Enam

1.3K 182 13
                                    

—BARBED—

Di Apartemennya, Chan masih terdiam dalam lamunan, sudah sekitar setengah jam dia menghabiskan waktu hanya utnuk hal itu dan ini sering terjadi semenjak pertemuannya dengan Jihyo tempo hari.
Dikepalanya kembali di hantui oleh berbagai macam fikiran yang sangat bervariasi, termasuk soal 'perjodohan' nya.

"Sial" Chan mendengus kesal karena fikirannya sama sekali tidak lepas dari persoalan itu. Apalagi ditambah dengan kepulangan Jihyo dari Paris yang akan membuat waktu pelaksanaan tunangan mereka semakin dekat. "Bunuh aja gua! Ck!" Timpal Chan sambil melemparkan bantal sembarang.

.

.

.

Malam ini, Hyunjin berhasil menyelinap keluar dari penginapan. Diam-diam ternyata Hyunjin punya tempat tujuan baru di daerah sekitar sini. Nyatanya, sudah 3 hari berlalu semenjak kejadian Seungmin memergokinya sedang menghubungi para Hyungnya, dia terus berkunjung ke satu tempat secara diam-diam.

"Njir udah jam 10, udah tidur belum ya-" Hyunjin melirik arloji yang terpasang di tangan kirinya sambil terus melangkahkan kakinya memasuki sebuah pekarangan rumah minimalis dengan lampu yang masih terlihat menyala di setiap jendela. "Ah- artinya masih" Hyunjin tersenyum lebar saat melihat salah satu jendela yang diyakini adalah jendela sebuah kamar, masih menyala.

Tok

Tok

"Siapa?" Sahut sebuah suara dari balik jendela, terdengar setengah berbisik tapi Hyunjin dapat mendengarnya

"Aku-" jawab Hyunjin sambil terus memperhatikan gordeng jendela kamar yang mulai terbuka.

"Pangeran?" Hyunjin terkekeh pelan mendengar ucapan polos dari lelaki manis yang lebih muda darinya, kemudian dengan sangat percaya diri dia membalas ucapannya "Iya, Pangeranmu datang" dapat terlihat semburat merah kini mulai menghiasi pipi gembil lelaki muda itu.

"Aku baru mau tidur, kue nya sudah aku simpan di kulkas. Kenapa larut sekali?" Hyunjin tidak langsung menjawab, dia lebih memilih tersenyum sambil memandangi kedua mata cokelat milik si manis ini dari balik kaca jendela, diam-diam otaknya mulai berfikir kesana kemari, mulai dari mengagumi manisnya lelaki dihadapannya ini, bersyukur karena bisa bertemu lagi dengannya dan mengapa kedua mata yang menjadi favori untuk dia tatap ini masih tidak bisa membalas tatapannya sampai sekarang. Dalam hati kecil Hyunjin ada sebuah keinginan untuk bisa mengembalikan kedua mata indah Jeongin, tapi, bagaimana caranya...

"Aku merindukanmu" Hyunjin tersenyum simpul dan otaknya kembali membawanya pada kenangan 10 tahun yang lalu....

Tepat di sebuah Panti Asuhan di sebuah Desa yang bisa di bilang sangat jauh dari pusat Kota, Hyunjin dan kedua Orangtuanya tiba dengan banyak barang yang akan di donasikan kepada Panti Asuhan ini.

"Tuan dan Nyonya Hwang, selamat datang, sudah lama sekali ya, Ah- ini pasti tuan muda Hwang" Hyunjin mendecik serta mengusap pipinya sendiri saat merasakan sebuah tangan dari wanita paruh baya yang tidak lain adalah kepala Panti ini mengusap pipi mulusnya.
Hyunjin paling tidak suka dengan sentuhan dari orang asing, apalagi orang dari tempat-tempat seperti ini yang menurutnya 'tidak level', ya maklum dia anak tunggal di keluarganya dia juga sangat dimanja hingga punya sifat arogan yang tinggi.

"Ah, maaf tuan muda, kalau begitu silakan masuk-"

Kedua Orangtua Hyunjin mulai memasuki Panti sedangkan Hyunjin lebih memilih menunggu di luar dan mencoba berkeliling di sekitar, dengan di temani supir pribadinya.

BARBED [Stray Kids Fan Fiction] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang