3.

528 30 2
                                    

Phana duduk bersandar disofa yang ada dikamarnya dengan Yo yang berada dipangkuannya menghadap kearah televisi yang menayangkan kartun favoritnya, pororo.

Drrt...

Phana mengambil ponsel yang bergetar disampingnya lalu membacanya.

Pemesanan tiket sudah dibeli untuk perjalanan menuju Belanda, Amsterdam pada pukul 19.00 malam
Hari rabu
Dikursi kelas bisnis
Pesawat Phong Air 6754

Setelah membaca, Phana kembali menyimpannya.

Dua hari lagi ia akan berangkat untuk bulan madu keduanya dengan Yo. Sebelum hari keberangkatan tiba ia harus segera menyelesaikan segala urusannya.

"Sayang," panggil Phana sambil memainkan surai hitam istrinya,sesekali mengecup tengkuk putih itu yang terlihat sang menggoda.

"Iya, Phi?" Jawab Yo tanpa mengalihkan tatapannya.

"Yo ingin bulan madu?" Tanya Phana melingkarkan tangan kekarnya ke pinggang ramping sang istri.

Yo mengernyitkan alisnya, heran. Ia dan Phana sudah bulan madu tapi kenapa suaminya menginginkan bulan madu lagi.

"Lima bulan lalu kita sudah bulan madu Phi" jawab Yo memainkan jari-jari panjang suaminya yang berada diatas perutnya.

"Tapi sayang, kita harus sering bulan madu agar mendapatkan anak" ucap Phana.

Phana ingin segera mempunyai anak, ia iri dengan kedua temannya yang sudah akan mempunyai anak.

Forth akan menjadi ayah.
Ming juga akan menjadi ayah.
Mereka pasti bahagia walaupun menikah dengan laki-laki tapi mereka masih bisa memproduksi anak dari sperma mereka sendiri.

Ia juga ingin mempunyai anak.

Terlalu lama berfikir, tanpa Phana sadari Yo sudah bangkit dari pangkuannya berjalan kearah kamar mandi lalu masuk.

Merasa pangkuannya ringan Phana tersadar bahwa istrinya sudah pergi. Dengan refleks ia berdiri sambil memanggil nama istrinya.

"Yo," panggilnya sambil mengitari kamar tak lama kemudian ia berjalan kearah kamar mandi saat telinga mendengar gerimicik air.

"Sayang, apa Yo didalam?" Tanyanya, mengetuk pelan pintu kamar mandi.

"Yo," panggilnya lagi saat tak mendapat jawaban.

"Sayang, jangan bercanda!" tegur Phana ketukannya berubah menjadi gedoran keras.

"Sayang, ayo keluar sekarang!" Perintah Phana.

Ketukannya semakin keras lalu berhenti saat ia mendengar suara langkah kaki dari dalam kamar mandi.

Pintu terbuka menampilkan Yo yang tersenyum dengan manis tapi ada yang berbeda dari wajahnya. Seluruh wajah Yo merah, mata yang sembab, hidung yang merah menandakan Yo habis menangis.

Dengan sigap Phana membawa tubuh Yo kedalam pelukannya.

"Kenapa menangis sayang?" tanya Phana mengelus belakang kepala Yo lembut membuat Yo kembali menangis.

Yo mempererat pelukannya, menenggelamkan kepalanya ke perpotongan leher jenjang Phana.

Phana dengan setia mengelus punggung istrinya serta kecupan kecil dikepala itu.

Hatinya sakit saat tangisan Yo semakin kencang bahkan sampai tersedu.

Phana berfikir, siapa yang membuat istrinya menangis sampai tersedu seperti ini.

"A-aku minta ma-af Phi" suara Yo sudah serak, Phana semakin tidak tega dan juga tidak mengerti?

"Minta maaf kenapa sayang? Yo tidak salah" dengan pelan Phana menarik wajah Yo menjauh lalu menangkup pipi bulat istrinya.

Kongthanin FamilyWhere stories live. Discover now