Chapter 3 [Kim Jaehwan]

68 15 0
                                    

Bab 3

No Other

Kim Jaehwan

"Dokter Kim, ini berkasnya."

Aku menerima berkas pasien yang akan datang hari ini. Aku mengangguk dan membiarkan perawat itu keluar ruanganku. Aku membuka kacamataku dan memijat pelan keningku. Otakku tidak bisa menerima asupan lain kecuali Jisung. Apa ini normal?

Terima kasih Tuhan, Kau telah mengacaukanku. Apa ini yang disebut kebaikan? Tentu, lebih baik aku memberitahu Jisung hal itu secepat mungkin. Tapi kalau begini, bolehkah aku mengulang waktu? Tuhan ... tidak bisakah kau memperbolehkanku mengulang waktu?

"Selamat siang."

Aku mendongakan kepalaku dan tersenyum pada gadis mungil yang memasuki ruanganku. Sudah sering aku bertemu dengan gadis cantik di sini, bedanya mereka sakit. "Selamat siang. Silakan duduk."

Dia membungkuk dan duduk di kursi yang disediakan. Aku mengambil satu berkas yang paling atas. Kulihat foto seorang gadis cantik yang juga sedang berada di depanku saat ini. Riwayat kesehatannya, sungguh buruk.

"Jadi, apa keluhanmu?"

"Dokter ... bisa melihat sendiri kan apa yang harusnya kurasakan?" Gadis itu menunduk dalam.

Aku menghela nafasku. "Nona Ong Seongwu, apa kata yang doktermu yang sebelumnya? Dia pasti sudah memvonismu."

Kali ini dia yang menghela nafas. "Aku hanya bisa bertahan sampai akhir bulan ini."

"Silahkan rebahkan tubuhmu di tempat tidur. Aku akan memeriksamu sebentar."

Gadis itu menurut, dia melangkah dan merebahkan dirinya di tempat tidur. Aku mengambil stetoskop dan memeriksa degup jantungnya. Terlalu normal untuk gadis yang terkena leukemia sepertinya. Dan stadium dua itu bukan hal mudah untuk diperjuangkan.

"Aku butuh sampel darahmu. Kau sudah pernah rongent?" tanyaku sambil mengambil suntikan yang masih steril di lemari milikku.

Dia mengangguk. "Hm, pernah. Thorax kalau tidak salah."

Aku menemukan suntikan yang kumau. Aku menghampirinya dan membersihkan tangannya dengan kapas yang basah karena cairan pembersih. Aku memasukan jarum itu ke dalam tangannya. Aku menarik ujung suntikan sehingga menarik beberapa cc darahnya. Setelah selesai aku kembali menaruh kapas bekas pembersih di titik suntikan.

"Hasilnya akan keluar besok. Kalau bisa kau bawa hasil rongent-mu dan bawa sampel obatmu yang dulu. Sepertinya obatmu lumayan menopangmu. Kau masih sering down?"

Dia mengangguk. "Sangat sering."

"Kalau begitu akan kuberi vitamin dan beberapa obat penopang."

Aku menulis resep obat untuknya. Akhir bulan ini ya perkiraannya? Sayang sekali. Aku yakin dia masih punya banyak keinginan yang masih ingin ia lakukan. Apalagi dia masih berumur 25 tahun.

"Kau punya kekasih?"

Dia menggeleng. "Sudah kuputuskan beberapa waktu lalu."

Aku menatapnya bingung. "Kenapa?"

"Aku tidak mau dia merasa kehilangan ketika aku pergi suatu saat nanti. Aku tidak ingin dia terlalu menyayangiku. Aku masih punya beberapa keinginan yang belum terpenuhi," jelasnya sambil melilitkan syal kelehernya.

Aku merobek kertas berisi resep obat. "Kuharap waktumu masih panjang, nona Seongwu. Ini resep obatmu."

Dia menerimanya dan tersenyum padaku. Dia membungkuk hormat. "Terima kasih, dokter."

[1/3] Sapphire Blue Series REMAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang