12. Ada yang hilang separuh diriku

37 4 0
                                    

Ternyata Califonia tak mengecewakan juga, walaupun beberapa hari harus aku tempuh. Selamat malam, Malibu. Terimakasih atas tempatnya.

Aqsa : Besok jalan ya? Jam 9 gue jemput

Iya, ska tepatnya sudah menaruh nomer telfonnya di ponsel ku. Pesan sesingkat itu buat aku tersenyum sedikit di malam ini, rasanya ingin aku percepat malam agar datang esok pagi yang pastinya menyenangkan.

Rupanya ska masih benar benar seperti aqsa yang aku kenal, dari rambutnya yang tak pernah rapih tidak panjang tidak pendek, kacamatanya yang setiap saat harus dibersihkan, wajahnya yang enggan memberikan banyak omongan, dan pastinya motor kesayangannya.

"lo harus ke Jakarta, qil"
"kenapa gue harus ke Jakarta kalo lo masih disini?"
"yaa lo perlu lanjutin semua di Jakarta"
"yaa gue maunya sama lo"
"aqila" ska meraih tanganku
"aqsa pasti ke Jakarta" kala matanya meyakinkanku
"kali ini kita harus sama sama tuntasin kuliah masing masing" senyum itu!
"ya?"
"ah gatau gue"

Ska mengalihkan pembicaraan tentang Jakarta, mungkin untuk menghindari amarahku untuk kembali tanpanya.

3 siang dan malamku bersama ska. Rico sudah ke Jakarta 2 hari yang lalu setelah aku menemukan ska. Ia pikir dengan adanya dia sudah selesai.

"boleh gak kerumahmu?"
"yuk"

🌯

Bukan rumah, hanya sekedar beberapa petak seperti Apart. Iya, selama beberapa tahun tempat ini yang ska huni.

"astaga sampe lupa nanya"
"ska ambil apa?"
"gue ambil bahasa qil, udah banyak bahasa loh gue" lagaknya yang sombong
"ih sombong banget"
"gue tau kok bahasa jermannya aku cinta kamu"
"gitu doang gue juga tau, ska. dari sma kali"
"apa?"
"ich liebe dich"
"ich liebe dich mehr, aqila"

Pipiku merah membeku, semua raga terdiam. Apa apaan kamu ska?! Seketika buat aku seperti patung. Seharusnya aku tak berlebih seperti ini. Diamku buat ska tertawa seolah ia menang.

"bercanda qil" hanya sebatas itu ska?

Menuju sore, aku meminta untuk pulang saja. Dan mungkin esok aku akan tiba tiba ke Jakarta, tanpa ska mengetahui.

🌯

Malamnya, aku langsung memesan tiket. Entahlah perasaan apa ini? Aku yang mencari ska beribu hari namun saat dia hadir malah aku merasakan keraguan dan kesedihan melebihi kehilangannya. Kehadiran yang sangat aku tunggu justru membuat aku berpikir. Tak pernah ada yang aneh diantara kalian, hanya teman, laki laki dan perempuan yang menjalin pertemanan, takkan mungkin bisa lebih.

Iya, lebih tepatnya tak tahu harus aku kemanakan perasaan ini. Aku takkan bisa membuka ruang hati ska yang mungkin sudah tertutup oleh insan yang menyiakan seperti aku.

Jam 9 aku tiba di Bandara California. Maaf ska, aku pergi tanpa sepengetahuanmu. Maaf, California. Aku titip dirinya ya, jaga dirinya. Jangan habiskan stok coklat panas, ia takkan bisa hidup tanpa itu.

Mode pesawat aku aktifkan sedari tadi aku terbang.

Aqsa : qil, lo dimana? di Apart gaada lo? lo ke Jakarta?

Aku mendiamkan pesan itu, sementara aku hanya duduk terdiam di tempat tunggu. Ska, maaf.

"sayang? kok gangomong mami kalo kamu pulang hari ini?"
"iya mi, aku mau di Jakarta aja, ada kuliah besok"
"gimana aqsa?"
"ska baik baik aja"
"kamu ketemu? kenapa gak kamu ajak ke Jakarta?"

Tanpa ragu aku menceritakan semua pada mami. Mami satu satunya temanku, semenjak ska menghilang aku tak ingin berteman dengan siapapun. Kabar adin pun aku tak tau bagaimana. Hanya rico yang datang tiba tiba, aku tak dekat dengannya.

sekiranya, hampir.  [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang