"Oke, see you tomorrow ya!" ucapku sebelum memutus sambungan telepon.
Tiba-tiba saja Gameo loncat dari belakang sandaran sofa dan duduk di sebelahku. "Cieee yang besok mau malem mingguan," ledeknya.
"Kalo iya emang kenapa? Sirik aja sih lo," ucapku acuh.
"Sama siapa sih? Utuk utuk utuk."
"Ih kepo banget sih."
Srettt... Ponselku berhasil dirampas oleh tangan gesit si cacing kremi. Saking keponya dia dengan siapa aku berbicara di telepon tadi. Karena aku merasa masa bodo, ya sudah aku biarkan saja dirinya mengambil ponselku.
"Oh namanya Hans. Kok gak dikenalin ke gue sih?"
"Yeh, nanti lo minder kalah ganteng sama dia. Kasian gue sama lo," ledekku sekenanya.
"Wetset jelas gantengan gue kemana-mana lah, ya walaupun dia menang modis sih dibanding gue. Tapi tetep sih gantengan gue jauh," ungkap Gameo.
"IIIIIISHHH KOK LIAT-LIAT SIH?!" aku berhasil merampas kembali ponselku dari tangannya.
"Hahaha jadi lo suka sama yang modis-modis gitu?" ledek Gameo tak henti padaku.
"Hahaha bukan gitu Gameoku tayang, dia ini teman kuliah yang waktu itu gue ceritain pas kita lagi video call di restoran loh. Inget gak?"
"Oh yang sampe lo matiin sambungannya itu?" Gameo berusaha mempertegas.
"YAP BENAR SEKALI!" sambil memencet hidungnya dengan jempolku.
"Oh jadi lo lagi pedekate sama dia gitu ceritanya? Ah gak asik nih, gak cerita-cerita sama gue," berlagak ngambek.
"Utuk utuk utuk tayang," ledekku sambil mencolek-colek lengannya.
Gameo menghindar dan mengacuhkanku. Daripada ambekannya mulai merajalela, akhirnya aku pun bercerita bagaimana awal pertemuanku dengan Hans hingga dekat sampai saat ini. Gameo hanya mendengarkan dan sesekali bertanya bagaimana karakter Hans. Selebihnya aku berjanji akan mengenalkan Hans padanya suatu saat nanti.
Bukan takut Hans cemburu pada Gameo, hanya saja memang menunggu waktu yang tepat. Karena rencana pergiku besok bersama Hans adalah untuk menghadiri sebuah acara yang tendernya telah dimenangkan oleh Hans sebagai penyedia jasa kateringnya.
***
K
eesokan malamnya.
Hans sudah datang menjemputku serta meminta izin pada Mama dan Papaku untuk mengajakku pergi keluar malam ini. Aku pun bergegas menemuinya setelah penampilanku terlihat rapi dan cukup formal. Karena acara yang akan dihadiri mereka adalah acara peresmian sebuah lembaga negara.
Sejak menerima berita bahwa dirinya memenangkan tender untuk katering tersebut aku tidak sama sekali terpikir bahwa acaranya akan semewah ini. Apalagi tamu-tamunya merupakan pejabat-pejabat tinggi dan orang-orang penting semua. Salut sekali aku saat melihat dirinya mampu menggapai mimpinya di usia yang sebaya denganku, padahal aku saja masih jadi buruh kantor dan belum memiliki pencapaian apapun.
Kalau dipikir-pikir memang teman-temanku orang yang hebat ya, Gameo saja sudah menjadi CEO untuk perusahaannya sendiri. Hans sudah mampu mendirikan kafe impiannya bahkan hingga mampu menang tender untuk acara sebesar ini. Dan Helfa pun kudengar kabarnya sudah naik jabatan menjadi manager di bank tempatnya bekerja. Salut dan bangga sekali aku dengan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maghi & Pelangi
عاطفيةTentang semu yang selalu menjelma bagaikan debu. Penuh rasa namun tak pernah teraba oleh asa. Bahkan terhisap habis oleh udara. Ketika berdiriku tak lagi kokoh, tolong ingatkan aku pada secercah harap agar ku dapat bangkit dari segala cemooh. Sendi...