Delapan

95.4K 5.2K 12
                                    

"Wah.. bagus pada jelekin gue"

"Kita nggak jelekin lo ben, tapi emang lo nya aja yang jelek."

"Bodo amat marcel bodo amat," Ben memutar bola mata, setelah itu dia menghampiri pintu UKS dimana cowok dingin dan cewek brisik berada, Gos ingin bertemu Fano sekaligus ingin menjenguk Raina.

"Eh, eh" Tiba-tiba verant memukul tangan Ben yang ingin menyentuh pintu UKS.

"Apaan Lo?"

"Biar gue yang buka"

"Aelah. sono! makan tu pintu!" kesal Ben seperti anak-anak.

"Ye, dasar mayat!"

"Biarin daripada lo, anak rabun"

"Banci! yang rabun itu marcel bukan gue."

"Bodo amat"

Khei semakin kusut dengan omelan Verant dan Ben,
"Brisik goblok!"

"Tau ni si Bernanda serr- Astagfirullah!" Verant menutup matanya setelah membuka pintu UKS dia tidak sengaja melihat Fano sangat dekat dengan Raina yang posisinya sedang terbaring di atas tempat tidur

"Kenapa ver?" tanya Marcel kawatir.

"Mata gue."

"Mata lu kenapa?" Tanya Khei lalu melihat kedalam

"Mata gue ternodai." Dengan alainya Verant melontarkan tiga ayat tersebut.

"Sejak kapan lo semua di sini?" Suara dingin Fano bergema di ruangan UKS, membuat Gos melihat kearah nya yang duduk di atas tempat tidur bersebelahan dengan Raina.

"Ayo-ayo masuk!" ajak Khei, sontak tiga laki-laki itu berlomba untuk masuk sehingga desak-desakan di depan pintu. Khei hanya geleng kepala melihat aksi teman-teman nya itu.

"Gue lagi nanya bego!" Anak mata bak elang Fano menusuk kearah empat laki-laki yang sedang menuju kearah nya.

"Kita baru datang kali, santai aja." Marcel menjawab pertanyaan Fano yang sering di abaikan

"Eh makhluk udara, lu ngapain deket-deket si Raina? Jauh-jauh sana!" Karna terbawa emosi Ben tidak sadar mendorong tubuh Fano sehingga laki-laki itu jatuh tersungkur ke lantai l.

"Apa-apaan lo?!" Marah Fano tapi Ben malah mengejek nya, dia tidak berkecil hati karna sudah terbiasa dengan kelakuan Fano.

Paling juga bentar lagi dia cengar-cengir sendiri.

"Kan gue udah bilang, si Fano bakal ngambil kesempatan dalam kesempitan." Ucap Marcel sambil menyentuh balutan di jidatnya.

"Oh iya, lo nggak apa-apa kan? lo nggak di apa-apain kan sama tu buaya?" Bertubi-tubi pertanyaan Ben kepada Raina. entah yang mana dulu yang harus dijawab.

"Nggak kok, Fano cuman ngelapin hidung aku soalnya tadi aku mimisan" Raina tertawa kecil melihat wajah teman nya yang lain, sangat kawatir

"Gue nggak ada waktu buat ngapa-ngapain dia" dengan malas nya Fano bangkit dari jatuh akibat dorongan maut dari Ben.

"Terus kalo ada waktu, lo bakal ngapa-ngapain dia gitu?" tanya Khei yang mendapat jitakan mematikan dari Fano.

"Atit pala atuh au!"

"Pak Martin bilang apa?" Raut wajah Khei langsung berubah karna pertanyaan Fano, pasti tentang hukuman tadi.

"Kita nggak di panggil pak martin" jawab Marcel
"Terus?"

"Papanya verant." tambah Ben yang tiba-tiba hilang mood ketika membahas topik ini.

"Pak Vernast bilang apa?" Tanya Fano tenang, dia bukan tipe orang yang heboh kayak Bernanda serrand.

"Kita berenam bakalan di kirim ke rumah Rao Ramoniza sebagai hukuman nya" Khei menghela nafas berat. dia begitu tidak terima dengan hukuman ini.

Satu menit...

"Oh." Fano mengangguk tanda mengerti sedangkan Gos sudah melengo dengan reaksi Fano, dapat hukuman seperti ini dia masih saja dengan reaksi tenang nya?! Apa ini??

"Cuman oh. Fan?" Tanya Khei yang lagi-lagi mencengkram rambut nya.

"Terus mau bilang apa?" dengan polosnya Fano bertanya.

"Ya tuhannnnnnn Fano.. pas begini lo masih aja tenang, Lo nggak ngotak sama hukuman kita? Kita bakalan ke rumah Rao Ramoniza Fan. NENEK RAO!" Marcel sudah dapat membayangkan bagaimana kehidupan mereka nanti, pasti sangat susah.

"Tunggu sebentar, kamu bilang kita berenam?" Raina angkat bicara dengan bibir nya yang masih pucat.

"Iya kita berenam, Lo, Fano, Marcel, Verant, Ben dan gue." mood Khei benar-benar hancur saat menjelaskan nama yang akan dikirim kerumah Rao Ramoniza alias tempat penghancur kehidupan.

"Kenapa aku harus ikut? kan ini hukuman kalian." Raina alisnya bertautan tidak mengerti.

"Rai, kamu itu sudah terlibat dengan kasus i.."

"Ini bukan berita sore Verant." Teguran dari Khei membuat Verant tersenyum malu.

"I'am sowwy Khei.." ucap Verant setelah itu dia menarik nafas panjang

"Denger baik-baik ya Raina anak mama, tadi kan kita brantem tuh, jadi kita kena hukuman. nah lo juga kena soalnya lo ada sama kita." mata Raina membeulat sempurna.

"Ih kok gitu?!"

"Terus hukuman nya..."

"Ah!" tiba-tiba Khei berteriak sedikit keras.

"Lo kenapa cungkring? kesambet?" Tanya Ben yang sedikit kaget karna ulah Khei.

"Gue stress sumpah! gue nggak bisa kerumah nenek Rao, kalian semua tau kan tempat nya kayak apa?" Pertanyaan Khei mendapat anggukan dari Gos kecuali Raina.

"Di rumah Rao Ramoniza itu Rai.." ucap Ben.

"Dimana tempat itu nggak ada jaringan, mau online atau teleponan." Tutur Khei penuh simpati.

"Susah listrik.." tambah Verant.

"Banyak nyamuk dan harus hemat air" tambah Marcel juga.

"GUE NGGAK SANGGUP !!" Dengan kompak nya mereka berteriak, kecuali Fano dan Raina

"Anak manja!" Ejek Fano sambil memutar bola mata nya.

"Kita bukan manja, tapi kita emang nggak sanggup Fano bangsat!"

[TO BE CONTINUE]
SPECIAL WOMAN

Special Woman [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang