Jingga menaiki pesawat dengan senyum penuh kebahagiaan, sesekali dia menoleh kebelakang dan menghela panjang nafasnya. Akhirnya ia akan melakukan suatu hal yang tak akan pernah bisa ia lupakan seumur hidupnya. Akan mendapatkan pengalaman berharga yang tak semua orang bisa dapatkan. Setelah melewati drama kehidupan yang cukup panjang dan melibatkan perasaan, akhirnya semua berjalan seperti keinginan. Jingga melangkah dengan pasti mencari kursi yang akan ia duduki. Namun hal yang tak diinginkan pun terjadi. Ia terjatuh kelantai pesawat, wajahnya hampir menyentuh sepatu salah seorang penumpang. Ia langsung berdiri dan menoleh kebelakang tanpa pikir panjang lagi. "Lo, gila ya!"
Laki-laki itu hanya memperhatikan wajah marah Jingga beberapa detik. Kemudian langsung duduk di kursinya tanpa bicara sedikit pun.Jingga terdiam, ia seperti mengenali laki-laki ini. Tentu saja, laki-laki misterius yang ia temui di danau tempo hari.
Laki-laki itu bernama Ali, cukup ganteng sih. Namun di tangan kirinya penuh dengan tato! Ukirannya cukup unik, sepertinya sih tato mahal. Karena ukirannya yang tak biasa. Walau memakai tato, tapi Ali gak kelihatan seperti preman pasar kok! Mungkin karena kulitnya putih, walau gak putih-putih banget. Hidungnya juga mancung. Postur tubuhnya juga tinggi dan berisi, walau gak berisi banget juga. Tapi, gak bisa dibilang kurus juga. Pokoknya seperti itu deh kira-kira.
Cukup menyebalkan ketika pramugari pesawat itu menunjukkan tempat duduk Jingga yang ternyata bersebelahan dengan Ali. Rasanya jika boleh duduk di lantai pesawat, mending duduk dilantai deh, dari pada sebelahan sama orang yang sudah kelihatan sangat menyebalkan sekali.
"Susah ya emang cuma bilang maaf doang," ucap Jingga memecah keheningan sembari membaca novel yang ia bawa untuk menemani perjalananya.
Namun Ali sama sekali tidak merespon sedikit pun. Jangankan untuk menjawab, menoleh juga tidak. Karena jengkel tidak mendapatkan respon apapun, Jingga menutup novelnya dengan cukup kuat dan menimbulkan suara.Seketika Ali menoleh, ia melepas kaca mata yang ia pakai. "Sorry gue gak sengaja, tadi buru-buru," Ucap Ali dengan nada datar yang membuat Jingga sedikit jengkel.
"Penting banget ya, kata maaf dari gue?" tambah Ali lagi dengan nada yang lebih datar dari sebelumnya, hingga membuat Jingga sedikit berteriak. "Ya iyalah, lo tuh udah nabrak gue sampe gue jatoh!" laki-laki bertato itu sedikit terkejut mendengar teriakan Jingga.
Semua orang menoleh ke arah mereka berdua. Dengan sigap Ali memakai kacamatanya kembali dan menjauhkan pandangan matanya dari Jingga.
Kalau ada peringkat orang paling menyebalkan di dunia, maka Ali akan menduduki posisi nomor satu orang paling menyebalkan versi Jingga.
Ketika pramugari menginfokan kalau pesawat sudah mendarat dengan selamat, Jingga segera turun tanpa memperhatikan Ali, orang yang sangat menyebalkan itu.
Dengan membawa sebuah koper besar dan tas ransel di punggungnya, Jingga terus berjalan dengan pasti, hingga sampailah di pintu keluar bandara. Jingga langsung menelpon koordinator program mengajar yang bertugas mengantarnya, ia mengatakan kalau sudah sampai di bandara. Namun ternyata mereka sudah berjalan duluan. Jelas saja Jingga ditinggal karena delay 3 jam sebelum pesawat terbang. koordinator meminta Jingga untuk menunggu sebentar, karena akan ada orang yang menjemputnya, dan akan mengantarkannya ke daerah penempatan.***
Setelah 2 jam menunggu akhirnya ada sebuah mobil bak terbuka yang berhenti tepat di depannya.
"Mbak Jingga, ya?" tanya supir mobil itu tanpa keluar dari mobilnya.
"Iya, Pak. Saya Jingga."
"Naik, Mbak."Jingga sedikit kebingungan dengan ucapan supir yang menyuruh ia naik mobil. Sedangkan mobil tersebut hanya punya 2 kursi saja. Satu sudah di duduki sang supir, satunya lagi sudah diduduki seorang perempuan. Lalu dia harus duduk dimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA
Teen FictionTentang bagaimana Jingga yang begitu menyukai Senja. Senja yang hadir dengan sejuta keindahan namun hanya sekedar persinggahan, lalu pergi begitu saja menghadirkan sang malam yang menakutkan.