8 | Who are you?

12 1 0
                                    

Weekend kali ini Valen bangun siang. Tubuhnya masih meriang. Baginya, sakit adalah hal yang paling membuatnya tak nyaman.

Terdengar derap langkah mendekati kamarnya. Derit pintu mengisi kesunyian. Tampak siluet seorang wanita dewasa memasuki kamar. Tangannya menekan sakelar lampu. Memperlihatkan seluruh isi ruangan. Tatapannya jatuh pada sesuatu dibalik gundukan selimut di hadapannya. Siapa lagi kalau bukan Valen. Dia bahkan tak menyadari jika ada yang memasuki kamarnya. Ataukah dia memang tak peduli? Tak ada yang tau.

Wanita itu membawa nampan berisi menu sarapan serta obat-obatan ringan. Diletakkannya di atas nakas samping ranjang. Dia menatap Valen penuh arti.

Wanita itu mengulurkan tangannya ke arah Valen dan mengelus kepalanya lembut. Membuat Valen sedikit menggeliat. Wanita itu mematung. Dia tidak ingin mengganggu waktu tidurnya. Wajah Valen masih pucat, tapi tak sepucat kemarin. Bisa dibilang sedikit membaik. Dia menyentuh dahi Valen lembut.

Suhu tubuhnya mulai turun, batinnya.

Perlahan Valen mengerjapkan matanya. Sedikit merenggangkan tubuhnya yang sedikit kaku. Kelopak matanya mulai terbuka.

"Aunty.." Valen mengucek pelan matanya. Rose tersenyum. Tangannya mengelus lembut kepala Valen.

"Bangunlah, Sayang. Waktunya sarapan." Rose menunjuk nampan berisi sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi dan segelas air.

Valen menatapnya lalu mencoba untuk duduk. Dia masih agak lemas. Rose membantunya. Dia memberikan sepiring makanan itu dan segelas air hangat. Valen meminum setengahnya.

"Sudah merasa baikan?" tanya Rose sembari mengambil alih gelas Valen. Valen mengangguk pelan di sela-sela acara makannya. Setelah sarapannya selesai, Rose mengambil peralatan makan Valen.

"Mandilah dulu. Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu." Rose mengecup lembut pucuk kepala Valen dan pergi meninggalkannya sembari membawa nampan itu. Valen masih diam di tempatnya. Pandangannya kosong. Entah apa yang dipikirkannya. Dia menghela napas lalu beranjak menuju kamar mandi.

Setelah mandi, Valen merasa tubuhnya sedikit ringan. Kini dia mengenakan kaos putih polos lengan pendek dilapisi sweater kolaborasi warna navy dengan putih. Celana panjang yang tebal warna abu-abu gelap melapisi kaki jenjangnya.

Kini Valen menuju ruang keluarga untuk menonton televisi. Dia memakan camilan di meja hadapannya. Tiba-tiba Rose datang dan memeluknya dari samping.

"Jalan-jalan yuk."

Valen menatap Rose. "Kemana?"

"Ya.. kemana saja. Sekalian cari makan di luar."

"Hm.. baiklah."

Valen mematikan televisi dan menuju garasi bersama Rose. Mereka memasuki mobil sedan warna merah. Rose menyalakannya dan meninggalkan kawasan rumah besarnya.

Selama perjalanan, Valen menghabiskan waktunya menatap keluar jendela. Sedangkan Rose fokus menyetir sembari melirik keponakannya. Kesunyian mendominasi.

Mobil berhenti setelah memasuki area parkir. Mereka mengeluari mobil dan berjalan berdampingan. Valen memandang takjub tempat yang dikunjunginya.

Taman hijau nan asri membuat siapapun merasa nyaman dan damai. Pepohonan yang rindang dengan beberapa ayunan dan bangku dari kayu. Lampu-lampu taman yang indah tersebar rata di sana. Sungguh, Valen menyukainya.

Valen sedikit berlari menuju ayunan di bawah pohon besar. Dia menaikinya dan berayun dengan girang. Wajahnya tampak cerah, tak sepucat sebelumnya. Sepertinya melakukan hal yang menyenangkan bisa mempercepat proses penyembuhan. Entah itu luka fisik maupun batin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Need vs Want (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang