Prolog.

219 18 3
                                    

Pagi yang cerah di hari Rabu, 21 Desember 2018 di Bandung. Semua wisudawan dan wisudawati tengah berbondong-bondong berbaris dengan rapi untuk berjalan memasuki gedung. Seorang gadis dengan memakai toga yang berukuran 2x lebih besar dari bentuk badannya itu sedikit risih untuk berjalan. Beruntunglah ia menolak permintaan mamanya yang menginginkan ia untuk di konde besar seperti ibu-ibu pejabat. Duh, no. My graduation will look like a disaster. 

Setelah semua wisudawan dan wisudawati memasuki gedung, Reina menduduki kursinya. Ia melihat kearah sekeliling, banyak panitia yang notabene adik adik tingkatnya sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. Reina tak sengaja memergoki adik tingkat yang cukup dekat dengannya, ia melambaikan tangannya. Kemudian pandangannya kembali tertuju kearah podium dimana sang rektor universitas tengah memberikan pidatonya tentang pelepasan wisudawan dan wisudawati tahun ini. Sedikit membosankan, memang. Tapi setidaknya ia akan segera melupakan waktu dimana ia harus mendengar celotehan celotehan rektor universitas tentang mahasiswa dan mahasiswinya. Selesai sang rektor selesai berpidato, seluruh isi ruangan bertepuk tangan dengan riuh. Acara selanjutnya pun dilanjutkan dengan penghargaan wisudawan dan wisudawati yang berhasil cumlaude. Satu persatu wisudawan dan wisudawati maju untuk menerima penghargaannya. Jantung Reina berdegup kencang 

"Reina Azzura Zayyan" 

Reina pun berdiri dengan perlahan sambil merapihkan pakaian toga nya, disambut dengan tepuk tangan yang riuh ia pun berjalan ke arah rektor dan menjabat tangan sang rektor, dan menerima penghargaannya. Ia tersenyum bangga melihat sosok orangtuanya yang tengah berdiri dari bangkunya dan bertepuk tangan. Reina bangga semua jerih payahnya selama berkuliah terbayarkan dengan senyuman hangat kedua orangtuanya. Setelah semua serangkaian acara selesai, saat bagi para wisudawan dan wisudawati untuk mengabadikan momen mereka dengan yang tersayang. 


"Selamat sayang, mama sama papa bangga" ujar papanya sembari memberikan buket bunga kepadanya. Reina tersenyum sumringah dan memeluk kedua orang tuanya 

"Aku bukan apa-apa tanpa kalian" tutur Reina

Setelah melepas pelukannya, seorang lelaki bertubuh tinggi tengah tersenyum dengannya 

"Cie cumlaude" ujarnya 

"Makasih loh, Dan. Btw kok sendiri aja?" tanya Reina 

"Mm.. Ya gitu. Ada kabar duka" ujar Zaidan 

"Lho, Zaidan? Kenapa?" tanya orangtuanya Reina sambil khawatir

"Itu... Istrinya mas ku meninggal hari ini. Jadi mereka semua sibuk ngurusin pemakaman, dan aku.. ya disini sendiri" ujar Zaidan dengan nada yang sedikit ia tahan 

Reina tak tega mendengar suara Zaidan yang bergetar, iapun memeluknya erat

"Sorry to hear that"  ujar Reina menunjukan rasa simpatinya 

Zaidan hanya mengangguk, "Kanker Leukimia stadium akhir, dan posisinya dia di luar negri sama orangtuaku sedangkan mas ku lagi sibuk dengan opening kedai kopinya.." tutur Zaidan lagi 

"Dan mas ku lagi terpukul, banget" 



***


Hold me, stillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang