"Oke temen-temen, rapat akan aku tutup sekarang"
.
Dia menahan dirinya
.
"Temen-temen bisa pulang ke kos masing-masing..."
.
Dia menyembunyikan kakinya yang gemetar.
.
"Dan, terima kasih atas waktunya"
.
Mulutnya terdiam. Kaku. Tidak dapat digerakkan.
.
"Selamat malam dan terima kasih"
.
Dia mencoba menahan amarahnya.
.
Dia hanya mengendalikan tubuhnya.
.
"Kak Janet, kakak gak apa?"
.
Janet, pria yang berusaha mengendalikan ketakutannya, seorang diri.
Janet sudah mengetahui bahwa akan ada masa dirinya akan berada pada titik terbawah atas keyakinannya. Dia sudah mengetahui sejak lama, bahwa dia akan ada waktu dimana dia mengangkat kedua tangannya, menyerah dengan keadaan dan memutuskan untuk keluar atau mungkin pergi.
Fight or flight?
Janet tidak tahu apa yang harus dia pilih ketika dihadapkan pada 2 pilihan terberat di hidupnya ketika sebuah masalah meruntuhkan keyakinan dirinya.
Akan ada saat dimana tak ada satu orang pun yang akan mempercayainya, seperti keluarganya sendiri.
"Gua harus apa, Yer?",
Sebuah pertanyaan putus asa yang akhirnya bisa Janet keluarkan untuk sekian lama. Pertanyaan yang tak sepantasnya ia katakan, mengingat seharusnya dialah yang menguatkan anggotanya, dialah yang harus menjadi yang terkuat, dan haram akan adanya airmata yang dijatuhkan di hadapan anggotanya, menurutnya.
Dari semua penjelasan Yeriko, Janet hanya tersenyum. Dia hanya meragukan dirinya sendiri.
Apa yang bisa dilakukan dari kepercayaan yang hanya tersisa 10%?
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of BEMU 2018/2019
Teen Fiction"Have a good day all, god bless u all, and stay happy!!" Because we have another missing part, from our smile