BAGIAN DUA

81 6 2
                                    

Sekarang aku berada di ruang perpustakaan (lagi) terjebak dengan pemuda yang kutemui sebelumnya yang bernama Tsukishima Maaya, aku tidak akan menjelaskan bagaimana dia mendapat nama seperti itu dan perawakannya seperti orang luar negeri karena aku tidak tahu.

Keadaanku saat ini sangat tidak menguntungkan. Bagaimana tidak?kita berdua ada di tempat yang berada di pojok dan ketos rese ini memojokkanku ke dinding sampai sekarang belum ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya. Hanya ada deru napas diantara kita berdua, aku juga tidak bisa kabur darinya karena cengkraman tangannya tersebut terlalu kuat.

Akhirnya aku hanya pasrah menunggu dia berbicara. Bagaimana bisa terjadi? Mari kita flashback kejadian sebelum aku menjadi seperti ini.

Flashback~

Berkat keramahan murid disini aku akhirnya aku mengetahui dimana ruang OSIS berada. Sampainya disana aku langsung membuka pintu ruangan tersebut tanpa memperdulikan siapa yang berada di dalam ruangan tersebut.

Sepi...

Buat apa ketos ingin bertemu denganku sementara di dalam ruangan ini tidak ada siapapun. Aku pun masuk lebih dalam ke ruangan ini, ruangannya sangat luas gak terlalu banyak peralatan mungkin itu yang bikin luas.

"Kau datang juga kouhai." Lantas kutolehkan kepalaku pada seseorang yang memanggilku mungkin?

"Ooh~ rupanya kau ketosnya." Balasku memandangnya dengan tatapan tak minat.

"Dan kau juga telah membuat masalah denganku Miyazono-san."

"Maap? Membuat masalah? Perasaan kau sendiri yang membuat masalah Tsukishima-kun."

Tiba tiba sebuah pedang yang berbeda muncul kembali di tangan kanannya dan langsung menodongkan kepadaku. Kali ini pedang tersebut tepat berada di depan mataku sendiri bukan di leher.

"Apa yang kau lakukan? Mau membunuhku?" Tanyaku menatapnya seolah tak takut dengan ancamannya tersebut.

Hehh....untung saja dia tidak mempunyai kemampuan baca pikiran, bisa gawat yang ada. Aku ini ketakutan setengah mati, Ya Tuhan....selamatkanlah aku sekarang atau kalau perlu ada seseorang yang datang ke ruangan ini tiba-tiba.

"Dengan senang hati akan kulakukan, tapi sayangnya aku memanggilmu bukan karena itu." Dia menjauhkan pedangnya dari pandanganku hingga aku sedikit bernapas lega.

"Jadi apa maumu?" Tanyaku.

"Kau ku rekrut menjadi wakilku." Jawabnya dengan santai.

.......

WAKILNYA!!??!?!! WHATT NO WAY!! AKU GAK AKAN MENERIMA KALAU MENJADI WAKILNYA TERSEBUT!!

Lebih baik aku tidak mengikuti apapun daripada harus menjadi wakilnya. Hmm atau aku harus berpura-pura kalau aku sudah menemukan klub? Tidak tidak itu tidak akan mungkin, yahh mending jawab sejujurnya saja.

"Maap aku tidak bisa menerima permintaanmu Tsukishima-kun."

"Pilih jadi wakilku atau kutebas rambut panjangmu itu." Big no! Aku tidak mau jika rambutku ini menjadi pendek tak karuan hanya karna ulahnya sendiri.

Aku tidak tau harus berbuat apa hingga sebuah ide melesat di pikiranku. Kenapa aku tidak kepikiran!

"Apa itu!" Teriakku.

Lantas dia menoleh kearah yang kutunjuk. Kesempataan itu tak kusia-siakan, langsung saja aku berteleport dari ruangan terkutuk itu.

Dan aku berakhir di ruangan perpustakaan yang berada di pojok, tempat yang paling sepi.

"Hampir saja..."

"Mencoba kabur heh." Tubuhku menegang mendengar suara yang sangat familiar.

Aku tidak berani menengok karena aku tahu siapa dia. Jadi aku memilih untuk berpura-pura tidak mengetahui keberadaannya. Aku mencari-cari buku yang ada di setiap rak, kulirik sebentar dia tampak menahan emosinya karena kuabaikan.

Fokus Kei! Abaikan sampai dia merasa jenuh dan viola! Dia akan pergi karena kebosanan. Hendak aku mengambil buku yang sepertinya menarik, tiba-tiba badanku ditarik hingga membentur dinding.

"Akhh!! I-itte..." gumamku menahan sakit yang menjalar di punggungku.

"Beraninya kau mengabaikanku!?" Serunya menatapku dengan tajam.

Badanku mulai bergidik ngeri melihat kemarahannya tersebut. Sepertinya aku telah membuat singa dalam dirinya bangun.

Flashback off~

"Jadilah wakilku, aku tidak menerima penolakan!"

Reflek aku mengangguk pelan karena ketakutan.

"Anak pintar." Dalam sekejap sifatnya langsung berubah menjadi lembut hingga membuatku kebingungan, bahkan dia mengelus kepalaku dengan pelan.

Chuu~

Sebuah benda kenyal menyentuh bibirku. Mataku langsung membulat setelah menyadari benda apa yang dimaksudnya itu. Dia menjauhkan wajahnya dengan tersenyum miring.

"Bibirmu manis juga." Ucapnya langsung pergi meninggalkanku yang masih terkejut dengan kejadian barusan.

D-dia merebut first kiss ku!!!? Ooh bibirku yang suci ini sudah tidak suci karena ketos es itu. Ugh....rasanya aku ingin cepat cepat melupakan kejadian barusam tapi yang terjadi malah terbayang terus di pikiranku hingga pipiku bersemu merah.

Kei!!! Kau itu masih normal! Tak mungkin kau menyukai sesama jenis sepertinya. Kugeleng-gelengkan kepalaku. Lebih baik aku kembali ke kelas karena bel masukan akan berbunyi.

.

.

.

.

.

Tbc~

My First Love (BL) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang