"Boy Ang Ratu Paksi" teriak Bu guru didepan kelas, namun suasana masih hening.
"Boy?!" mulai dengan nada yang agak meninggi.
Setelah berkali-kali memanggil namanya, celingak celinguk sambil setengah berdiri, Bu guru akhirnya menemukan sosok yang ia panggil di bangku pojok kelas. Berjalan dengan langkah yang terdengar seperti raksasa "Jdum, jdum, jdum" menuju papan tulis mengambil penghapus, mulai mengangkat keatas mengarahkan lemparannya bagai seorang tentara yang mengarahkan lemparan granat yang siap meledak. Suasana kelas menegangkan secara seketika, semua siswa mulai mengarahkan pandangannya pada penghapus. Jangan lupa slow motionnya.
"Boy? Weh bego lo dipanggil!" bisik si Damar, teman sebangku Boy dengan logat daerah yang khas.
"Eh, eh, hah? apa?" kagetnya.
Para Siswa dikelas melihat penghapus yang sudah melayang lurus agak melambung ke arah pojok dengan kecepatan 3 m/detik. Ada pula yang sudah mulai menggerakkan mulutnya, bersiap untuk mengeluarkan reaksi hormon endorfinnya. Penghapus masih melayang.
Mulut Damar tak sempat berkata dan bersiap tertawa, rupanya posisi penghapus sudah berada 80cm dari wajah Boy yang baru tersadar dari lamunannya.
"POK!!!" penghapus mendarat tepat di wajah Boy. Seketika tawa di kelas pun pecah.
"TEEEEET!" bunyi bel tanda waktu istirahat, Bu guru memberi salam dan segera keluar kelas. Boy segera ke toilet untuk membersihkan mukanya tanpa berbicara apapun.
Perkenalkan, namanya Boy, terdengar keren seperti nama seorang mahasiswa 80an akhir yang bergelimang harta dan kemewahan, mengendarai mobil BMW E30 dan dikelilingi sahabat yang macho dan solid, serta wanita cantik dan seksi yang selalu mencintainya. Kesamaannya adalah, Boy ini memang seorang anak dari orang tua yang lumayan berada, ayahnya adalah seorang bussinessman sukses, dan ibunya adalah pemilik Online Shop besar yang juga merupakan supplier distro - distro besar dan ternama di kota. Namun, orang tua Boy menanamkan budaya sederhana, harapannya agar di masa depan Boy dapat menjadi orang yang mandiri. Boy juga sebenarnya memiliki paras yang "oke punya" dibandingkan teman - temannya, ia juga suka memilih - milih teman, yaitu orang yang juga humoris, santai, berparas biasa saja, dan tentunya penikmat hal hal yang kebanyakan pria remaja pasti menikmatinya, yaitu Game dan Bokep.
Damar, teman sebangku Boy, seorang antusias anime dan game, selalu mencekoki Boy dengan Anime Hentai, Ecchi, dan Harem setiap harinya, ada pula Rafly, anak tambun putih yang sangat metropolit pergaulannya, ia merupakan pemasok Bokep, ada juga Burhan, si gamers ceking hitam pendiam memiliki cita - cita menjadi atlit E-Sports --Game Online yang dipertarungkan secara Internasional seperti Doto3 dan GO, ada pula Isman, biasa dipanggil "Jancuk", nama panggilan yang diberikan Damar dari 2cak, dan Rinto, anak cerdas namun humoris. Dan masih banyak lagi teman teman sekelasnya yang pasti pegel juga kalo diceritakan satu persatu, karena mereka punya cerita menariknya masing - masing bersama Boy.
YOU ARE READING
Boy
Teen FictionMengisahkan keseharian seorang pria remaja bernama Boy yang hidup bergelimang harta namun sederhana. Menghadapi berbagai masalah dimulai dari persahabatan hingga percintannya yang rumit. Terdengar seperti sebuah film tahun 1980an akhir, namun disini...