♡ Ketahuan ♡

25 5 0
                                    

Degupan jantung ini takkan pernah bisa dikontrol bila berada di dekatmu, pipi ini takkan bisa menyembunyikan rona merah dan kehangatannya bisa berada di sisimu 》

Aleesha berlari sekencang mungkin melewati kerumuman siswa yang juga sedang tergesa-gesa menuju ruang kelasnya masing, karena memang bel masuk sudah berbunyi sedari tadi.


Huffftt.

Akhirnya, Aleesha sampai di depan pintu kelasnya. Dan untungnya, Bu Fariha, guru bidang studi Bahasa Indonesia yang pagi itu mengajar di kelasnya belum ada di tempat yang seharusnya.

"Assalamu'alaikum~" sapa Aleesha saat memasuki pintu kelasnya.

"Wa'alaikumussalam" sama seperti biasa, salam ramah darinya tak selalu dibalas seperti yang diharapkan, hanya sebagian yang menjawab salamnya, yang lainnya hanya sibuk melakukan pekerjaan duniawinya. Ada yang main game Pu*bG, ada yang sibuk menggosip (pagi-pagi udah kayak mak-mak rempong aja), dan ada yang lagi nyalin Pr.

Tanpa memerdulikannya, Aleesha langsung berjalan menuju tempat duduknya.

"Wahh, tumben lu telat, Ca!" Sapa Anggita Nadira, yang kerap dipanggil Gita, teman sebangku Aleesha dengan 'gak selawnya.

Aleesha hanya bisa nyengir, "Hehe, iya nih, tumben banget ya..."
Selang 3 detik, Bu Fariha muncul dan pelajaran pun berlangsung sebagaimana biasanya.

●        ●        ●

Trrrrriiiiirrriiiiiinngggggg

Bel tanda istirahat telah berbunyi. Dan langsung disambut oleh suara para siswa yang kegaduhannya serasa memekakkan telinga Aleesha.

"Ta, temenin gue ke ruang kurikukum, yuk!" Pinta Aleesha pada teman dekatnya itu.
"Ha? Buat apa ke kurikulum? Lu buat masalah ya, Ca?" Gita membalas dengan wajah keheranan.

"Dih, engga ya, mana pernah aku buat masalah. Kemarin, Pak Ramir nyuruh gue ke kurikulum hari ini, katanya ada yang mau dibicarakan." Jelas Aleesha.
Gita tampak berpikir sesaat, dan disambut oleh helaan nafas.
"Yaudah, kuy lah, ntar Pak Ramir udah nunggu lagi" Jawab Gita pada akhirnya, dan mereka segera melangkahkan kaki ke ruang kurikulum.

Dan tepat seperti perkiraan Gita, Pak Ramir telah duduk manis menunggu kedatangan mereka.
"Assalamu'alaikum, Pak"

"Wa'alaikumussalam,
Eh, Ica, Gita, mari duduk" sapa Pak Ramir ramah.
"Jadi gini, Ica, bapak mau bicara sesuatu sama kamu. Bapak banyak mendengar dari guru-guru bidang studi yang mengajar di kelasmu, bahwa kamu adalah murid yang sangat berprestasi, aktif, dan juga kreatif. Oleh karenanya, bapak mau meminta kamu untuk bergabung di grup OSN. Di sana, prestasi kamu akan lebih dikembangkan sesuai minat dan bakat kamu."

Aleesha hanya mendengarkan dengan serius setiap kata-kata yang keluar dari mulut Pak Ramir.

"Oh iya, kira-kira kamu lebih berminat memilih bidang apa ya? Di OSN ada 9 bidang yang akan ikut kompetisi tersebut, ada Matematika, Biologi, Fisika, Kimia, TIK, Astronomi, Ekonomi, Kebumian,  dan Geografi. Kamu boleh milih antara kesembilan bidang itu." Jelas Pak Ramir panjang lebar.

Aleesha tampak berpikir keras, jika ia sampai salah bidang, maka segala kegiatan yang akan diikutinya nanti akan berjalan sia-sia.

Akhirnya, setelah 3 menit Aleesha bergelut dengan pikirannya, ia bersiap mengatakan pilihannya.
"Gimana, Ica?" Tanya Pak Ramir untuk yang kesekian kalinya.

"Baiklah, Pak. Saya yakin untuk memilih bidang... Ekonomi." Jawabnya mantap.

"Alhamdulillah, bagus sekali Ica. Semoga kamu bisa memenangkan kompetisi itu. Tetap semangat dalam belajarnya ya. Kamu juga Gita, terus tekuni bakat kamu di bidang vokal solo. Sukses terus buat kalian ya" Ujar Pak Ramir disertai harapan yang indah.

"Terima kasih banyak, Pak Ramir. Kalau begitu, kami permisi ya, Pak" Ucap Aleesha.
"Assalamu'alaikum" sapa mereka berbarengan.
"Wa'alaikumussalam"

"Ca, ca, ke kantin dulu kuy, laper bingits nih, kasian cacing gue keroncongan." Pinta Gita yang hanya dibalas Aleesha dengan anggukan.

Belum sampai ke kantin, tepatnya di koridor sekolah, Aleesha melihat wajah yang tak asing baginya. Entah karena apa, tak ada angin tak ada hujan, jantung Aleesha berdegup lebih kencang sesaat setelah ia melihat wajah tampan itu.

"Ca, ca, bentar deh, sapa Kak Indra yuk, biar kita lebih dikenal olehnya walaupun kita masih kelas X," Rayu Gita.
"Idiw, buat apaan? Emangnya dia siapa? Ga usah aja yuk, beli jajajan di kantin aja terus yuk, ntar keburu bel," Ajak Aleesha dengan tubuh yang mulai bergetar.

"Iiihh, masa' Lu ga tau sih, Ca? Kak Indra itu Ketua Osis, lho. Keren banget ga sih? Ayo bentaran aja, gue mau sapa dia, Ca. Ntar dia keburu pergi." Tarik Gita di lengan putih Aleesha yang tertutup rapi seragamnya.

Mau tak mau Aleesha terpaksa mengikuti ajakan teman centilnya itu. Harum parfum yang mengucur kuat, melewati indera penciumannya yang tajam, dan ia langsung menyadari satu hal. Harum parfum ini persis seperti parfum yang digunakan lelaki yang tadi pagi menolongnya di koridor depan.

"Hai Kak Indra, senang berkenalan dengan Kakak.
Saya Gita, adik tingkat Kakak yang masih duduk di kelas X," Sapa Gita hangat dan sedikit genit.

Lelaki yang 'katanya' bernama Indra itu berhenti berjalan karena sapaan Gita yang terkesan tiba-tiba, dan tersenyum tipis padanya.

"Oh, hai, salam kenal." Balasnya. Entah kenapa Aleesha merasakan aura dingin saat Kak Indra berbicara.

"Dan kenalkan, ini teman saya, namanya Aleesha, biasa dipanggil Ica, Kak," Sambung Gita.

Aleesha memberanikan diri  untuk mendongak melihat wajah yang tertopang tubuh tinggi itu.
"Ass.. assala.. mu'alaikum," Sapa Aleesha gugup. "Salam kenal, Kak." Lanjutnya.

Lelaki itu memandang wajah Aleesha ketat dan tepat sesaat setelahnya ia menyengir halus namun bisa ditangkap oleh mata jeli Aleesha. Cengiran itu seperti memperlihatkan kalau Ketua Osis itu seperti menyadari suatu hal.

"Salam kenal,
Ica, si gadis ceroboh yang tadi pagi jatuh dalam dekapanku di koridor depan." Ujarnya tengil dan dengan nada yang  menyebalkan membuat Aleesha tak dapat berkutik sedikitpun.

Aleesha sangat malu, karena ia ketahuan telah berbuat ceroboh. Duh, malunya... Ya Allah, rasanya aku ingin bisa teleportasi ke tempat lain.

Ditambah lagi, kerlingan jahilnya yang dapat Aleesha duga bahwa Ketua Osis ini adalah lelaki usil yang suka menggoda wanita.
Dan tatapan heran dari seorang Anggita Nadira yang seolah membuat semua oksigen yang ada didekatnya berangsur menjauhinya.

Rasanya ia mau pingsan saat itu juga.




Holaaaaaa!!!

Alhamdulillah, aku balik lagi nih manteman. Gimana ceritanya? Yaa,,, B ajah sih😓
Masih penasaran kan sama nama panjangnya Kak Indra, Si Ketos yang jahil itu?

Tunggu update-an terbaru aku lagi yaa gengs..😉

See you...
Bubyee~~~😗

Liebe DichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang