Tzuyu menghampiri (y/n) yang saat ini masih termenung di salah satu meja perpustakaan kampus mereka. Sudah sejak tadi gadis itu termenung —tanpa sedikitpun membaca buku yang terbuka lebar di hadapannya.
"Kau sedang memikirkan apa?" tanya Tzuyu.
"Banyak," sahut (y/n).
"Chan sunbae?"
(Y/n) langsung merinding ketika mendengar nama itu, "Jangan sebut namanya lagi."
Tzuyu mengangguk, "Arraseo, tadi dia menitip salam dan maaf untukmu. Dia masih tidak enak untuk menemuimu."
"Benar, jangan temui aku karena aku masih trauma dengannya!"
"Iya, iya. Lalu kenapa sedaritadi kau termenung? Bukannya sahabatmu akan kembali hari ini?"
"Han memang kembali tapi aku sudah terlanjur malas berteman dengan mereka."
"Wae? Bukannya kau mencintai salah satunya?" Tzuyu tampak bingung.
"Dan salah satu yang kucintai sepertinya sedang dekat dengan seorang yeoja!" (y/n) menutup wajah dengan kedua tangannya. Ia tahu ini perpustakaan, namun ia tidak bisa menahan rasa sedihnya.
"Jinjja? Siapa—"
"Ssh, ini perpustakaan, bukan tempat curhat," tegur seorang mahasiwa yang berada tak jauh dari mereka.
"AYO!" Tzuyu segera menarik lengan (y/n) —membawa gadis itu untuk segera pergi dari perpustakaan.
"Sekarang ceritakan sahabatmu itu sedang dekat dengan siapa!" kata Tzuyu ketika mereka sudah sampai di taman kampus.
(Y/n) mengangkat kedua bahunya, "Aku tidak tahu namanya."
"Bisa saja mereka hanya teman biasa," lanjut Tzuyu lagi —mencoba menenangkan sahabatnya itu.
"Tapi pertemanan antara pria dan wanita itu tidak pernah berhasil! Salah satu diantaranya pasti memiliki perasaan yang berbeda. Aku sudah buktikan itu!"
Benar juga, Tzuyu jadi bingung ingin menjawab apa. "Ya sudah, bagaimana kalau sekarang.. kita makan dulu?"
(Y/n) mengerucutkan bibirnya, "Aku sudah tidak tahu apa yang harus aku lakukan agar dia bisa menganggapku sebagai wanita, bukan hanya sekedar sahabatnya," namun gadis itu malah melanjutkan curhatnya.
"Makanya kau harus menyatakan perasaanmu padanya!" Tzuyu jadi geram.
"Aku? Menyatakan—"
Harabeoji is calling..
"Sebentar, kakek-ku menelpon," kata (y/n) sambil mengangkat telponnya.
"Ne, harabeoji—"
"Kau dimana?! Halmeoni.. dia meninggal."
"APA?! SEKARANG HALMEONI DIMANA.." (y/n) langsung histeris dan menangis sejadi-jadinya.
"Kami sudah di rumah sakit di Seoul, cepatlah kesini."
"Ne, harabeoji."
"Ada apa?" Tzuyu panik setelah (y/n) menutup telponnya.
"Halmeoni meninggal, aku harus segera ke rumah sakit Seoul. Tolong kumpulkan tugasku ya Tzuyu," (y/n) menyerahkan tugasnya pada sahabatnya itu, lalu tanpa berkata apapun lagi, gadis itu langsung berlari sekencang-kencangnya dari hadapan Tzuyu —untuk segera pergi ke rumah sakit.
Selama ini kakek dan nenek tinggal di Daejeon, sedangkan kedua orang tuanya tinggal di Tokyo karena memiliki bisnis disana. Sebelum pindah ke Tokyo, kedua orang tua-nya memang tinggal di Seoul bersama (y/n).
Hal inilah yang membuat (y/n) memilih kos di Seoul karena setelah tamat SMA ia langsung diterima di salah satu perguruan terkemuka di Seoul —bersama kedua sahabat sejak SMA-nya.
"Permisi, kau temannya (y/n) ya? Apa kau melihat (y/n)?"
Tanya Hyunjin yang tidak sengaja berpapasan dengan Tzuyu dan melihat gadis itu tengah membawa beberapa buku milik (y/n) —Hyunjin yang sudah sejak tadi mencari (y/n) akhirnya memutuskan untuk bertanya pada Tzuyu.
"Dia ke rumah sakit," jawab Tzuyu sambil menandangi Hyunjin. Ternyata sahabat dari sahabatnya ini benar-benar terlihat tampan jika dilihat sedekat ini.
"Kenapa ke rumah sakit?" tanya Hyunjin lagi.
"Neneknya meninggal, kau bisa menyusulnya ke rumah sakit Seoul."
"JINJJA? BAIKLAH, Aah, terima kasih ya!" Hyunjin langsung berlari menuju parkiran motor, dan segera melaju menuju rumah sakit yang dikatakan Tzuyu tadi.
🎈🎈
Sesampai di rumah sakit, Hyunjin dapat melihat (y/n) sedang memangis sejadi-jadinya karena gadis itu baru saja kehilangan seseorang yang paling disayang.
"Bersabarlah, (y/n)," Hyunjin berdiri tepat di samping (y/n), rasanya ia ingin menenangkan gadis itu, namun tubuhnya terasa kaku untuk sekedar menyentuh pundak, atau bahkan sampai memeluknya. Ya, Hyunjin memang selalu seperti ini.
"A-Aku s-sudah lama t-tidak p-pulang untuk m-melihat kondisi h-halmeoni," jelas (y/n) sambil terisak.
"Gwenchana, halmeoni pasti mengerti kalau kau sedang sibuk kuliah," namun Hyunjin masih berusaha menenangkan.
Mendengar ucapan Hyunjin, hati (y/n) semakin terasa sedih. Bukan hanya sibuk kuliah, tapi (y/n) juga terlalu sibuk memikirkan pria yang ia cintai sampai-sampai ia tidak terlalu peduli dengan kabar halmeoni di Daejeon.
Tangis (y/n) semakin jadi, ia semakin merasa bersalah atas kepergian halmeoni.
Namun tiba-tiba saja..
"(Y/N)!!" Han tampak berlari dan mendekat kearah gadis itu, lalu langsung memeluk (y/n) dengan erat.
"H-Han?" (y/n) semakin merasa sedih dan menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan sahabatnya itu.
"Gwenchana, Tuhan sangat menyayangi halmeoni dan ingin halmeoni segera pergi ke surga," Han mencoba menenangkan.
"A-Aku—"
"Sshh, tenanglah. Aku sudah disini sekarang," kata Han sambil mencium pucuk kepala gadis itu.
Han memang baru saja sampai di Seoul. Setelah mendengar kabar dari Hyunjin —yang saat itu ia baru saja sampai di Bandara— ia memutuskan untuk langsung pergi ke rumah sakit tanpa singgah ke rumahnya terlebih dahulu.
(Y/n) terus menangis di dalam pelukan Han, hal ini tentu saja membuat Hyunjin kesal pada dirinya sendiri. Biar bagaimanapun posisi Hyunjin sama seperti Han —seorang sahabat untuk (y/n)— namun tidak pernah sekalipun ia berhasil menenangkan gadis itu di masa-sama terberatnya.
Ya, saat ini Hyunjin benar-benar merasa buruk sebagai seorang sahabat.
To be continued
🎈🎈
📌Coba kasih kata-kata / saran buat Hyunjin disini, supaya dia gak kaku gitu kalo sama cewek ((terutama sama (y/n) yang notabene adalah sahabatnya))
🎈🎈
Jangan lupa untuk selalu vote & spam komen, see ya di next part♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST FRIEND (SK & you)
Fanfiction[COMPLETED] (Y/n) mencintai salah satu dari kedua sahabatnya: Han Jisung dan Hwang Hyunjin.