"Mentari enggan berbisik pada hujan yang terus menangis,hingga ia tersadar bahwa mentari tak bersamanya lagi dan telah digantikan oleh bulan"
***
"Mentari!!!" Hujan berlari dengan susah payah karena jalanan yang cukup becek sebab hujan turun dengan deras semalaman.
"Hujan!" Mereka berdua pun bergandengan tangan menyusuri jalan setapak menuju ke sekolahnya.
Hujan menggunakan rok selutut berwarna putih dengan baju batik. Sedangkan mentari menggunakan celana panjang setumit baju nya pun sama batik.
"Mentari,celana mu kotor tau" hujan menunjuk celana mentari yang kotor akibat jalan yang becek.
"Gak papa,aku kan laki" mentari membusungkan dada nya, sedikit sombong.
"Yaelah,men,hemmm,kira-kira kamu mau sekolah SMA dimana?,kalo aku sih ya mau sekolah di SMA putra bakti itu lho sekolah yang elit" hujan mengoceh agak panjang.
Mentari bingung apakah ini saat yang tepat untuk menjelaskan semuanya? Atau aku harus memendamnya terus-menerus?
"Woy kok diam aja sih" sambil menjentikkan jari didepan wajah mentari yang sangat tampan.
"Ehh,kita udah sampai yuk masuk,sebentar lagi sepertinya langit akan menangis"
Ya, menangis.***
Shesa tengah duduk di bangku salah satu cafe ternama di Jakarta. Dia hanya sendiri tak ada siapapun disampingnya,hidupnya semakin hampa karena risqi yang dulu biasa dipanggil mentari menghilang begitu saja. Risqi bukan cinta pertamanya Shesa,tapi dalam hatinya hanya risqi lah yang bisa membuat hari-hari Shesa menjadi berarti.
"Mau pesan apa mbak?" Tanya salah satu pegawai cafe tersebut.
"Hot cappucino satu udah itu aja" jawab Shesa dengan nada datar.
"Jadi hot cappucino satu ya"
Minuman hangat sangat cocok untuk suasana malam yang dingin,pantas saja Shesa memakai jaket kulit. dengan sepatu Timberland kulit asli impor warna coklat klasik,sangat pas dengan celana jins.
Shesa sangat bosan ia hanya datang sendiri kesini, sedangkan hampir semua pelanggan membawa pasangan dan keluarga nya masing-masing.
Akhirnya pesanan nya sudah sampai,ia put menikmati hangatnya hot cappucino yang lezat itu.
"Dev,Dev!!" Shesa kebingungan seperti ada yang memanggilnya tapi tak ada wujudnya,sehingga ia bergidik ngeri.
"Adeeva Afsheen Myesha"
lengkap!Suara itu, mengingat kannya akan masa lalu. RISKi.
Ia melihat risqi berjalan penuh semangat,ya,ia akan menghampiri Shesa.
Shesa langsung menyiapkan ancang-ancang,untuk berlari pastinya.
Baru satu langkah.
"Stop!berhenti disitu" tatapan itu,kini berubah menjadi dingin."Eh,risqi gu...gue mau pulang dulu,ini udah jam 9 ngak baik kan anak perempuan pulang malem-malem" sambil cengengesan.
"Huhhh,yaudah deh" sambil mendengus kasar.
"Yaudah deh gue pulang dulu,by" Shesa cepat-cepat berlari,menyusuri cafe yang sangat ramai.
*Risqi
Kenapa kamu terus menjauh,aku gak bisa hidup tanpamu,seperti itu yang terus terjadi padaku walaupun aku sudah berusaha melupakanmu tapi aku tak bisa.*Shesa
Ris kamu jahat,kamu pergi saat aku tengah berharap.Sambil mengusap air matanya yang mulai berjatuhan seperti hujan.
***
Jangan lupa follow Instagram @salmasalssa_
Plisss,terus baca ceritaku dan komen apabila ada kesalahan baik diceritanya atau dalam penulisannya.
Thanks yang udah baca
KAMU SEDANG MEMBACA
Shesa(being processed)
Teen Fiction💐Shesa💐 🥀Berubah entah bagaimana sejak kepergianmu aku hampa,aku merasa seperti debu,sangat lemah,dan kamu adalah penguat bagi diriku🌹 Follow 📷Instagram @salmasalssa_ 📙 Wattpad @salmasalssa_ atau (la Estrella) Feedback?lesssss🎭