Gone-A Fanfiction of Harry Potter (Special Dramione)

7.9K 267 30
                                    

Well, Mum, Dad…” ujar gadis berambut semak kecokelatan itu menatap lekat ke pada kedua wajah yang begitu ia sayangi, “… aku harus pergi sekarang. Jaga diri kalian baik-baik. Jangan terlalu sibuk dan perhatikan pola makan kalian.”

Usai menyelesaikan kalimatnya, gadis bernama lengkap Hermione Jean Granger itu pun meremas jemari ibunya untuk yang terakhir kali dan dengan berat hati di detik berikutnya ia melepaskan tautan jemarinya pada jemari sang ibu.

“Bukankah kami yang seharusnya mengatakan seperti itu, Mione Sayang?” ujar ibunya sembari mengusap penuh kasih pada rambut kecokelatan milik puteri semata wayangnya yang mengembang dan terlihat sedikit berantakan. “Jangan belajar hingga lupa diri. Ingat, kesehatanmu itulah yang utama,” ceramah ibunya kepada Hermione  seperti saat-saat di mana ia harus menceramahi pasien-pasiennya setiap hari, sambil menyentuh pelan ujung hidung anaknya.

Hermione berupaya menahan senyum yang hendak tercetak di wajahnya manakala mendengar ceramah ibunya. Oh, seharusnya ia tidak lupa bahwa ibu dan ayahnya berprofesi sebagai dokter gigi. Ya, mereka berdua. Tentu saja mereka akan lebih cerewet bila itu menyangkut kesehatan, bukan?

Ayah Hermione merangkul pundak sang istri perlahan sebelum akhirnya berujar, “Ibumu benar, Mione. Pokoknya kami hanya ingin melihat kau pulang dalam keadaan sehat saat libur Natal tahun depan."

Kini Hermione benar-benar tak bisa menahan senyum yang sejak tadi hendak mengembang di wajahnya. “Oh, Mum, Dad… berhentilah bercanda. Aku kan bukan pasien kalian,” kekeh Hermione dengan bola mata yang terasa berair. Oh, tidak, kenapa ia malah menangis, sih?

Ayah Hermione memegang kedua bahu anaknya dan menatap lekat ke dalam mata Hermione yang sewarna cokelat madu. “Kau memang bukan pasien kami. Tapi kau adalah gadis kami satu-satunya. Kami akan menyayangimu melebihi semua pasien kami, juga kami akan mempedulikan dan menyerewetimu melebihi mereka. Jadi apakah kau sudah mengerti sekarang bedanya kau dan pasien kami, Mione?” ujar ayahnya dengan tatapan penuh kasih. Seketika Hermione dapat melihat jelas bentuk wajahnya dalam kedua bola mata sang ayah yang berwarna sama dengan miliknya; cokelat madu.

“Oh, Dad!” Hermione kini tak sanggup lagi menahan rasa haru yang bersarang di hatinya sejak tadi. Ia menarik lelaki paruh baya yang mengenakan jaket kulit berwarna cokelat tua di hadapannya itu untuk masuk ke dalam pelukannya. “Aku begitu mencintaimu, Dad,” bisiknya lembut.

Setelah mengatakan hal itu, Hermione mengusap perlahan matanya yang sedikit basah dengan punggung tangannya dan kemudian melepaskan pelukan pada ayahnya. Ia melihat ke arah ibunya lagi. Berjalan ke arah wanita berusia sekitar empat puluh tahun itu, Hermione tampak begitu sedih. Sesampainya di hadapan wanita yang terlihat begitu cantik di usianya yang tidak muda lagi itu, Hermione memeluknya. Sangat erat.

Sang ibu yang mengenakan jaket rajut merah maroon  saat itu juga membalas pelukan anak tercintanya dengan tak kalah erat. Mereka terus begitu selama beberapa detik, sampai akhirnya Hermione mendorong dan melepaskan tubuhnya perlahan dari pelukan ibunya. “Aku juga sangat mencintaimu, Mum. Oh, kenapa aku jadi secengeng ini? Biasanya aku tak begini,” ujar Hermione sambil mengusap jejak air mata di wajah ovalnya.

Well, kuanggap itu pertanda kau mulai dewasa dan semakin menyayangi kami,” ujar ibu Hermione yang kemudian membantu mengeringkan jejak air mata di wajah anaknya dengan kedua ibu jari. “Nah, pergilah sekarang. Nanti kau bisa terlambat, Sayang.” Ibu Hermione sekali lagi membelai rambut semak anaknya yang kemudian dibalas oleh Hermione dengan sebuah anggukan kecil, tak lupa sebuah senyuman tergores di wajahnya. Senyuman yang memperlihatkan dua buah gigi depan Hermione, yang akan mengingatkan kita pada gigi kelinci.

Gone-A Fanfiction of Harry Potter (Special Dramione)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang