Musim dimana bunga sakura mulai bermekaran, tanda sebagai para pekerja maupun pelajar memulai aktivitas baru mereka.
Tepatnya di SMA Fukuhara,memang terlihat seperti sekolah biasa tapi sebenarnya sekolah tersebut adalah sebuah sekolah yang menempatkan para pelajar yang berbeda dari manusia biasanya.
"Acara selanjutnya yaitu pidato dari kepala sekolah" Ucap sang MC kemudian mengundurkan diri menggantikan kepala sekolah.
Salah satu murid yang duduk di pojok yang bernama Kei menghela napas dengan berat. Kenapa acaranya belum selesai sih pikirnya yang mengomel.
Selama pidato berlangsung Kei merasa bosan, tak jarang dia menguap karena pidato dari kepala sekolahnya belum ada tanda-tanda akan menyelesaikan pidatonya. Akhirnya dengan salah satu kekuatannya, teleportasi dia berpindah ke sebuah ruangan yang dia yakinkan adalah laboratorium.
Kei tidak menyadari bahwa ada sebuah peraturan yang belum dia ketahui karena sudah meninggalkan upacara yang menurutnya sangat membosankan itu.
Dengan mengendap-ngendap dia keluar dari ruangan tersebut kemudian berjalan melihat-lihat yang ada di dalam sekolah barunya tersebut.
Tanpa disadarinya ada sosok lain yang menatapnya tajam dari jauh.
Kei POV.
"Yak! Aku tersesat sekarang." Gumamku dengan kesal.
Ugh...dapat kupastikan semua murid sudah masuk ke dalam kelas mereka. Yang kutahu hanya aku berada di kelas 1-A. Aku menghela napas dengan pelan, di hari pertama ini aku telah terlambat masuk kelas.
Tapi tak apalah aku juga dapat berkeliling di seluruh penjuru sekolah ini agar lebih mengetahui dan siapa tau juga aku akan menemukan kelasku walau akan terlambat dan yang pasti di hukum.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tubuhku membeku di tempat setelah mendengar suara yang terdengar datar dan juga dingin.
Dengan perlahan aku memutar badanku menghadap seseorang yang tak kukenal. Dari perawakannya sih dia bukan asli Jepang karena warna matanya berbeda. Dan juga dia lebih tinggi dariku, ugh aku sangat membenci jika ada orang yang lebih tinggi dariku.
"Kau tuli ya?" Kesadaranku langsung mengembalikanku dari lamuan, kutatap wajahnya. Aku harus menatap keatas untuk bisa menatap wajahnya.
"A-aku hanya mencari kelas." Ucapku menahan rasa gugupku yang tiba-tiba menyerang.
"Kelas? Heh kau tidak mengikuti upacara tadi?" Tanyanya yang membuatku sedikit bergidik.
"T-tidak..." Aku menundukan kepalaku. Oh ayolah aku terlalu malas jika ada orang yang memberiku banyak pertanyaan.
"Kau kelas berapa?"
"Ke-kelas 1A."
"Ikut denganku."
"Eh?"
"Apa kau hobi membuat orang harus mengatakannya dua kali?"
Dalam hati aku menncoba menahan amarahku yang mulai muncul. Aku pun mengikutinya dari belakang saat pemuda yang tak kuketahui namanya mulai pergi.
Kupikir dia mengantarkanku ke ruang kelasku tapi dugaanku ternyata salah, dia malah membawaku ke ruang perpustakaan.
"Kenapa ke perpustakaan?" Tanyaku padanya yang telah berhenti kemudian membalikkan badannya menghadapku.
"Kenapa emang?" Balasnya dengan pertanyaan juga.
"Ka---ayolah aku tidak tau dimana letak kelasku berada dan kau malah membawaku ke tempat membosankan seperti ini!?" Seruku.
"Hoo kau berani melawanku huh." Dia mulai berjalan mendekatiku.
Aku yang baru tersadar dengan apa yang telah kulakukan tadi langsung berjalan mundur.
Tik![sumpah Re tak tau bunyi petikan jari :")]
Seketika pintu dibelakangku tertutup dengan sendirinya. Mampus! Aku tidak ada jalan untuk kabur lagi, saat aku telah mentok di depan pintu dia juga berhenti menyisakan jarak 2 meter diantara kita.
"Kau tidak tau siapa aku?"
Aku menggeleng dengan cepat. Iyalah aku tidak tau! Dia aja gak ada ngenalin dirinya sendiri bagaimana mau tahu tentangnya coba?
Kulihat dia mengeram marah. Direntangkan tangan kanannya hingga muncul sebuah pedang hitam yang terlihat begitu panjang. Ditodongkan pedangnya tersebut tepat di leherku hingga aku harus menelan air liurku dengan susah payah.
Kalau aku maju selesai sudah hidupku kalau aku menghindar ke samping ataupun ke kanan leherku pasti akan berdarah. Aku tidak ada pilihan untuk kabur dari pemuda asing ini.
"Kenapa kau tak melawan?" Tanyanya dengan nada meremehkan, seolah aku tak dapat melawannya.
"Buat apa juga aku melawanmu? Toh aku juga pasti akan kalah darimu yang terlihat lebih pro daripada aku yang masih beginner." Jawabku dengan santai sambil menatap wajahnya tanpa ada rasa sakit.
Okaa-saann!! Tolonglah anakmu ini yang tengah dihadapi oleh pemuda asing yang hendak membunuhku.
Kurasakan pedangnya mulai menekan leherku hingga dapat kupastikan mengeluarkan darah dari tusukannya tersebut. Aku berharap tidak mengeluarkan banyak darah.
"Menyerah duluan eh?" Ucapnya sedikit menyeringai.
"Aku tidak menyerah hanya saja aku bukan lawan yang pas untuk kau." Balasku.
Kulihat pedangnya mulai menjauh dari leherku hingga akhirnya pedangnya tersebut menghilang dari tangannya.
Dalam hati aku menghela napas dengan lega karena aku masih bisa bernapas.
"Ikutlah, aku akan mengantarmu." Ucapnya langsung pergi keluar setelah membuka pintunya.
Tak lama kemudian kita berdua sampai di depan ruang kelasku berada. Rupanya kelasku ini telah kulewati hingga 5 kali tapi kenapa aku tidak menyadarinya!??!!?!!
Saat aku akan mengucapkan terima kasih pada pemuda asing tersebut tapi dia telah tiada di penglihatanku. Tanpa pikir panjang aku masuk ke dalam kelas, untung saja di kelas tidak ada guru jadi aku bernapas lega tidak mendapat hukuman.
Kucari bangku ku berada, dan ketemu! Tempat yang sangat strategis karena di pojok dekat jendela. Aku bisa menikmati udara kalau perlu sih tidur saat mata pelajaran berlangsung.
°Panggilan kepada Miyazono Kei kelas 1-A harap datang ke ruang OSIS sekarang juga°
Kenapa lagi aku, baru saja aku ingin duduk di bangku milikku tapi kuurungkan ketika mendengar pengumuman tadi. Dengan terpaksa aku berjalan keluar kelas menuju ruang OSIS yang tak kuketahui dimana letaknya.
.
.
.
.
Tbc~~
Karna suatu masalah di lapak sebelah re jadi mempublish cerita ini di lapak utama
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Love (BL)
FanfictionPublish ulang dari akun satunya Ini merupakan kisah dimana aku terjerat dalam zona terlarang yang seharusnya tidak muncul diantara kita, andai aku tidak pergi saat itu mungkin aku tidak seperti ini.. -Miyazono Kei