Our Time

959 57 21
                                    

Warning !

.

M-PREG

.

AU!Songfic

.

Pairing :

Off — Gun

Thanat — Krist

Tay — Newwie

Alice — Baifern

Mean — Saint

.

Moonlight

© Urenthusiast

.

[Song by Second Hand — Our Time]


Senyuman kecil terpoles di atas wajah cantik yang menatap sosok lain di tempat tidur. Tak ada suara selain detak jam di sudut ruangan. Hening mendominasi. Tapi aura sendu tetap tertata rapi, membisikkan sisa perdebatan kecil di antara dua manusia.

Tak perlu ahli bahasa tubuh untuk menerjemahkan bahwa lapisan bening di permukaan mata bulat itu adalah akumulasi dari kondisi psikis yang tak menentu. Laki-laki berambut hitam itu pernah mengalaminya sendiri, jadi ia tahu pasti bagaimana rasanya.

Dengan erat, jemari lentik menggenggam sebelah tangan yang gemetar. Berharap dapat berbagi kekuatan dengan pemilik tangan itu. Ia tidak bermaksud ikut campur. Tidak juga berniat sok dewasa dengan memberi nasihat serta petuah ini dan itu. Ia hanya berharap kejadian kali ini tidak terulang lagi.

Cukup hanya dirinya, tidak pada orang lain selain dia.

Tanpa mengurangi intensitas senyum di wajahnya, laki-laki itu berucap lembut.

"Kau boleh egois dengan dalih mementingkan masa depannya. Tapi jangan lupakan satu hal. Bayi yang akan lahir nanti adalah milikmu dan milik orang yang kau cintai. Bayangkan bagaimana perasaannya jika ia kehilangan darah dagingnya sendiri."

Hening yang tercipta bukan alasan bagi benak yang tak berfungsi. Ketiadaan respon bukan berarti semua kalimat yang tercipta telah menguap sia-sia.

"Tolong, sekali ini saja, tanyakan pada hatimu yang paling dalam. Jika memang kau benar-benar menghendaki semuanya berakhir sampai di sini, maka aku tidak akan mengatakan apa pun lagi."

Tepat ketika dua pasang mata bertemu dalam keheningan, jawaban berpilar kejujuran tak bisa lagi dimanipulasi. Bibir tebal digigit demi meredam isak yang hampir lepas. Sementara empat sisi dinding putih hanya bisu menyaksikan dua insan yang berusaha untuk saling menguatkan.

☆★☆

Long day stopping me from saying what i want to say

☆★☆


Hujan deras yang mengguyur bumi tak ubahnya seperti melodi lagu bagi dua insan yang bergumul di bawah pelukan selimut tebal. Tangan mereka bertaut, tubuh mereka melekat. Tak ada sedikit pun celah bagi dingin untuk membekukan hangat yang tercipta. Dua pasang mata mengumbar tatapan penuh kasih. Sementara bisikan mesra tentang indahnya masa depan menjadi kawan bagi bibir yang sesekali berpagutan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang