BAGIAN ENAM

81 7 0
                                    

Ooh ingin rasanya aku mengeluarkan sumpah serapah pada ketos rese ini.

Kalian tahu tidak? Tidak? Oh yaudah...

Bercanda~

Jadi tuh saat aku masuk sekolah, baru saja aku ingin duduk tapi dengan tidak elitnya aku dipanggil oleh ketua kelas, katanya aku dipanggil sama ketos rese itu.

Aku kesana? Ohoho tentu saja gak! Aku terlalu malas untuk mendatanginya. Beberapa menit kemudian orangnya mendatangi kelasku lalu langsung menarik lenganku dengan kasar.

Awalnya aku meronta tapi karena ancamannya yang akan menciumku di depan semua murid langsung membuatku bungkam. Memakai kekuatanku? Tentu saja tidak bisa, kekuatanku hanya bisa digunakan saat aku tidak berpegangan ataupun dipegang oleh orang ataupun benda. Jadi aku tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah mengikutinya.

"Kau resmi jadi wakilku."

Krik krik krik

Satu detik aku belum paham.

Dua detik aku mulai mikir.

Tiga detik masih loading.

Empat detik masih loading juga.

Lima detik aku baru paham.

SEJAK KAPAN WOI AKU RESMI JADI WAKILNYA!!! SETUJU AJA GAK PERNAH, KALAU DIA MAKSA MUNGKIN ADA TAPI KAN GA-------- oh maaf kebawa emosi.

"Kapan aku setuju?" Tanyaku menatap dia dengan datar, sedatar-datarnya tembok.

"Aku tidak perlu persetujuanmu."

.....

Oke rasanya aku ingin mengeluarkan iblisku untuk mencabik-cabik tubuhnya itu. Tapi aku tidak mau berakhir di penjara tentunya.

"Tapi aku tidak mau senpai." Ucapku dan langsung meninggalkan ruangan osis.

Di perjalanan aku mengeluarkan salah satu kekuatanku selain teleportasi tentunya, yaitu menghilangkan hawa keberadaanku dari ketos itu. Aku ingin menikmati seharian uni dengan tenang di sekolah tanpa ada ocehan dan perintah dari ketos itu.

Aku berjlaan menuju kelas kemudian duduk di bangku. Tepat saat itu juga bel masukan berbunyi di sepanjang penjuru sekolah (lu tau darimana? //tau lah)

Pelajaran pertama adalah sejarah. Yahhh gurunya sih enak-enak aja tapi pelajarannya itulohhh yang aku males, ngapain juga sih ngomongin masa lalu? Mending liat masa depanku aja yang begitu cerah//mungkin.

"Mending aku tidur saja." Gumamku.

Aku meletakkan bukuku dalam keadaan terbuka dan berdiri, yang jelas bisa nutupin kepalaku lah. Aku membaringkan kepalaku ke meja, mataku mencoba untuk terpejam tak butuh waktu lama alam mimpi sudah menarikku.

***

"Eunghh..." aku mencoba membuka mataku yang masih terasa berat.

Saat kesadaranku telah terkumpul aku tersadar kalau aku tidak berada di kelas lagi melainkan di ruang uks. Siapa yang memindahkanku? Gak mungkin kan siswa di kelasku aku juga gak sakit.

"Bangun juga lo kebo."

Aku menoleh pada sosok pemuda yang berada di depanku. Rupanya si ketos rese toh...

Tunggu----jangan bilang

......

DIA YANG MEMINDAHKANKU KESINI.

DAN JUGA BAGAIMAMA DIA BISA MENGETAHUIKU!!! PADAHAL AKU SUDAH MENGHILANGKAN HAW------

oh iya cuma bertahan 5 jam saja.

"Tubuhmu ringan juga ya seperti cewek saja."

Hatiku langsung tertohok mendengar kenyataan tersebut. Yahh memang dari dulu sampai sekarang aku selalu di bilang seperti cewek tapi entah mengapa aku masih belum terima dengan kenyataan ini.

"Emang kenapa?" Tanyaku dengan nada sinis.

Dia tidak ada menjawab tetapi malah mendekatiku hingga dengan reflek aku bersiap siaga dengan apapun yang akan dia lakukan nanti.

"Kenapa kau membuatku tertarik?" Ucapnya dengan nada pelan tapi dapat kudengar.

Tangannya terulur untuk memegang pipiku. Aku masih duduk terdiam dan membiarkannya berbuat sesukanya. Entah kenapa aku tidak dapat menggerakkan seluruh tubuhku, dan tubuhku seolah ingin meminta lebih sentuhannya.

Tangannya perlahan mulai turun ke rahangku hingga berhenti di leher.

Kutatap matanya yang sedikit redup. Oh kenapa aku tiba-tiba punya firasat buruk tentang kejadian selanjutnya.

Aku harus cepat kabur sekarang!

"U-uhm...se-senpai bolehkah a-aku pu-pulang?" Tanyaku sedikit bergetar karena gugup.

Mudah-mudahan dia membolehkanku pergi dan aku bisa bebas pulang dan cepat-cepat menelpon otou-san agar aku pindah sekolah.

"Kau mau pulang?" Tanyanya yang kujawab dengan anggukan cepat.

Sepertinya saat itu dewi fortuna tidak berpihak padaku.

"Ukhhh!"

Dengan tiba-tiba ia mencekik leherku dengan kuat hingga aku harus memegang tangannya dengan kuat agar ia melepaskan cekikannya//mungkin aja

Ini yang kedua kalinya atau mungkin sudah lebih dari dua kali? aku mendapat perlakuan seperti ini darinya. Untung saja dia tidak melakukan seperti ini di depan semua murid, oh aku tidak bisa membayangkannya bagaimana nanti.

Stok oksigenku mulai habis, belum ada tanda-tanda dari Maaya untuk melepaskan cekikannya.

"S-senpai le-lepashh..." ucapku dengan susah payah.

"Kau ingin kulepas?" Aku mengangguk lemah saat ia menanyakanku.

"Apa jaminannya?"

"A-aku......"

"Maaya apa yang kau lakukan!?"

Dia langsung terbelalak dan melepaskan cekikannya hingga aku bisa bernapas lega.

Kuambil napas banyak-banyak. Terima kasih kamisama, sudah menyelamatkan nyawaku yang telah diujung tanduk tadi.

"Kau tidak papa?" Aku menoleh ke samping dimana seorang pemuda asing, kujawab dengan anggukan saja.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tbc~

My First Love (BL) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang