BAGIAN LIMA

63 6 0
                                    

"Cepat pesan." Aku hanya mengangguk singkat padanya.

Aku masih bingung mau pesan apa karena semua nama makanannya sangat asing bagiku. Kalian tahu? Aku sedang di sebuah restoran mewah bersama ketos re---maksudku Maaya-senpai, ugh entah kenapa rasanya aneh menyebut namanya seperti itu.

Karena paksaan darinya tentu saja. Mau tau bagaimana? Simak flashbak kali ini.

-flashbak on-

"Apa kau tuli sayang?" Tanyanya sambil menaikan daguku menjadi menatapnya.

Apa aku tidak salah mendengar? Dia bilang sayang? Ah, mungkin itu imajinasiku saja ya.

"Apa?" Tanyaku menatapnya dengan datar.

"Apa yang kau lakukan disini?"

"Seharusnya itu yang menjadi pertanyaanku ketos."

"Tentu saja aku tinggal disini."

Sontak aku membelalak kedua mataku. Oh sial, kesialan macam apa lagi kali ini yang menghampiriku, cukup aku satu sekolah dengannya tapi sekarang aku dan dia bertetangga.

"Ohh... yaudah minggir!" Ucapku mendorong tubuhnya.

Tapi sia-sia tentunya. Badanku dengan dia berbeda jauhh! Walau aku cowo tapi kekuatanku dalam fisik, aku kalah dengannya.

"Apa kau berusaha mendorongku nona Kei?" Tanyanya menggodaku.

Apa aku harus menggunakan kekuatanku? Tapi bakal nguras tenaga. Ah bodo amat yang penting aku pergi dari hadapannya.

"Ya, dan mari kita bermain petak umpet." Ucapku sebelum menghilang dari hadapannya.

-depan minimarket-

Aku mengambil napas banyak-banyak sebelum masuk ke dalam minimarket. Aah kenapa hanya berteleport saja memakan banyak tenaga sih.

"Kali ini aku akan membeli apa ya..." aku menatap semua bahan-bahan makanan yang ada di setiap rak sambil mendorong troli dengan pelan.

Ah! Mungkin aku akan membuat omurice malam ini. Aku mengambil bahan-bahan yang kuperlukan nanti, oiya aku tidak pakai topi lagi sejak ketemu dengan ketos rese itu.

"Andai aku gak ketemu ketos rese itu di awal." Gerutuku mendorong troli menuju kasir.

"Siapa ketos rese?" Bisik seseorang di dekat telingaku.

"Aakh! Siapa si----

Aku terkejut dengan sosok yang baru saja membisikan ku.

"Ba-bagaimana.... k-ka-kau...." ucapku terbata-bata menatapnya yang tersenyum sinis padaku.

"Terkejut sayang?" Tanyanya.

Aku cepat-cepat menggeleng kepalaku lalu mendorong troliku menuju kasir dan mencoba untuk mengabaikannya. Aku tidak bermimpi, dia memanggilku sayang. Hey! Aku masih normal tau!! Jangan langsung nyosor aja bilang kalau aku suka yang berpedang(?).

Beberapa langkah lagi aku akan sampai kasir tapi sialnya lenganku ditarik ke belakang. Kayaknya aku tahu siapa, dan yang pasti dia akan menampilkan senyuman resenya itu padaku.

"Apa lagi sih?" Tanyaku menatapnya.

"Ikut aku." Dia langsung menarikku keluar dari mini market.

"Hey kau mau membawaku kemana!?" Seruku menatap garang Maaya.

Tapi dia tidak meresponku sama sekali. Dibawanya aku menuju parkiran, dibukanya mobil kemudian langsung mendorongku masuk ke dalam. Aku hanya pasrah saja ikut dengannya karena pasti sia-sia kalau aku membantah perintahnya.

Setelah ia masuk ke dalam mobil, dijalankan mobilnya menuju.... entahlah aku juga tidak tahu kemana tujuannya. Dalam keadaan seperti ini aku hanya menatap keluar jendela melihat gemerlap kota Tokyo yang begitu ramai.

Beberapa menit kemudian mobilnya berhenti. Aku terperangah saat mengetahui dimana lokasi kita sekarang, di sebuah restoran mewah yang terkenal dengan harganya yang sangat membahana.

"Keluar." Ucapnya yang membuatku tersadar dari lamuanku.

"Ba-baik."

Dengan nurut aku keluar dari mobilnya, mengikuti dirinya yang mulai masuk ke dalam restoran mewah itu.

Sementara Maaya memesan meja buat kita berdua, aku sibuk dengan mengagumi kemewahan ini seperti orang bego. Walau aku dari kelas atas juga tapi sumpah aku belum pernah namanya ke restoran mewah seperti ini, apa mungkin karena aku terus menolak ajakan tou san ya.

"Miyazono, kemari." Panggilnya.

Seperti Anak kecil aku mengangguk dan mengikutinya ke ruang vvip. Kembali aku dibuat menganga pada ruang vvip ini.

"Hey Miyazono? Kau kenapa?" Aku langsung tersadar dari kekagumanku.

"Tidak, tidak papa."

Aku dan dia langsung duduk di kursi. Datanglah seorang pelayan sambil membawakan buku menu untuk kita berdua.

-flashback off-

Yahh kira-kira gitulah. Dan sekarang aku masih kebingungan mau pilih menu apa.

"Kau mau pesan apa?"

"Euhm.... samakan saja denganmu." Mending sama dengannya daripada aku mesan nanti malah menunya makanan yang gak kusuka.

"Dan minuman?"

"Air putih saja."

Dia langsung berbicara pada pelayannya dengan bahasa yang tak kumengerti sama sekalipun. Bahasa alien kah? Auk dah yang penting aku bisa menikmati makanan mewah gini.

.

.

.

.

.

.

Tbc~

My First Love (BL) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang