikenal, mereka juga sudah menerima pemikiran terbuka. Sore itu, setelah orasi dengan fakultas hukum selesai, Jeonghan yang ingin segera kembali ke fisip untuk mengambil motornya (fyi kampus hukum dan fisip sebelahan, jadi Jeonghan lebih memilih memarkir motornya di fisip).

"Han," Seungcheol berseru menghentikan langkah Jeonghan, membuat jeonghan berbalik.

"Kepana? butuh bantuan apa?"

Seungcheol berjalan kearah jeonghan, "Malem ini sibuk nggak?" jeonghan menggeleng, "Kan kamu yang harusnya sibuk nyiapin buat besok. Besok terakhir loh buat orasi fakultas. Aku mungkin akan bikin satu dua artikel lagi,"

Seungcheol tertawa, "Besok tu di teknik, kampusnya lawan, no matter how good i am, mereka akan selalu merendahkan aku, akan menjelek jelakkan ku. Jika kemaren - kemarin kita cuma ngomongon proker, besok mungkin mereka udah mulai urusan personal. Dari pada aku nyapekin diri sendiri. Im going to play tonight,"

Jeonghan menatap calon ketua BEM itu sangsi, "Yakin?" Seungcheol menangguk.

"Mau ikut? Nanti jam 8an gue jemput di kosan,"

"Sama siapa aja? Mau kemana emang?"

"sendiri sih, pingin nya sih ke club, atau ke sakapatat juga boleh,"

"Kalo sakapatat aku gas, tapi kalo club ogah, males, berisik," Jeonghan tertawa.

"Oke, ntar gue jemput jam 8an lah ya. Dandan jangan lupa," Seungcheol dengan sengaja menepuk pelan pipi jeonghan, membuat siempunya malah mengerucutkan bibirnya.

Pesan dari Seungcheol datang pukul 8, mengatakan bahwa ia sudah berada di depan kos Jeonghan. Malam itu, Jeonghan sengaja memakai skinny jeansnya dan sweater creme oversized.

"Mau ke gossip aja nggak. Makanan nya enak di gossip dan aku laper," Tanya Jeonghan setelah mereka keluar menuju jalan utama.

"Jauh banget ke gossip, udah harus turun kebawah, ke arah timur lagi. Udah sakapatat aja, nanti pesen makan dari resto sebelah,"

"Ke sakapatat bukan buat mabuk, kayanya cuma kamu,"

Seungcheol ketawa, "Ya udah, aku mabuk, kamunya jangan, nanti kamu yang bawa mobil,"

"Ih, ogah lah,"

Mereka akhirnya tetap pada tujuan semula, dalam beer garden itu, Jeonghan tetap dengan pendirinanya, ia cuma makan malam dan meminum satu gelas draught beer, sedangkan Seungcheol memilih cocktail dan vodka mix. Mereka berbincang cukup lama sampai sisa alkohol tidak terlalu banyak. Walaupun Seungcheol tidak sampai mabuk hanya dengan campuran seperti itu, ia tidak mau ambil resiko apabila bertemu polisi di jalan. Sedangkan Jeonghan yang tau tidak akan menyetir bahkan habis lebih dari 500cc beernya. Ketika mereka pulang, mata Jeonghan sudah berat dan rasanya ingin segera tidur.

"Emang nggak kuat banget po kamu Han?" Seungcheol berusaha memegang tangan Jeonghan, takutnya siempunya tiba - tiba oleng.

"hehehe,"

Seungcheol mendorong Jeonghan untuk masuk ke mobilnya.

"Balik ke rumah Minki aja biar nggak repot deh," Seungcheol memilih untuk melajukan ke rumah adiknya yang cenderung lebih terbuka untuk di datangi dini hari seperti ini.

Jeonghan bangun pukul 9 pagi, dan seketika ia merasa bodoh. Ia melihat sekitar dan menyadari ini bukan di kamarnya, mungkin kamar seungcheol, pikirnya.

"Dah bangun?" Jeonghan menoleh dan membuat kepalanya pusing.

Seungcheol masuk dengan segelas air dan sebuah pil penghilang rasa sakit yang langsung diterima Jeonghan dengan bahagia. "Kuliah nggak?" Jeonghan mengangguk.

"Aku kayanya nggak bisa ikut yang orasi di vokasi, aku ada quiz rutin. Aku nyusul yang teknik aja. Jam 2 kan?"

Seungcheol mengiyakan, "Mau balik kos dulu? kayanya nggak sempet juga sih. Mandi disini aja, pinjem bajunya Minki,"

Seungcheol mengantarkan Jeonghan ke kampus sebelum ia menuju gedung vokasi. Jeonghan akan menyusul ke gedung teknik siang nanti.

Siang itu, dalam gedung sudah ramai, memang kalau fakultas teknik, korsa mereka begitu laur biasa. Seungcheol sendiri sangsi ia akan didengarkan disini. Tapi ia cukup terkejut melihat beberapa anak non-teknik ikut datang. Jeonghan duduk di kursi barisan depan, bersama Seungcheol dan timnya.

"Aneh," Jeonghan berucap tepat setelah ia duduk.

"Hm?"

"Mereka menyiapkan LCD? Setelah semua orasi dimana mereka cuma omong kosong tanpa data?"

Seungcheol mengangkat bahu, "Mungkin mereka malu kalau ngomong di kandang sendiri tanpa data?

Calon pasangan lawan tiba - tiba jalan mendekat ke arah mereka.

"Choi Seungcheol," Panggilnya membuat Seungcheol dan tim menoleh.

"Ya?"

"Bolehkah kali ini aku memulai orasi duluan? tidak masalah bukan kita bertukan urutan?"

Seungcheol mengangguk, "Tentu saja, silahkan,"

Setelah acara orasi dibuka oleh MC dari panitia pemilihan, calon PresBEM dari fakultas teknik itu maju, "Selamat siang, terima kasih telah datang dalam orasi fakultas terakhir. Bukankah bosan jika kita cuma ngomongin proker aja. Kalian juga pasti sudah tau dari orasi sebelumnya dan sosial media. jadi lebih baik kita ngomongin yang lain kan ya?" Feeling Jeonghan sudah tidak enak, Jeonghan sangat menegnal gaya orasi seperti ini, mereka pasti akan menyerang secara personal. Jeonghan memang sudah memberi tahu bagaimana menyikapi serangan personal, tetapi tetap saja ketika dihadapkan secara langsung ia cemas.

Seketika cahaya proyektor menyala, memnatulkan sebuah gambar di layar putih, dan kini semua mata tertuju padanya. Di layar putih itu terlihat jelas bagaimana Jeonghan bersandar dan menopang pada lengan Seungcheol ketika mereka berjalan ke mobil.

Jeonghan menolehkan kepalanya ke arah Seungcheol dan begitupual sebaliknya, "Cheol, i dont know. im sorry," Jeonghan berkata pelan.

"Gimana kalau kali ini kita ngomongin anggota timsesnya Seungcheol yang selalu duduk disebelahnya, yang paling cantik itu? Yoon Jeonghan," Suara dari atas podium membuat fokus Seungcheol kembali ke depan. Matanya menatap marah pada saingan nya.


tbc

Thank you for reading. Dont forget to vote and comment please!!!!

Ps: Boleh dong baca story ku yang "Seventeen One ending Story" Isinya oneshot semua jadi nggak nggantung. Dan aku baru aja update disitu juga. Silakan dinikmati~


pss: Ada yang besok selasa harus registrasi administrasi di kampusnya? im looking for a friend ^^


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SIKOM (Seventeen As Mahasiswa ILKOM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang