3 : Kebencian

1.1K 33 1
                                    

-Happy Reading-

~~~

Bel berakhirnya istirahat berbunyi mengakibatkan semua yang berada di kantin mendesah kecewa. Mereka harus buru-buru menyelesaikan makan mereka sebelum Bu Marta berkeliling untuk memeriksa apabila ada siswa atau siswinya belum memasuki kelas.

Tampang sangar Bu Marta yang mirip dengan Susi Pudjiastuti membuat para murid tak ingin ditenggelamkan olehnya. Mungkin hanya murid-murid spesial yang tak akan Ia tenggelamkan, tapi Ia akan mengebom nya langsung menggunakan bom atom.

Berbeda dengan anak XI IPA 3 yang bersantai di kantin saat jam kelima berbunyi. Ada dari mereka bahkan baru ke kantin saat jam istirahat selesai. Alasannya karena mereka menggunakan jam istirahat untuk bermain atau bersantai sambil mengobrol dengan teman-temannya.

Dan kali ini murid kelas XI IPA 3 harus bersorak gembira karena Bu Tika, guru matematika sedang berhalangan hadir. Kabarnya Bu Tika sedang memiliki acara, yaitu anaknya tengah mempersiapkan resepsi pernikahan yang diadakan nanti malam. Jujur saja, anak IPA 3 suka dengan acaranya diselenggarakan pagi hari agar guru-guru menghadirinya dan sekolah terpaksa diliburkan. Tapi Bu Tika seakan tahu maksud buruk anak didiknya. Jadi Ia menyelenggarakannya malam hari.

Dan kali ini hampir seisi kantin dipenuhi oleh anak-anak IPA 3. Mereka sering menggunakan kantin sebagai tempat nongkrong atau terkadang mereka gunakan untuk tempat mereka bolos. Mereka bolos hanya saat Bu Marta memiliki jadwal ngajar dikelas lain. Selain itu, mereka jarang berada di kantin seperti ini. Apalagi hampir satu kelas.

Bahkan para pedagang kantin akrab dengan mereka. Mereka sering mengobrol bersama atau paling tidak mereka akan menggoda ibu-ibu kantin ini.

"Lo yakin, kalo kali ini Bu Marta nya lagi ngajar?" Tanya Arya was-was. Ia paling tak suka jika berurusan dengan Bu Marta karena menurutnya Bu Marta akan memalukan mereka semua dihadapan murid-murid nanti saat upacara berlangsung dan hal itu adalah hal yang paling tak diinginkan oleh Arya. Mau ditaruh dimana mukanya nanti.

"Kalo lo takut, mendingan ke kelas sana sama Devi," ujar Raka membuat Arya memanyunkan bibirnya tak terima. Karena Devi adalah seorang siswi yang memiliki paras penuh jerawat dan Arya paling tak suka dengan perempuan yang memiliki jerawat yang memenuhi wajahnya seperti Devi.

"Lo dari mana aja?" Tanya Raka saat melihat Vian dan Alka baru menampakan dirinya ditengah-tengah mereka.

"Gue harus minta tolong dulu sama Pedro," ucap Vian sambil bertos dengan teman-temannya. Ia kemudian duduk diikuti oleh Alka yang duduk disampingnya.

"Emangnya lo minta bantuan apa?" Tanya Dika penasaran. Mereka semua tahu jika Vian juga menghindari Pedro.

Vian membuka kulit kacangnya, "Gue minta dia buat suruh nyegah Bu Marta kesini." Vian lalu memakan kacangnya.

"Caranya?"

"Gue minta aja, si Pedro buat nyari barang gue yang ilang. Pasti bentar lagi akan ada pengumuman." Vian tertawa mengingat kejadian dimana Ia meminta Pedro untuk mencari barangnya yang hilang. Mungkin Pedro salah sangka dan mengira bahwa Vian kehilangan handphonenya. Tapi barang milik Vian yang hilang hanyalah sebuah bolpoin yang sudah bekas.

"Pengumuman bagi setiap siswa yang merasa telah menemukan sebuah handphone dimohon untuk membawanya keruang guru. Terimakasih"

BAD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang