.
.
Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha.
Katanya.
Jimin percaya saat Jin mengatakannya dengan penuh percaya diri, diimbuhi catatan prestasi tim mereka yang—jika ditulis menurun, rasanya sanggup mengalahkan segulung muntahan struk dari mesin kasir tiap Jungkook belanja makanan kecil. Jimin juga percaya usai mengamati perubahan fisik Taehyung yang semakin ciamik setahun belakangan. Jimin percaya sekali kok. Tak perlu jauh menilai Taehyung, dirinya sendiri mengalami hal serupa. Lihatlah wujudnya sekarang. Pantat sekal, pipi tirus, paha kencang. Perpaduan olahraga, jam-jam menari di depan kaca, serta diet mati-matian yang bisa membuat siapapun mengelus dada.
Dada mereka, bukan dada Jimin.
Kerja super keras Jimin untuk banyak hal besar hampir selalu berujung memuaskan. Lantas, kenapa usahanya untuk mendapat satu kesempatan kecil tak pernah berakhir sukses? Bukan, Jimin bukan sedang mengincar teknologi peninggi badan buatan negara tetangga atau mengakrabkan diri dengan konglomerat paruh baya demi masa depan cerah, Jimin hanya berniat mencium Yoongi. Iya, mencium Yoongi. Tindakan berdasar naluri dan insting yang sebetulnya bisa diperoleh Jimin dengan mudah mengingat betapa lamanya mereka tinggal bersama di satu atap.
Lemah kamu, Park Jimin.
Tidak mau ditertawakan alter egonya yang kadang perfeksionis, egois, dan sok sadis padahal manis, Jimin memantapkan niat untuk terus mencoba. Contohnya sekarang, di sela jadwal berangkat menuju Macau dan berbalut kemeja kuning bermotif persegi ala retronya, Jimin berdiri di depan mobil jemputan. Van putih yang dipastikan akan dinaiki anggota super produktif itu sesuai pembagian kursi. Satu tangan mengepal berkeringat, satu tangan menggenggam sekaleng kopi dingin. Minuman pahit kesukaan Yoongi. Biarpun instan, biarpun murah (karena status selera Yoongi adalah Americano dari gerai kualitas tinggi) tapi Jimin tak punya pilihan lain. Tak ada waktu untuk pesan antar dan manajer mereka sedang sibuk. Tubuh mungilnya yang tenggelam di kemeja dan jins super longgar itu menanti bak patung pengundang tamu, acuh pada pandangan skeptis Taehyung dan Jungkook yang lewat bak pisang dempet. Jimin rela menerima pekikan dramatis dari para pengatur gaya setelah menolak tambahan rias mata. Peduli setan jika matanya terlihat makin minimalis, dia tak mau terlambat keluar asrama dan melewatkan kesempatan mendekati Yoongi. Jimin enggan menahan hasrat sampai tiba di negeri orang serta diganggu oleh persiapan gladi resik. Terdengar maniak, tapi masa bodoh.
Satu menit, dua menit.
Kepala keperakan Yoongi baru muncul dari balik punggung besar manajer Sejin setelah lima belas menit. Jimin nyaris masuk ke van sebelah lalu tidur sampai bandara, namun keinginannya tidak bisa ditunda. Ditunggunya sejenak sampai manajer mereka menyingkir untuk mengatur suasana, lalu berjingkat-jingkat menghampiri Yoongi yang kini berkacak pinggang kepanasan. Raut pria itu kurang senang meneliti sebuah benda berwarna jingga pemberian Hobeom.
"Hyung, aku punya mi...."
"Masih di sini?" sambar Yoongi, melirik sekilas sosok yang tampak terlalu girang menyambut cuaca terik, "Masuk mobil sana, nanti tertinggal."
"Aku menunggu hyung lho, kebetulan di lemari es ada sisa belanjaanku dan Hoseok-hyung..." meringis, Jimin menyodorkan kaleng berembun tersebut ke dekat pergelangan Yoongi yang spontan mendelik, satu detik terusik, satu detik tertarik, "Tidak sekuat kopi pekat biasanya, tapi kurasa Yoongi-hyung suka."
"Hooo."
Ayo ambil, ayo ambil, harap Jimin menggebu-gebu, cukup pesimis karena yang bersangkutan masih mematung datar. Batinnya bersorak saat Yoongi menerima kaleng itu tanpa berkomentar dan segera menarik pengunci tutupnya di hadapan Jimin. Ekspresi serius kala mengendus aroma, lipatan dahi ketika hendak menyesap, serta sikap kerennya meski hanya sedang menelan seteguk kopi, tak pelak membuat Jimin jejingkrakan dalam hati. Bibir menempel sempurna di mulut kaleng, jakun naik-turun di tiap tegukan.
YOU ARE READING
MEILI | BEAUTIFUL (YoonMin)
Fanfiction[BTS - YoonMin/SugaMin] Segalanya yang ada pada Jimin itu cantik, termasuk sepasang mata yang membius Yoongi hingga ke dalam sukma. Tapi jika diminta bercerita, Yoongi akan berpikir dua kali karena buku tulis setebal apapun tak akan cukup menampung...