Akan sangat banyak hal ambigu yang kuceritakan nantinya. Kadang kurang masuk akal bagi logikaku sendiri, tapi biarlah tetap kutuliskan. Kali ini tentangku yang sejak kanak-kanak hingga dewasa tak pernah melepaskan diri dari cahaya.
Tidak pernah mampu kupahami dan kuingat sekeras apapun berusaha mencernanya. Sejak kecil aku selalu terbangun di kala malam hari tiba-tiba listrik mati. Dalam gelap aku akan meraba-raba mencari korak api dan lilin ataupun lampu senter milik bapak. Aku tidak akan bisa tidur nyenyak kembali tanpa cahaya. Aku akan menemukan cahaya untuk bisa kembali tidur. Tidak peduli seberapa keras bapak meneriakiku untuk tidur kembali.
Rasanya aku tidak bisa bernafas di ruangan yang gelap.
Sering aku menceritakan kelemahan ini pada orang-orang di sekitarku. Bagi mereka cerita ini adalah angin lalu dan bahan untuk mengerjaiku. Bagiku, ini adalah salah satu "hantu" dalam hidupku.
Jika bagi gadis-gadis lain hal terpenting untuk ada di dalam tasnya adalah lipstik, bagiku terpenting adalah sumber cahaya, sekecil apapun cahaya itu, bahkan nyala layar handphone pun cukup. Tidak kalah penting untuk selalu menyimpan headlamp dengan baterai aktif di kamar.
Jika aku takut gelap, mengapa aku naik gunung?
Cobalah naik gunung kawan, dan lihatlah berapa alam ini begitu terang dengan cahaya bulan dan bintang di malam hari. Jika pun mendung, selalu ada headlamp untuk teman jalan dan tidur. Minimal aku berada di alam terbuka, bukan ruangan sempit berdinding kokoh.Mungkin aku bukan perempuan yang sanggup berteriak melengking saat ketakutan akan gelap, tapi entah mengapa rasanya kadar ketakutanku sama dengan mereka yang bisa berteriak-teriak ketakutan. Aku hanya lebih mampu berpura-pura tenang. Begitu saja kulakukan sejak kecil hingga dewasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of My Secrets
Non-FictionNarasi kecil tentang ketakutan-ketakutan kecil yang menghantuiku sedemikian besar. Karena rahasia tidak selamanya harus menjadi rahasia. Biarlah orang tertawa karenanya.