Chapter 9

13.5K 507 4
                                    

"Sudah kau temui tempatnya Lex?" tanya Moza pada seseorang di seberang telepon sana, yang tidak lain adalah Lexi.

"Apa jauh dari kota ini??"

"Oke, terima kasih Lexi, tidak kamu tak perlu mengantarku, cukup kirimkan saja alamatnya."

"Tidak, percayalah aku bisa sendiri."

"Baik Lexi, sekali lagi terima kasih, aku tutup dulu," ujar Moza mengakhiri perbincangan mereka.

Moza menghela nafas panjang. Rencananya kali ini tidak boleh gagal, ia harus benar-benar pergi menjauh dari Mark. Moza tidak ingin sampai Mark mengetahui kehamilannya. Moza tidak ingin Mark mengambil anak ini darinya. Hanya memikirkannya saja sudah membuat dada Moza sesak. Moza menghapus air matanya yang hampir terjatuh.

"Tidak ada air mata lagi, Nak. Ibu janji, kita akan hidup bahagia," ujar Moza seraya mengelus perutnya yang masih rata.

Di lain tempat.

Mark yang saat ini fokus pada laptopnya, teralihkah saat ada suara ketukan pintu.

"Masuk!!" titah Mark.

Tidak lama seorang pria dengan pakaian serba hitam masuk ke dalam ruangan, kepalanya menunduk hormat.

"Bagaimana hasilnya Ronald?" tanya Mark pada pria yang saat ini berada di hadapannya.

"Nona Moza datang ke rumah sakit untuk memeriksa kandungannya Tuan," ujar Ronald yang masih setia menu- ndukkan kepalanya hormat. Mark tampak tersenyum mendengar informasi dari Ronald.

"Usia kandungan Nona Moza sudah memasuki minggu ke tiga," sambung Ronald.

"Kerja yang bagus Ronald. Aku akan mentransfer bonusmu," ujar Mark dengan senyumnya.

"Terima kasih Tuan. Lalu apa rencana Anda selan- jutnya?" tanya Ronald yang kini sudah menatap Mark.

"Apa lagi?? Tentu saja menikahinya. Siapkan semuanya. aku akan menjemput nyonyamu malam ini juga," perintah Mark yang dibalas dengan anggukan Ronald "Tunggu aku sayang," ujar Mark dengan senyum bahagia.

***

Moza mempersiapkan semuanya, tidak terlalu banyak barang yang ia bawa. Hanya beberapa pakaian dan barang-barang penting lainnya. Moza sudah mantap untuk meninggalkan kota Jakarta, sebenarnya Moza enggan meninggalkan kota ini, ia sudah nyaman berada di sini, tapi ini harus demi menghindari Mark. Moza pun bergegas pergi, saat taksi yang sudah ia pesan telah tiba.

"Semoga aku benar-benar bisa lepas dari Mark," harap Moza.

Bastard CEO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang