Kisah Kedua - Cahaya Itu Mulai Datang

72 27 25
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

▬▬▬▬▬▬ஜ۩🍃🌹🍃۩ஜ▬▬▬▬▬▬

Adzan subuh terdengar begitu merdu pagi ini. Adel yang sudah bangun sejak pukul 5 pagi pun bergegas mandi, dan bersiap siap ke Sekolah.

Ketika mendengar adzan, hatinya sedikit tergerak untuk melaksanakan kewajibannya. Namun, perasaan itu hilang begitu saja. Setan berhasil membelenggu fikiran Adel, lagi. Adel begitu ringan saja melewatkan Sholat Subuh pagi itu.

Setelah selesai mandi, Nenek Adel memanggil Adel, menyuruhnya untuk sarapan.

"Adel, udah selesai pakai kerudungnya? Kalo udah ke dapur ya, sarapan dulu" Ucap nenek Adel dengan nada lembut.
"Iya udah selesai ini, mau meriksa buku dulu di tas, takut ada yang ketinggalan". Jawab Adel

Setelah selesai memeriksa perlengkapan sekolahnya, Adel pun ke dapur untuk sarapan bersama nenek.
***
Aisha, Ibu Adel tiba-tiba menghampiri Adel, saat Adel tengah menikmati sarapan paginya.

"Del, uang sakunya masih ada?" tanya Aisha.
"Masih mah, Adel gabanyak jajan kok, hehe. Masih terbiasa hemat kaya dulu" Jawab Adel.
"Kalo udah habis, ngomong ya. Jangan diem. Mau bawa bekal?"
"Ngga usah mah." Jawab Adel singkat.

Setelah selesai sarapan, adel bergegas untuk berangkat sekolah karena ia khawatir akan terlambat. Tanpa basa basi, ia mencium tangan nenek, dan ibunya. Lalu keluar dari pintu depan begitu saja.

Namun, ternyata Azzam (ayah tiri adel) berada di teras depan, tengah menikmati secangkir kopi dan koran ditangannya.

.
Dengan nada datar, Adel berpamitan pada Azam.
"Adel sekolah dulu, Assalamualaikum. " begitu katanya.
"Iya nak, hati hati. Mau ayah antar? Gapapa ko. Biar Adel nggak cape, dan nggak terlambat. "
"Nggak perlu, aku bisa jalan kesekolah. Kan biasanya juga gitu. "

Aisha hanya bisa tertunduk, melihat putrinya yang begitu ketus pada Azam. Namun, Azam yang sangat sabar terus saja menerima semuanya. Ia berharap, Adel akan menganggapnya sebagai ayah, dan memperlakukannya dengan baik. Azam adalah laki-laki yang baik, ia bekerja diluar negeri, disebuah perusahaan alat berat, dan memegang jabatan penting disana. Tak heran, jika Azam hidup berkecukupan. Ia menikahi Aisha, ibu Adelia atas dasar cinta. Ia menaruh hati, semenjak Aisha masih duduk dibangku SMA. Namun1, ia kalah langkah, karena Aisha keburu dilamar Akmal. Kakak kelasnya.

*****

Sesampainya disekolah, Adel langsung duduk di bangkunya. Seperti biasa, ia hanya memperhatikan yang lain. Ketika yang lain meributkan tugas, Adel hanya duduk duduk sambil sesekali memandangi Al Quran di meja guru, persis di depan tempat duduknya. Mungkin batin Adel sedang bergejolak, karena sejak kecil Adel sangat rajin membaca Al Quran. Bahkan ketika masih duduk di taman kanak-kanak, Adel sudah berhasil khatam. Namun pernikahan ibunya bersama dengan Azzam, membuatnya benar benar terpuruk. Rasa sakit yang ia tahan semenjak kecil, ia luapkan semuanya. Adel , anak shalihah mendadak tak lagi mengenal tuhannya, dan tak mau tau tujuan penciptaannya. Padahal, manusia diciptakan hanya untuk beribadah.

Seperti firman-Nya :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
wa maa kholaqtul-jinna wal-insa illaa liya'buduun

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."
(QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56)

****
Ujian nasional sebentar lagi tiba. Tak heran, rangkaian ujian seperti USBN, Try Out, dan Ujian Sekolah dimulai. Semua sibuk mempersiapkannya. Namun, tidak demikian dengan Adel. Dia adalah siswa yang mungkin paling santai diantara teman-temannya. Ia merasa tidak memiliki tujuan apapun, dia hanya merasa bahwa jika saatnya mengerjakan soal, yasudah dia kerjakan, tanpa memiliki target sedikitpun.

#TentanghidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang