Part 2

19 5 3
                                    

Reyna pulang kerumah dan langsung pergi kekamar Abangnya "Alvata wijaya" dan masuk tanpa mengetuk pintu, di saat ia berada di kamar Abangnya Reyna tidak menemukan sosok pria yang sedang dicarinya itu, Reyna pergi ke tempat tidur milik Abangnya itu karna ia ingin menceritakan sesuatu kepadanya, Reyna tertidur karna lama menunggu Abangnya pulang.

"Assalamualaikum, aku pulang," ucap Alvata kaget saat melihat rumahnya sepi kayak kuburan.

Alvata langsung pergi ke ruang tamu dan tidak menemukan siapapun di sana lalu ia pergi ke kamar Reyna nihilnya ia tidak menemukan sosok Adik kesayangannya itu, sampai akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya di kasur.

"Mana Adek gue ya kok ngak ada dirumah biasanya jam segini dia udah pulang," ketus Alvata sambil menaruh lengannya di dahi.

Setelah beberapa menit Alvata merasakan ada sesuatu yang bergerak di bantalnya, ia langsung duduk untuk melihat apa yang bergerak di bantalnya itu dan menarik selimut yang menutupi bantal, belum sempat ia membuka selimut itu ada seorang yang bergerak dan langsung menampakkan wajahnya, ternyata itu adalah Reyna yang sedang tertidur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuh mungilnya itu.

"Ye pantesan ni bocah dipanggil kagak nyaut-nyaut orangnya lagi tidur, "sambil mengetuk jarinya di pelipis Alvata sedang berpikir untuk mengerjai Adiknya itu tapi ia mengurungkan niatnya itu karna ia kasihat dengan Adiknya yang terlihat sangat kelelahan apalagi Reyna tidurnya sangat nyenyak sampai membuatnya mendengkur alias ngorok.

Pukul 20.30 Reyna terbangun dari tidurnya karna ia merasa kedinginan, sambil mengucak-ngucak matanya, ia terbangun, ternyata ia sedari tadi tidur di lantai dan melihat sosok pria yang sedang berbaring di kasur sambil memainkan benda pipi yang berada di tangannya.

"Woy bang, lo mah kagak sayang-sayangnya sama Adek sendiri bukanya gue di gendong ke kamar gue, lo malahan narok gue di lantai mana lantainya dingin lagi."

"Emang lo barang apa, pakek ditarok sembarangan, siapa bilang gue nurunin lo dari ranjang dan lo tidur di lantai, sebenarnya ni ya, lo tu jatuh dari ranjang trus gue biarin aja geliat lo nyaman ngusel-ngusel lantai pakai muka lo dan siapa suruh lo tidur dikamar gue, tadinya sih gue mau ngerjain lo tapi ngeliat lo kayak orang kecapean ngak tega jadinya ngerjain lo. Lo pasti main basket lagi, udah gue bilangin ngak usah lagi jadi kapten basket cewek di sekolahan lo lagi, cewek tu ngak pantes main basket!."

Reyna pergi meninggalkan Abangnya yang belum selesai bicara dan menutup pintu kayak orang ke setanan.

"Ni Adik makin kurang ajar aja sama Abangnya sendiri, mana nutup pintunya keras banget lagi untuk ngak copot tu pintu, awas aja lo dek pasti gue bales!."

Karna hari ini bibik lagi pulang kampung dan nyokap sama bokap gue ngak ada di rumah entah kemana dan gue yang harus masak, mungkin nyokap sama bokap gue lagi bikin dedek baru buat gue sama abang gue, pikir Reyna dalam hati.

"Dek malam ini kita makan apa kok lo ngak masak sih gue laper ni."

"Ngak ada yang bisa di masak Bang kulkas kosong!."

"Kita ke supermarket aja beli sayur untuk di masak."

Suara benda pipi milik Reyna berbunyi menandakan ada yang sedang menelponnya, Reyna mengambilnya dan ternyata itu telpon dari mamanya.

"Halo ma kalian kok ngak pulang sih kita laper ni, mana kulkas kosong lagi ngak ada yang bisa di masak."

"Maafin mama, mama ngak sempat pamit sama kalian karna harus buru-buru keluar kota jenguk teman papa kamu yang meninggal, kalian makan di restoran saja."

"Tumben mama nyuruh kita makan di restoran biasanya sih makan di caffe biasa kalau ngak di warteg, tapi ma kita ngak punya uang untuk makan di restoran?!."

Impossible DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang