Sudah seminggu sejak kejadian dimana aku dan ketos rese itu berciuman. Dan sampai sekarang pun aku jadi langganan ke ruang OSIS hanya karena dia yang terus memaksaku untuk menjadi wakilnya. Dan aku juga sudah tiap kali menolak permintaannya tapi dia tetap saja tidak menyerah.
"Miyazono-kun kau dipanggil sama ketua osis lagi." Ucap ketua kelas di kelasku.
Hahh....ini sudah kesekian kalinya dia memanggilku dan sudah beberapa hari ini aku tidak pergi ke sana karena dia akan menawarkan penawaran yang sama dan kujawab dengan jawaban yang sama. Bahkan dia pernah mengancam akan memotong rambutku yang terlihat panjang ini tapi dia tidak pernah melakukannya.
"Kau kenapa sering dipanggil ke ruang OSIS sih?" Aku menatap seorang gadis yang berada di depanku.
"Ketos menawarkan atau lebih tepatnya menyuruhku menjadi wakilnya." Jawabku sambil memutar bola mataku dengan malas.
Rasanya aku ingin cepat-cepat dia lulus dan aku akan terbebas dari paksaannya tersebut.
"C-chotto....apa kau mendengar sebuah peraturan yang wajib murid tahu?" Tanyanya yang membuatku mengerutkan kening.
Peraturan? Peraturan apa memangnya? Perasaan saat di kelas guru tidak ada memberitahu sebuah peraturan, saat upacara penerimaan murid pun.....oh ya aku kan meninggalkan acara tersebut karena pidato dari kepsek yang sangat membosankan itu.
"Tidak, memangnya kenapa?"
"Bilangnya kepsek kita jangan membuat masalah dengan ketos." Ucapannya membuatku teringat kejadian dimana Tsukishima menodongkan pedangnya di leher.
Dengan reflek aku memegang leherku yang sudah tidak membekas lagi.
"Emang kenapa dengan ketos sini?"
"Entahlah."
Oke ini memang aneh, kepsek menyuruh kita tidak membuat masalah dengan ketos. Dan aku sudah melakukannya(memang yang waktu itu aku membuat masalah ya?). Perasaan aku tidak membuat masalah tapi dia sendiri yang melakukannya bahkan nyaris membunuhku.
"Aneh." Gumamku.
Oh iya, orang yang kuajak bicara ini merupakan teman pertamaku di kelas sini. Namanya Lucie, gadis normal eh gak normal karena dia pengidap penyakit fujoshi, pasti kalian tahu lah fujoshi itu apa atau kalian sendiri seorang fujoshi.
"Bagaimana wajahnya si ketos?" Tanyanya.
"Hmm biasa aja sih, dia terlalu dingin terus cuek juga jadi ya gak begitu ganteng sih." Jawabku sambil mengingat-ingat wajahnya yang menyebalkan itu.
"Hee benarkah?"
Aku membalas dengan anggukan. Aku heran kenapa aku bisa berteman dengannya? Apa karena dia yang duduk di depanku atau karena aku dibilang sama dia kalau...
"Sepertinya seorang uke kayak kamu cocok sama ketos itu."
Ya uke, kalau pwra fujo/fudan pasti tau uke itu apa dan lawannya juga tahu siapa, yang jelas aku tidak ingin menjelaskannya.
"Bisakah kau berhenti menjodohkanku dengan sesama cowo?"
"Tidak bisa! Itu sudah menjadi keseharianku yang wajib dilakukan."
Sabarkanlah hamba dengan cewe sepertinya Tuhan...
*skip time istirahat*
"Miyazono kau dipanggil untuk pergi ke ruang osis!" Seru salah satu teman sekelasku.
Mendengar itu aku langsung berdiri dan pergi menuju kantin. Ngapain juga aku pergi ke ruang osis yang ada aku berkelahi lagi sama dia. Sesampainya di kantin aku membeli roti yakisoba dan susu stoberi.
"Kenapa kau tak datang?"
Aku tidak perlu menoleh ke belakang karena aku tahu siapa yang berbicara padaku saat ini. Jadinya aku berpura-pura tak mendengarnya dan memilih untuk memakan roti yang kubeli tadi.
Tapi eh tapi lenganku ditariknya sampai membuat roti dan susu yang kupegang menjadi jatuh. Aku hanya bisa pasrah ditarik olehnya menuju ruang osis.
"Apa sih mau mu itu?!" Seruku.
Srett
Aku sedikit terkejut karena sesuatu menyambar leher belakangku dengan cepat. Lantas kupegang leher belakangku, kaget. Ya! Karena ketos rese itu memotong rambutku!!
Aku langsung menatapnya dengan tajam.
"Kau benar-benar ingin mengajakku berkelahi?" Tanyaku mengeram mencoba menahan amarahku.
"Oh? Sekarang kau mau melawan?" Ucapnya sambil menyeringai.
"Meremehkan ku huh?"
Aku berteleportasi dengan cepat ke arah belakangnya kemudian menendang pungungnya dengan keras hingga dia terjatuh.
.
.
.
.
.
.
Tbc~
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Love (BL)
FanfictionPublish ulang dari akun satunya Ini merupakan kisah dimana aku terjerat dalam zona terlarang yang seharusnya tidak muncul diantara kita, andai aku tidak pergi saat itu mungkin aku tidak seperti ini.. -Miyazono Kei