Prologue

318 15 8
                                    

Hoahhmm... Pagi yang sangat mengantukkan bagiku ini. Cuaca yang cukup cerah meski sedikit dingin untuk memulai aktivitas rutinitas sekolah dengan rasa kantuk yang cukup membuatku terlayang.

Sebut saja aku Karel. Nama yang cukup unik menurutmu bukan? Ntahla, mungkin tidak.

****

"Bi loki... Ambil sepatuku cepat bi!"
"Arghh, rasa kantuk ini membuat aku tak nyaman". Aku kembali membasuh wajahku dengan air. Cukup dingin disini hingga membuat air yang kugunakan sangat dingin.

Aku memakai sepatuku dan membuka pintu rumah. Wushh.. Angin pagi menyapa kulitku.

"Bi loki, Aku pergi!". Teriakku dari depan pintu.
"Hati-hati lah dijalan ,Kar!". Bi loki membalasnya.

Aku menutup daun pintu hingga tak sadar kalau aku menutupnya dengan sangat keras hingga berbunyi brukk.

Aku berjalan sedikit sigap karena takut terlambat sampai sekolah, hingga 10 meter dari pintu rumahku, aku tersentak dan teringat.
"Sial! Buku catatanku tertinggal".
Aku segera berlari kecil menuju rumahku kembali. Dengan sigap, langsung ku ambil buku catatanku dan bergegas menuju ke sekolah sampai sampai ku abaikan pertanyaan dari bibi loki, mengapa aku kembali.

Bibi pernah bilang saat umurku masih sekitaran 5 tahun, aku sering berbicara kepada sesuatu yang tak bisa dilihat oleh bibi, tapi kini kebiasaan itu hampir tak pernah terulang lagi.

Dari bayi, aku sudah tinggal bersama bibi. Tidak tau siapa orangtua ku. Begitu juga bibi. Entahla atau dia hanya mengada ada saja

****

Kira kira 5 menit dari rumah, ada sebuah stasiun kereta cepat bawah tanah yang biasa setiap pagi pasti ramai oleh orang orang yang akan melakukan aktifitas rutin nya tak terkecuali juga aku. aku cukup berterima kasih dengan adanya stasiun ini, membuatku lebih mudah untuk berpergian.
Yah bayangkan saja kalau pagi seperti apa kedaan kereta itu____sumpek.

"Madam, aku mau membeli ticket menuju Lionden".

"Ini, silahkan, selamat beraktifitas".
yah, para petugas tiket selalu berkata seperti itu setiap aku memesan ticket, lebih tepatnya semua orang sih.

Aku menunggu sejenak kereta itu, dan tak lama kemudian kereta itu pun datang.

Semua pada ramai, berebutan, untuk memasuki kereta itu. Untung saja langkahku sigap. Yah meskipun sigap, aku tetap kalah cepat dengan yang lainnya. Aku tetap saja berdiri. Terkadang mereka yang muda harus mengalah juga pada yang tua.

Pshh.. Suara pintu kereta tertutup dan mulai melaju dengan kencang. Hanya 5 menit dengan kereta ini, aku akan sampai di sekolah. Stasiun dan sekolah saling bersebrangan.

Selamat datang di stasiun Lionden. pshh.. Pintu kereta terbuka bersahutan dengan suara selamat datang.

Aku bergegas keluar dari stasiun dan menyeberang. Yah..,tepat 3 menit sebelum bel masuk berbunyi.

Aku berjalan memasuki koridor sekolah dan terkadang aku menyapa teman temanku yang melintas.

Yap, aku masuk ke kelas ku, Kelas XI S 3. kelas yang cukup jauh dari pintu masuk. Langsung ku taruh tas ku di kursi dan duduk.

"Hei kye, kau sudah siap tugas fisika belum?" .Tanyaku pada kye, teman baikku meski sedikit menyebalkan bagiku.

"Sudah, kau sudah belum?"

"Sudah juga, tapi tulisannya dikit".

Trengg!!
Seketika itu pula, bel masuk pun berbunyi. Si kye segera merapikan anak rambutnya dan duduk dengan rapi. Aku mengeluarkan buku fisika dan meletakkannya di atas meja. Tak lama setelah itu, Pak Troy memasuki kelas dengan membawa rol kayu di tangannya.

"Pagi anak anak, siap untuk belajar fisika kah?". Tanya Pak Troy

"SIAP PAK!!". kami semua menyahut serentak.

****

Aku, kye, dan satu lagi temanku, Creden berjalan beriring menuju kantin. Dan disinilah tempat teramai di sekolah dan cukup luas. Disini tmpt semua orang bercengkerama dengan teman temannya. Penjaga kantin yang tak luput pandangannya melihat keadaan. Para siswa-siswi yang duduk berkubu-kubu sesuai genknya menyesaki hampir seluruh kantin.

"Cred, kau mau pesan makanan apa?". Tanya Kye pada Creden
"yah seperti biasa, boalz".
Ini makanan favorit kami bertiga atau biasanya orang orang Indhoneza menyebutnya baksyo.
Aku kenal mereka berdua saat masih di kelas X, kecuali Creden.

Kye, dia adalah teman perempuanku yang sangat periang menurutku , dia masih punya hubungan darah dengan keturunan kerajaan Flasche, pusat kota kami. Ibunya merupakan anak dari sepupu Raja Giels yang sekarang masih menjabat di negara kerajaan ini. Masih banyak cerita tentang kerajaannya yang dia tidak mau menceritakannya pada kami.

Creden, dia teman baikku sejak aku masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Dia mempunyai warna rambut yang sedikit berbeda dengan kami, sehingga banyak anak anak perempuan di sekolah, curi pandang padanya.

****

Akhirnya jam sekolah berakhir dan semua murid berhak untuk pulang kerumahnya masing masing.

Biasanya kami beriringan pulang menuju stasiun, kecuali Kye. Dia dijemput oleh supirnya.

"Aku duluan naik kereta ya Cred, sampai jumpa besok".

"Ok, Kar"

Moonsun CodeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang