Mentari pagi kembali tersenyum menenangkan hati, terlebih melihatnya berdua dengan si pujaan hati.
Momen seperti itulah yang ingin Karin rasakan saat ini. Merasakan pancaran pertama sang surya sambil mengangumi ciptaan sang Illahi.
Samar samar Azka mendengar suara lembut seseorang yang memanggilnya sambil mengelus pelan pipinya.
Karin berjongkok menghadap suaminya itu sambil memanggil namanya.
"Mas, bangun. Udah pagi." katanya sampai berkali kali.
Usapan lembut di pipinya seakan membius sehingga Azka betah untuk berlama lama memejamkan matanya.
"Mas, katanya mau lari pagi bareng. Keburu siang ini, nanti gak bisa nikmati matahari pagi."
Akhirnya Azka membuka matanya, di dekapnya Karin begitu erat untuk meluapkan semua rasa sayangnya.
"Tangan kamu ada biusnya, yang. Aku jadi gak pengen bangun. Apalagi kalo udah di peluk gini."
"Mas, malu. Lagian udah pagi juga, gak baik abis sholat subuh tidur lagi."
"Kok malu sih? Kan sama istri sendiri, kecuali mas peluk wanita lain, baru malu."
Karin mencoba menggeliat melepaskan pelukan suaminya, tapi usahanya gagal. Azka semakin mendekapnya hingga memberi syarat jika ingin di lepas.
"Cium dulu, yang. Baru di lepas."
"Mas pagi pagi udah mesum, ih."
"Ya kalau gak mau juga gak kenapa napa, mas tidur lagi ah." kata Azka santai dengan menutup matanya kembali tanpa melepas rengkuhannya pada Karin.
Detik kemudian terdengar suara isakan kecil dari bibir Karin, dia menangis.
"Dek, kamu nangis? Kenapa? Mas salah? Maaf ya." tanya Azka melepas pelukannya dan menggenggam jemari Karin.
"Ini cita cita aku dari dulu, mau nikmati sunrise bareng suami untuk yang pertama kalinya. Tapi mas gak mau penuhi itu." jawabnya.
Azka langsung berdiri dan kembali memeluk Karin.
"Yuk ganti baju, masih ada waktu lima belas menit lagi sebelum sunrise. Aku tahu tempat mana yang paling romantis untuk melihatnya." kata Azka.
Karin terkejut mendengar penuturan Azka. Ia menatap dalam wajah suami nya itu lalu mencium bibir Azka sekilas.
"Aku sayang kamu mas." katanya dan langsung pergi mengambil baju di lemari dan masuk ke dalam kamar mandi.
Azka tersadar atas sikap tiba tiba yang Karin lakukan, ia berjalan ke arah kamar mandi yang tertutup dan mempertanyakan tindakan tiba tiba istrinya itu.
"Yang, udah mulai berani kamu ya. Awas aja, nanti aku balas."
Sementara Karin di dalam sana menatap dirinya di pantulan cermin. Pipinya memerah sekali saat ini, Azka sudah menjadi suaminya, tapi rasa malu itu masih tetap ada.
...
Hari ini genap seminggu usia pernikahan mereka, Azka masih mengajak Karin untuk tinggal di rumah orangtua nya. Karena rumah masa depan mereka yang khusus Azka persiapkan tinggal proses akhir yaitu proses pengecatan.
Seperti yang Karin perkirakan, dia akan melihat sunrise hari ini untuk yang pertama kalinya bersama suami.
Azka mengajak Karin pergi ke suatu tempat, jaraknya lumayan dekat dari rumah mereka. Tempat yang indah jika kita berdiri maka terlihat seluruh atap rumah warga yang berbeda beda warna dan bentuknya, dan yang lebih indahnya lagi bisa melihat matahari terbit secara dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teduhnya Wanita
RomansKarina Haura, Dokter bidadari itu menikah dengan pemuda yang dulu adalah kakak laki laki dari pasiennya. Sejak mengobati adik dari pemuda itu, ia menjadi lebih dekat dengan pemuda itu dan keluarganya. Bahkan adik dari pemuda itu sangat menyukainya. ...