04. It's That You?

2.2K 60 4
                                    







Like a magnetic •






Begitu Nathan sampai dan berdiri di hadapan mereka, Melody langsung tersenyum lebar dan melambaikan tangannya

"Mas, sini" Dengan semangat, dia menarik lengan Kanaya dan berkata

"Mas, kenalin ini Kanaya. Sahabat adek yang sering adek ceritain sama Mas" ucap Melody penuh antusias

"Baby Bear, ini Mas-ku yang pertama, Namanya Nathan"

Kanaya terdiam, menatap laki-laki dihadapannya penuh dengan amarah, yang sedang berusaha dia tahan. Tangan Kanaya mengepal erat di sisi tubuhnya, menahan gejolak yang semakin memuncak di dada.

"Kenapa harus dia?" Pikirnya, hatinya penuh dengan rasa geram yang siap meledak.

Kanaya bisa merasakan panas menjalar di tubuhnya, setiap detik yang berlalu hanya membuat dirinya semakin marah. Tangannya mulai gemetar, berusaha menahan diri untuk tidak melepaskan serentetan kata-kata kasar yang sudah menumpuk di ujung lidahnya.

"Kalau bukan karena Melody, aku pasti sudah memukul wajahnya itu"

Kanaya mencoba menghirup udara sebanyak mungkin, berusaha menetralisir panas di kepalanya. Sambil mencoba menjaga sikap, Kanaya mengulurkan tangannya lebih dulu untuk berkenalan.

"Kanaya" ucapannya dingin, meski tangannya sedikit gemetar saat bersentuhan dengan pria itu.

"Nathan" menerima uluran tangan Kanaya dan menggenggamnya dengan erat.

Kanaya merasakan ada sesuatu dalam genggaman itu, seakan Nathan ingin menyampaikan pesan yang tidak terucapkan. Tatapan Nathan pun sulit untuk Kanaya artikan. Kanaya bisa merasakan sesuatu yang aneh diantara mereka, tetapi dia tidak tahu apa itu. Perasaannya mulai campur aduk, marah, bingung, dan sedikit...

Ragu.

Dengan cepat, Kanaya menarik tangannya, melepaskan genggaman tangan Nathan. Kanaya mencoba menyembunyikan perasaan itu dibalik ekspresi kakunya, tapi sulit untuk sepenuhnya mengabaikan getaran aneh yang hatinya rasakan.

"Tumben banget kamu jadi pendiam, Nay" ledek Melody sambil tertawa kecil.

"Biasanya kalau sama Mas Arga, udah kayak monyet ragunan lepas kandang"

"Tapi nggak heran sih, kalian kan satu spesies" Melody menambahkan tanpa merasa berdosa sama sekali.

Kanaya hanya terkekeh pelan, dan menepuk lengan Melody pelan. Kanaya bisa merasakan malu juga ternyata.

"Eh, mumpung Mas Nathan lagi ada di sini, gimana kalau kita pulang bareng aja? Biar kamu nggak capek naik kendaraan umum" ajak Melody, tidak menerima penolakan.

"Nggak Mel, aku langsung ke tempat kerja, nggak mau ngerepotin" jawab Kanaya, mencoba menolak dengan sopan.

Namun, Melody tetaplah Melody yang keras kepala seperti biasanya.

"Aduh Nay, nggak usah sungkan. Kita kan searah. Biar kita anterin kamu aja" Melody terus memaksa, tidak mau menerima penolakan.

"Serius Mel, aku bisa sendiri. Lagian kan..."

"Nggak ada lagian-lagian! Aku udah bilang kan, Mas sama aku bisa nganterin kamu dulu. Udah, ayo!" Melody tetap bersikeras, bahkan kini dia sudah menarik tangan Kanaya dengan gemas.

A Love Yet To Bloom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang