1. Sebuah Awal

117 3 1
                                    

"Bi, aku pulang..!".
"Owh, kau sudah pulang ,Kar. Bibi sudah membuatkanmu bubur labu, makanlah bubur itu Kar."
"Iya bi, aku akan memakannya, aku mau ganti baju dulu, Bi."

Aku memasuki kamar ku dan mengganti bajuku. Seketika Mataku seperti bergerak sendirinya kearah lain sisi kamar. Betapa terkejutnya aku.

"Aku melihatnya lagi!!".  Mataku terbelalak ke arah itu.

"Siapa kau?!". Tanyaku dengan rasa takut.
Seperti yang kubilang sebelumnya, aku bisa melihat yang tidak bisa orang lain lihat. Dan sekarang aku melihatnya lagi setelah sekian lama tidak pernah terulang.

Aku melihat seorang anak kecil dengan wajah yang saat kulihat, sangat mirip dengan wajahku, hanya saja dia tak memiliki rambut. Dia berdiri tegak namun tubuhnya tampak lemas. Anak itu memegang sebuah buku.

"Apa yang mau kau lakukan disini?". Tanyaku pada anak kecil itu dengan sedikit rasa takut yang menyertai.
Tetapi anak itu sama sekali tak berkutik dan tak menjawab pertanyaanku.

Wushh..Sekejap anak itu seperti terhisap, menghilang dan mengeluarkan bunyi suara angin dan menyisakan sebuah buku yang ia genggam tadinya.

Aku menatap lamat lamat buku itu dari jarak yang tak terlalu dekat. Dari yang kulihat, buku itu sepertinya terbuat dari kulit.
Aku mendekati buku itu dan mengambilnya lalu aku membukanya. Tidak lain tidak bukan, buku itu hanya buku yang berisi kertas kosong di setiap lembarnya.
Apakah kalian pernah melihat ataupun membaca buku serial earth? Buku itu sangat mirip sekali dengan buku serial earth

Cover depan buku itu bergambar bulan dan matahari yang dijadikan satu hingga berbentuk bundaran dan berwarna putih, seperti kulit ular tapi kulit itu berwarna putih.
Di flasche ada  satu ekor ular putih. Aku mendengarnya dari desas desus warga sekitaran istana, namun ular putih itu dijaga ketat di dalam istana kerajaan.

Entah apa tujuan anak tadi meninggalkan buku itu, atau dia tak sengaja menjatuhkannya?

Aku keluar dari kamar, kutinggalkan buku itu dan segera makan.

"Apa sebaiknya aku menjumpai Creden dan Kye ya, manatau mereka bisa membantu". Aku menanyakan diriku sendiri sambil ku menyantap makan siangku.

"Bi, aku pergi ke rumah temanku ya bi, sepertinya aku akan pulang agak larut, bi!"

"Temanmu yang mana,Kar?"

" si Creden, bi'".

"Owh, hati hati lah kau dijalan, Kar"

Bibi selalu berkata seperti itu kepadaku saat aku pergi keluar rumah, terkadang aku sering tertawa kecil mendengar kata kata itu.

****

Sebelumnya aku sudah menghubungi Cred, dia bilang dia akan sesegera mungkin akan sampai dirumah sebelum aku sampai dan tak lupa juga buku itu kubawa dalam ransel Ku.

Kali ini aku tidak menaiki kereta. Ada satu halte tak jauh dari rumahku, aku memutuskan untuk naik angkutan umum saja. yap, angkutan umum disini cukup unik, bertingkat dua. Akan lebih elok jika aku duduk di tingkat dua___dapat melihat pemandangan.

Kediaman Creden tak terlalu jauh dari rumahku, kediamannya lumayan dekat dengan istana flasche.

Aku hampir tak pernah lupa membawa earphone. alat ini sangat penting untuk mengubah suasana hati dengan mendengarkan musik dari ponselku.

Moonsun CodeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang