46. KEEP

241 29 15
                                    


Aku baru saja membuka mataku karena sinar matahari yang terik mulai menusuk indera penglihatan ku.

Saat aku tersadar, tubuhku langsung bereaksi, beberapa bagian tubuhku terasa linu, perih, pegal dan masih banyak lagi, semua bercampur menjadi satu menyisakan pikiran kosong yang seakan bertanya, "apa yang sudah terjadi?"

Kurasakan sebuah lengan semakin menarik ku kedalam, merengkuhku semakin hangat dan membuat tubuh ini secara otomatis berbalik menghadapnya.

Iya, dia.

Pria menyebalkan yang merengek minta tidur tidak pakai baju.

Jihoon tersenyum kecil seakan mengejek ku sebab ia yang menang, ya, aku menyanggupi keinginannya, makanya ia senang.

Wajahnya tersenyum lucu seperti anak kecil yang dibelikan permen oleh orang tuanya. Iya, Jihoon memang terkadang terlihat seimut dan semenyebalkan itu.

Dan karena senyuman itulah yang semakin membuat ku tak tahan untuk tidak menciumnya, melumat bibir itu sebentar dan berujar pelan,

"Kau tidak ada jadwal?"

Jihoon melirik ku sejenak sembari memainkan jari-jari tanganku,

"Percaya lah, sekarang Wanna One sedang ribut karena kehilangan aku" jawabnya pede

"Kau tega sekali.."

"Tak apa, aku hanya mau menikmati waktu bersamamu, sehariii saja."

Aku tersenyum kala ia berujar sok imut begitu.

Dan sekarang aku mulai memperhatikannya, memperhatikan hidung mancung nya, mata bening dan bibir merah yang terpampang jelas didepan mataku.

Semakin lama pikiran ku semakin melayang dan memikirkan sesuatu yang lain.

Kalau dipikir-pikir, kisah kami benar-benar panjang. Mulai dari awal kami bertemu di dorm, permusuhan antara kami, kericuhan di dorm, belum lagi waktu aku mencari saudara kembarku yang tentu tidak luput dari bantuan Jihoon dan member Wanna One lainnya.

Oh, jangan lupakan juga mengenai cinta segitiga dan LDR kami hingga sekarang. Entah kenapa aku merasa beruntung bisa melewati berbagai badai besar itu bersama orang-orang yang tulus bersamaku.

"Kau sedang memikirkan apa? Hm?"

Tiba-tiba Jihoon menanyaiku, meruntuhkan segala imajinasi ku barusan, dan ia malah merengkuh ku, mencium puncak kepala ku dan deru nafasnya meniup helai demi helai rambut hitam ku,

"Tidak, aku hanya.."

"Hm?" Ia menyela lagi kala aku hendak mengalihkan pembicaraan.

"Aku hanya berfikir kalau ternyata Wanna One sudah sangat membantuku, memberi pengaruh besar dalam hidupku, hingga aku sampai di titik ini" ujarku

"Kau merasa terharu?"

Aku terkekeh mendengar pertanyaan Ji-hoon barusan, "tidak, hanya saja, aku merasa senang, sudah pernah menjadi bagian dari kalian." Ujarku lagi, lalu melanjutkan, "yaa.. walau cuma jadi pembantu"

Kali ini Jihoon yang tertawa singkat, "kau bukan hanya sekedar pembantu tau. Apa kau lupa kalau sekarang ini kau pacarku? Seperti halnya staff bukan sekedar staff, fans bukan hanya sekedar fans.. semua tetap memiliki arti yang lebih dalam dari itu.."

Aku mendongak, menatap kesungguhan mata Ji-hoon,

"Staff sudah seperti keluarga kami yang kedua, fans juga seperti keluarga yang mendukung kami. Entah bagaimana akhir dari Wanna One nanti, yang terpenting adalah selamanya kami bagian dari Wanna one. Walau di pers kami di cap bubar, kontrak habis, tapi tetap saja, didalam hati kami, kami adalah Wanna One"

"Aku pasti akan merindukan kalian semua kalau waktu perpisahan itu tiba" ujarku sembari tersenyum pahit, aku benar-benar tidak bisa membayangkan jika Wanna One benar-benar berpisah karena kontrak.

"Mau bagaimana lagi? Sudah begitu aturannya." Laki-laki itu berujar pasrah.

"Iya, kau benar, Hoon"

Jihoon menghela nafasnya, "yang terpenting sekarang, jaga saja hatimu untukku."

"Maksudmu?"

"Mungkin sekarang keadaanku baik-baik saja, tapi bisa jadi setelah aku meninggalkan Wanna One keadaanku akan berbeda, maka dari itu aku minta agar kau menjaga hatimu, kalau bisa kunci saja pintu hatimu dan simpan rapat-rapat aku didalamnya"

"Ck.. kau kekanakan sekali" aku terkekeh pelan mengejeknya.

"Seperti halnya kehilangan mu, aku juga takut kehilangan Wannable ku."

Kali ini aku tertegun, lalu menepuk pelan punggungnya, "tidak Hoon, kau tidak akan kehilangan apapun, baik aku ataupun Wannable. Semua akan baik-baik saja entah bagaimana keadaannya.."

Jihoon mengangguk. Sembari tersenyum.

"Kau harus percaya, kami menyayangimu.." ujarku sembari terus menatap mata bening itu.


















































End



Wannables how are you? :"
I'm sorry, and thankyu..

Terlalu banyak masalah untuk bisa mengembangkan imajinasi guys😂 ya.. hanya ini yang bisa saya buat, terimakasih buat kalian yang udah mau baca.. thankyu so much!

Dan semoga saja Wannable tetap bisa mendukung karir Wanna One walau dengan posisi yang berbeda ya :"

Btw big thanks buat semua member Wanna One terutama si bantet nan mendal pakjiun yang sekarang udh punya ig sendiri XD
Terimakasih karena sudah bersedia jadi objek fantasi anak labil ini
:v

Sekali lagi makasi yaa..
Voment juseyo..
Baiii~~~

💕💕💕💕💕💕💕💕


Seperti biasa,
Bonus pict :

Seperti biasa,Bonus pict :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AT WANNA ONE'S DORM | PJH💣 #COMPLETE#Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang