3 : Cinta

293 18 0
                                    

أَحَبَّكَ الَّذِي أَحْبَبْتَنِي لَهُ

Semoga Allah mencintaimu karena engkau telah mencintaiku karena Nya.

...

Suara nyaring ponsel milik Azka menghentikan aktivitas sarapan paginya bersama keluarga. Karin yang duduk di sebelahnya tampak biasa saja ketika mengetahui ponsel suami nya berdering. Setelah kejadian kemarin, Karin tampak lebih mendiami Azka, bukan marah, tapi ia mencoba bersikap tenang seolah tidak terjadi apapun. Karena seluruh keluarga tak ada yang tahu mengenai kejadian yang Azka alami, hanya Azka dan dirinya lah yang tahu.

Satu hingga dua panggilan Azka biarkan saja, ia enggan mengangkat telepon ketika makan. Sampai panggilan kelima kalinya, Ayah merasa risih dan menyuruh Azka untuk mengangkat panggilan itu.

"Ka, angkat telponnya! Siapa tahu penting."

"Azka gak tahu itu nomor siapa, Yah. Gak ada nama."

"Ya mungkin klien bisnis mu, dia bisa aja kan dapat nomormu dari sekertaris?"

"Nanti aja, yah. Lagian masih sarapan." tolak Azka halus.

Detik berikutnya Azka melirik sekilas ke arah Karin yang terlihat tak ada semangatnya sama sekali. Sepotong roti isi selai cokelat sedari tadi tak habis.

Ingin sekali Azka menyuapi Karin agar nafsu makannya kembali seperti semua.

Entah ini cobaan atau apa. Tapi kisah pengantin baru miliknya tak seindah milik orang lain di luar sana.

"Mbak Karin lagi diet ya? Duh sayang banget, padahal ini cokelatnya ayah beli dari belgia loh." cerocos Hafsyah.

"Belgia darimana? Ini aja Umi yang beli di swalayan depan komplek. Merk nya aja cokelat belgia. Dasar ngibul ih." kata Azka.

"Tuh kan mbak, bang Azka ngeselin lagi. Padahal niat Hafsyah mau bercanda."

"Tapi candaanmu sungguh garing adikku tercinta."

"Garing? Emang kentang goreng."

Karin masih diam tak berkutik sama sekali. Ia hanya menatap nanar potongan roti yang ia potong tanpa memakannya.

"Karin sakit ya nak? Mau umi antar ke klinik atau gimana?"

"Lah kan mbak Karin punya klinik sendiri, umi. Kalau sakit tinggal periksa diri sendiri. Kan mbak Karin dokter."

"Kamu sakit, yang?" bisik Azka pelan.

Karin hanya menggeleng tak menjawab pertanyaan Azka.

"Ya dokter juga bisa sakit, Syah. Dokter juga manusia." kata Umi.

"Kita lagi makan kan ya? Jangan bicara dulu!" kali ini ayah yang berbicara dan semua langsung diam menikmati sarapan kali ini.

...

"Mas berangkat ya, assalamualaikum." pamit Azka.

Karin mencium tangan suami nya itu lalu menatap Azka yang berjalan menuju mobilnya.

Melihat mobil Azka yang sudah melaju, batin Karin seolah berperang tanpa suara. Ingin teriak karena sikap Azka yang sering berubah ubah. Kadang manis sampai dengan perlakuan itu membuat nya terbang tinggi, ketika sifatnya berubah dingin dan diam maka Karin jatuh setelah terbang tinggi tadi.

Ini rumah tangga, banyak step yang akan di lewati bersama, tapi makin kesini rasanya mereka tak melakukannya bersama. Mengingat kejadian kemarin, Azka bahkan tak memberitahu Karin apa masalahnya.

Teduhnya WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang