prolog

8 1 0
                                    

Diam dan termenung dibawah pohon yang rindang. Wanita paruhbaya dengan kain batik melilit badannya dari dada sampai bawah lutut. Cahaya matahari sore hari dan angin yang sepoi-sepoi menerbangkan dedaunan kering dan wewangian. Ya, tidak salah lagi wangi dupa.

Jika di perhatikan lebih detail wanita paruhbaya ini membawa nampan berisi sesajen dan dupa yg terbakar separuh. Wanita itu menengadahkan kepalanya dan mengangkat tinggi-tinggi sesajennya diatas kepalanya. Sambil berlutut, masih pada posisi yang sama wanita paruhbaya itu bernyanyi

Suaranya lirih tapi cukup membuat orang yang mendengar suara itu tahu akan isi hati wanita paruhbaya itu. Dari suara itu terdapat emosi yang terjabarkan. Rasa kecewa, penyesalan, sakit hati, sendu, dan sedikit rasa pengharapan akan sesuatu hal.

Tapi dari semua emosi yang mengalir dari nyanyian itu ada aura yang mencekam. Udara menjadi sangat dingin, dingin yang buat bulu kuduk berdiri. Aroma menyan seketika berubah menjadi bau ayir dan busuk yang menyengat. Perlahan namun pasti langit menjadi mendung, tidak hujan tapi mendung. Mendung yang aneh disertai angin kencang seperti badai.

Tubuh wanita paruhbaya itu mulai terangkat. Tapi dia tetap cuek malah mengencangkan suara nyanyiannya. Warna suara wanita paruhbaya itu berubah jadi melingking disertai serak-serak bass.

Mata dan mulutnya membuka membentuk O dengan warna gelap seutuhnya. Tapi herannya suara nyanyian itu tetap keluar dari mulut wanita paruhbaya itu.

Makin lama tubuh wanita paruhbaya yang melayang itu membengkok kedepan. Terus membengkok bahkan hampir melipat tubuh wanita paruhbaya itu.

Suara nyanyian wanita paruhbaya itu perlahan tergantikan dengan teriakan. Teriakan yamg menggambarksn kesakitan yang sangat yang menjurus ke jeritan. Tidak lama perut wanita paruhbaya itu mengembang seperti hamil dengan sangat cepat. Dengan posisi tubuh yang terlipat membentuk 30 derajat.

Suara jeritan makin terdengar kencang begitu juga langit yang menggelap dan angin yang kencang. Darah mulai mengalir dari mulut,hidung,mata dan betis wanita tersebut. Secara tiba-tiba tubuh wanita paruhbaya itu terpelintir dan meledak.

Darah berceceran dimana-mana, baju wanita parubaya tadi terkoyak. Dari tempat wanita paruhbaya itu lenyap memunculkan bola hitam pekat. Bola itu mulai melayang turun ke tanah. Pemandangan sekitar yang di penuhi darah mulai kembali ke warnanya semula. Karena darah yang berceceran tersebut seakan-akan tertarik membungkus benda hitam itu. Membentuk sebuah bentuk anak kecil.

Saat kakinya menginjak rumput dibawahnya. Perlahan-lahan tubuh berwarna merah itu berubah menjadi persis manusia. Gadis kecil berambut putih dengan paras yang cantik. Mungkin kisaran enam sampai tujuh tahun.  Gadis kecil itu tidak memakai pakaian dan saat dia membuka mata. Menampakkan iris mata berwarna biru cerah bergradasi hujau dengan pupil seperti kucing berwarna merah.

Gadis kecil itu melihat sekelilingnya dengan seksama dan meraba setiap inci tubuhnya dengan kedua telapak tangannya yang mungil. Sedikit senyuman ganjil menghiasi wajahnya yang cantik. Dan dalam sekecap mata gadis kecil itu hilang yang tertinggal hanya tawa jahat yang melengking.

from The Dark Rose The LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang