011

4.8K 719 50
                                    

"Udah apa Tar," ujar Yerin pelan sambil mengusap-usap punggung Attara yang sudah sejam lebih terisak-isak di Walking Drums. Selain nggak enak juga dilihatin orang, ini anak matanya udah bengep banget kaya abis digigit lebah. Sebenarnya Yerin juga tidak perlu diberitahu apa alasan Attara menangis sebegitu menyedihkannya sekarang, walaupun alibi awalnya ingin mengerjakan tugas UAS yang kebanyakan take-home, pasti ujung-ujungnya Attara akan menggunakan waktunya untuk 60% nangis, 30% curhat, 10% tugas UAS.

2DL; Doyoung Lagi Doyoung Lagi. Udah nyaris setahun dan mereka masih begini-begini aja. Kalau sudah begini, Yerin nggak tahu lagi siapa yang salah, atau harus nyalahin siapa.

Attara sendiri yang masih menangis kesusahan untuk mengeluarkan pikirannya dalam bentuk kata-kata, tetapi memori terakhirnya bersama Doyoung benar-benar hanya membuat air matanya turun semakin deras.

"Gu... gue juga mau udah... Yer...," sahut Attara tersengal-sengal karena menangis terlalu lama. "Tapi nggak bisa... nggak tau kenapa nggak bisa..."

Kemudian Attara terisak lagi, namun tangisannya sedikit lebih keras daripada sebelumnya, membuat Yerin harus memberikan gadis tersebut air putih agar bisa lebih tenang. Untung saja Attara memang jadi sedikit lebih tenang setelah meneguk air putihnya dan mengunyah donat cokelatnya lagi.

"Jadi gini Yer, kemarin tuh..." mulai Attara walaupun suaranya masih serak dan bindeng karena habis menangis.

=========================================================

"Kok ngomongnya gitu sih..." tanya Attara pelan, masih berharap bahwa Doyoung tidak benar-benar yakin akan perkataannya sendiri. Namun justru jawaban Doyoung yang membuat Attara mendadak bisu; saking tidak percayanya.

"Tar..." Doyoung menghela napas berat, seakan-akan tidak ingin melanjutkan pembicaraan; namun harus. "Gue kira dengan satu pukulan udah cukup buat lo pergi, tapi ternyata nggak."

Attara benar-benar langsung terdiam mendengarnya, mulutnya hendak mengeluarkan suara untuk bertanya, membantah, atau apalah itu untuk menuntut maksud, tetapi Doyoung langsung menyela lagi.

"Lo malah ngelawan, lo malah bales. Dari situ gue mikir, sebenarnya apa, sih, yang gue rasain ke lo? Bukan, bukan sayang. Sayang pasti nggak begini. Dan lo juga, lo nggak mungkin sayang sama gue."

"Kalo lo sayang, kalo gue sayang, kita nggak akan begini."

Doyoung menoleh kearah Attara yang masih memandangnya dengan pandangan yang tidak bisa dideskripsikan. Lelaki itu sedikit berharap bahwa Attara akan mengerti jika ia berkata seperti itu bukan untuk dirinya sendiri, namun untuk mereka berdua. Untuk kebaikan Attara sendiri juga.

Begitu mobil Doyoung memasuki komplek rumah Attara, lelaki itu bisa merasakan bahwa gadis itu menahan tangis sedaritadi, dilihat dari terkepalnya tangan Attara dan kedua pipinya yang sudah memerah. Rasanya Doyoung ingin menggenggam tangan gadis yang terkepal itu dengan tangannya yang sekarang memegang persneling, namun lelaki itu tahu jika ia melakukannya, ia pasti dengan tidak sengaja memberikan harapan kepada Attara.

"Say it again," kata Attara dengan suara tercekat saat mobil Doyoung sudah berhenti di depan rumah Attara yang beraksen minimalis itu. Kali ini Doyoung yang dibuat bingung.

"Say it again that we can't work this out." pintanya lagi, suaranya kini terdengar memelas tetapi ada sedikit nada menantang disana.

Dan Doyoung hanya terdiam memandang Attara yang sekarang memandangnya dengan ekspresi menahan marah walaupun air matanya sudah bisa tumpah kapan saja. Ada sedikit sorot menyesal di mata Doyoung, tetapi Attara tidak peduli.

"Ayo bilang!" seru gadis itu dan diluar kontrol tangannya kini sudah mendarat di pipi mulus Doyoung, meninggalkan bekas kemerahan disana.

Menyadari perlakuannya sendiri, Attara langsung kaget dan menjauhkan tubuhnya dari Doyoung. Walaupun sedetik kemudian lelaki itu sudah berhasil mengunci kedua tangan Attara dengan satu tangannya dan satu tangan lainnya memegang rahang gadis itu dengan keras.

Attara yang berusaha untuk melepaskan kuncian tangan Doyoung hanya berakhir kesakitan karena kekuatannya tidak akan bisa mengalahkan kekuatan Doyoung walau hanya dengan satu tangan seperti itu.

"This is why we can't work this out, Attara." ujar Doyoung dengan nada rendah kemudian menempelkan bibirnya sekilas ke bibir Attara dan menggigitnya kecil. "No matter how much we want each other."

Dengan begitu Doyoung melepaskan segala cengkeramannya dari Attara, meninggalkan Attara dengan pikiran kosongnya. Tanpa berbicara apa-apa lagi, Attara mengambil barang-barangnya dari kursi belakang dan langsung keluar dari mobil Doyoung tanpa sedikitpun menoleh kearah lelaki itu.

Bukannya ini yang memang diinginkan Attara? Tapi kenapa rasanya sakit begitu mendengarnya langsung? Mengapa dadanya terasa sesak saat Doyoung mengiyakan permintaannya selama ini, untuk berhenti? Kenapa tiba-tiba Attara seperti tidak ingin?

Attara tidak merasakan apa yang seharusnya ia rasakan. Harusnya ia merasa lega, bahagia, dan sebagainya. Tapi mana?

=========================================================

"Tunggu, deh. Gue kira lu udah nggak Doyoung-Doyoung lagi soalnya kan waktu itu dikenalin ke temennya Joy!" kata Yerin seraya menyuap pasta carbonara-nya. 

Attara melengos, kali ini ekspresi wajahnya sudah tidak semenyedihkan sebelumnya; berurai air mata denganmata dan hidung yang memerah. "Aduh, panjang deh yang itu ceritanya."

"Mana pas gue ke Kemang sempet ketemu lagi sama dia, pas banget gue lagi sama Doyoung, sat."

Yerin langsung membelalakan kedua matanya sementara pipinya masih mengunyah makanannya, "Wemi abwah?" tanyanya dengan mulut yang masih penuh lalu diikuti dengan anggukan Attara.

"Untungnya dia nggak bikin keributan, sih. Tapi ya gitu, ujungnya. Gue berasa diputusin, padahal mulai aja nggak."

"Aduuuh, jangan nangis lagiii!" pekik Yerin tidak terlalu keras begitu Attara mulai menarik nafas di hidungnya yang tersumbat.

Sambil merangkul Attara, Yerin bertanya kepada gadis yang sudah menangis lagi itu, "Gimana, ya, Tar... gue juga bingung mau ngomong apa... yang bener-bener tau kalian harus ngapain ya kalian sendiri."

"Inget kata Dua Lipa di lagu New Rules." kata Yerin lagi sambil memberikan Attara sepotong pizza yang sempat mereka pesan sebelumnya.




( 2 )  TASTE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang