Sakit (Mungkin)

25 3 0
                                    

Apakah hanya laki-laki saja yang harus berkorban?

Drrttttt......
Dddrrrrrttttt.....
Ddddrrrrrrttttt.....
Pagi itu angin terasa begitu sangat menusuk dan aku terbangun karena handphone ku yang tak henti-hentinya bergetar, saat kulihat ada begitu banyak pesan dan missed call darinya.

"ada apa?" balasku.

"kamu dimana?, aku di Gada-gada depan" balasnya.

"hah?" gumamku dalam hati, tanpa berfikir panjang aku bergegas pergi menghampirinya.

Sambil berlari kecil aku datang menghampiri.

"ada apa?" Tanyaku.

"kemarin kamu kenapa?" dia malah balik bertanya.

"kemarin? Aku gapapa ko" jawabku.
"lalu kenapa kamu tiba-tiba pulang tanpa pamit sama aku?" dia kembali bertanya dengan nada tinggi.

"apa gara-gara ucapan mama?" tanya dia lagi.

Aku hanya bisa tersenyum, tanpa bisa mengeluarkan sepatah katapun. Tiba-tiba suaranya terbata dan air mata keluar dari mata mungil itu.

"sudah jangan menangis" ucapku.

"jawab pertanyaanku, gausah kamu peduliin aku" jawabnya dengan nada lirih.

"iya" jawabku singkat.

"kamu gamau perjuangin aku, kamu mau gitu aja lupain perjuangan kita semua?" tanyanya dengan nada terisak.

"entahlah" jawabku, "aku bisa perjuangin kamu, tapi permintaan mamah itu diluar batas manusia" lanjutku.

"(dia terdiam dan menangis)"

"sudah hapus air matamu, jangan menangis lagi." ucapku sembari menyeka pipinya.

"aku mau nunggu kamu." jawabnya sambil terisak.

"kamu mau nunggu 10 tahun lagi?" jawabku.

"itu terlalu lama" jawabnya.

"maka dari itu, syarat aku untuk meminang kamu itu baru bisa terpenuhi 10 tahun lagi, itulah permintaan mamahmu" jawabku lirih. "untuk sekarang kita jalani aja jalan masing-masing, masa depan kamu pasti cerah, jangan terhambat karena aku yang belum tentu jadi masa depanmu, dan satu lagi anggap aja yang pernah kita lalui bersama itu hanyalah mimpi" tambahku.

"tidak semudah itu melupakan semuanya" jawabnya dengan nada tegas.

"aku tau itu berat, begitupun juga dengan aku, tapi aku gamau nanti kamu sengsara, aku cuma mau kamu bahagia" jawabku.

"aku bahagia sama kamu, cuma sama kamu" ucapnya.

"begitupun juga aku, namun apadaya cinta kita terhambat, aku gamau nanti kamu tertekan lantas tidak bahagia" ucapku.

"(dia hanya terdiam sambil terisak)"

Ingin sebenarnya aku menangis namun namun aku adalah lelaki, aku harus terlihat tegar dan harus merelakannya.

"maaf untuk semuanya, berbahagialah, jalanmu masih panjang, jangan terhambat hanya karena aku, aku pulang, hati-hati kalo mau pulang" ucapku sambil berbalik pulang.

"maaasss, kalo kamu sayang samau aku kamu noleh, liat aku" teriaknya.

Sontak aku kaget, saat itu ingin sekali aku menoleh lantas menghampiri dan memeluknya namun aku sadar, cinta saja tidak bisa membuat dia bahagia. Aku hanya bisa berlari membelakanginya, dan saat itu air mataku tak terbendung lagi, tangisku pecah saat berlari.

"maafkan aku Dinda"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BlindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang