Masalah Menumpuk

4.1K 64 0
                                    

Dikantor Pras banyak masalah karena Pras jarang pergi ke kantor.

"Tuh kan apa gue bilang. Seandainya Pras dulu mau dengerin gue, pasti......"

"Har! Kalo ente pake kata seandainya, berarti ente kurang bersyukur.." Sahut Amran.

"Aduh terserah, terserah! Sekarang intinya nih pernikahan udah rusak, dan untuk benerinnya tuh butuh waktu...". Tiba-tiba hp Hartono berdering. Telefon dari Sita.

"Halo sayang?"

"Halo, jadi makan siang bareng?" Tanya Sita di seberang.

"Iya jadi, bentar lagi aku jemput kamu" Jawab Hartono.

"Nih! Surat peringatan dari klien karena keterlambatan proyek kulon progo karena pernikahan yang rusak, nih makan nih!" Ucap Hartono kesal sambil menepuk badan Amran pake sebuah amplop berisi surat. Lalu Hartono pergi.

Pras pun pergi kerumah Meirose. Baru turun dari mobil, Amran menelfon Pras.

"Halo Pras? Udah baca surat dari Pak Richard?" Tanya Amran.

"Iya udah, tolong kamu buat balasan surat, bilang kalo lusa kita bakal ketemuan, ntar aku jelaskan semuanya" Jawab Pras dengan lesu.

"Oh gitu, iya udah deh" Ucap Amran. "Besok sampek lusa aku nggak bisa masuk kerja" Tambah Pras.

Pras pun lalu masuk kerumah Meirose. "Mbak Arini gimana?" Tanya Meirose. "Aku mau ketemu Akbar" Ucap Pras mengalihkan pembicaraan.

Pras pun menggendong Akbar dan bersholawat. Sholatullah, Salamullah, Alataha, Rasulillah.

Meirose menghampiri Pras. "Aku diusir oleh Arini" Ucap Pras. Meirose menghela nafas. "Maafkan aku Mas" Ucap Meirose. "Ini bukan salah kamu Mei" Jawab Pras.

"Ini salahku, jika dulu kamu nggak nolongin aku, mungkin ini semua nggak akan terjadi" Ucap Meirose.

"Ini semua karena aku, aku harus tanggung semua resikonya" Kata Pras. Meirose hanya menunduk merasa bersalah.

"Yaudah, kalo Mas mau nginep disini aku siapin air hangat...."

"Sepertinya aku nggak bisa nginep disini Mei" Sahut Pras.

"Oke, aku ngerti. Yaudah aku bikinin teh ya?". Pras mengangguk.

Keesokan harinya, Sita dan Arini janjian ketemuan di warung pinggir pantai. Sita pun juga kesana.

"Hai Rin, ini dari ibumu. Tadi pulang pengajian dia nitipin ini ke aku" Ucap Sita yang baru datang dengan membawa makanan di kresek. "Tumben kamu nggak diantar Mas Pras, biasanya kemana-mana selalu Mas Pras" Ucap Lia.

Arini hanya tersenyum. Namun itu senyum hanya untuk menutupi kesedihannya. Matanya berkaca-kaca menahan tangis.

"Gimana Mas Rifai? Cerita dong" Ucap Arini mengalihkan pembicaraan.

"Aku batal ngajuin gugatan cerainya. Ternyata benar, yang di chat itu bukan Mas Rifai, tapi temannya" Jawab Lia. Arini pun tersenyum. Lalu air matanya tak bisa dibendung lagi. Dia menangis, lalu dipeluk Sita. Sita sudah tau semua permasalahan Arini.

"Rin, kenapa sih?" Tanya Lia yang mulai merasa aneh. Sita dan Arini hanya diam.

Setelah bertemu dengan Sita dan Lia, Arini menjemput Nadia ke sekolahnya.

"Bundaa..." Teriak Nadia sambil berlari menghampiri Arini. Arini pun memeluk Nadia.

"Ayahhh......." Teriak Nadia. Arini langsung kesal karena tiba-tiba Pras datang. Arini canggung sendiri.

"Ayah kok jarang pulang sih, Nadia kan ingin menceritakan dongeng Nadia yang baru" Ucap Nadia dengan manyun.

"Nadia ayo, kamu pulang bareng Bunda saja, Ayah kan bawa mobil sendiri" Arini menarik Nadia. Nadia menolak. "Katanya Nadia mau cari buku buat ngelengkapin dongeng Nadia, Nadia kan udah janji sama Bunda kalo Nadia mau mentasin dongeng" Ujar Arini membujuk Nadia.

"oh iya, Nadia lupa" Ucap Nadia. "Ayah nanti datang yah ke pentas Nadia" Sambung Nadia.

"Iya sayang, Ayah pasti datang" Jawab Pras. Nadia pun melihat Pras meneteskan air mata. "Ayah sama Bunda marahan, yah?" Tanya Nadia.

"Nggak sayang, Ayah cuma banyak kerjaan aja dikantor" Jawab Pras. "Tapi kok Ayah nangis?" Ucap Nadia. Pras lalu menghapus airmatanya dan memeluk Nadia.

"Nadi kita harus pulang yuk, ayo sayang" Ucap Arini. Nadia pun menurut.

Di kafe

"Selama bekerja sama dengan anda, saya tidak pernah kecewa, tapi kenapa kali ini beda, saya tidak mengerti ada apa yang membuat anda seperti ini, saya tidak bisa membayangkan hal ini bisa dilakukan oleh anda" Ucap Pak Richard, klien Pras.

"Kami minta maaf Pak, saya sedang ada masalah keluar...." Belum sempat Pras melanjutkan pembicaraannya, Hartono memotong. "Kami sedang lalai Pak, kami akan bertanggung jawab dengan kejadian ini. Oleh karena itu semua pembengkakan biaya akan kami tanggung".

"Bukan masalah biaya Pak, tapi kita sudah komit, proyek ini akan on time" Jawab Pak Richard dengan tegas. "Pak Pras, kita harus mendobrak proyek yang lain, sebelum anda menyelesaikan proyek ini, setuju?"

"Iya, kami setuju Pak" jawab Pras dengan lemas. Hartono hanya memandang heran kepada Pras. Setelah meeting itu selesai, Pras dan amran berbicara.

"Pras, jika semua proyek di tunda, gimana kita akan menutupi biaya kekurangannya? Ente harus cari solusi Pras" Ucap Amran.

Ibu Arini berkunjung ke rumah Arini. "Sudah berapa lama Pras tidak datang kerumah?" Tanya ibunya.

"Darimana ibu tahu?" Arini berbalik tanya.

Surga Yang Tak DirindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang